Bagaimana Para Pemimpin Berdoa
Equip Seminar Buku 4 Bab 2
Berdoa Secara Efektif Pada Saat-Saat Yang Sangat Penting
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” (Lukas 18:1)
Doa-doa yang penting datang pada saat-saat yang sangat penting. Doa-doa itu membuahkan keputusan-keputusan dan hasil-hasil yang sangat penting dengan akibat-akibat yang sangat penting.
Banyak orang di seluruh dunia berdoa. Mereka melakukan hal sedemikian karena mereka menginginkan pertolongan Allah dalam masa-masa yang sulit. Sedihnya kebanyakan mereka tidak pernah mempertimbangkan bagaimana mereka harus berdoa dengan apa yang ada di hati Allah, khususnya pada saat-saat itu. Para pemimpin tahu arti penting dari peran doa dan berdoa secara strategis pada masa-masa kunci. Mereka tidak panik atau sekedar bereaksi dalam ketakutan. Mereka mencari dan Allah pada saat-saat seperti itu, dan membereskan masalah-masalah di dalam doa yang menuntun ke arah terobosan-terobosan yang bermakna dalam hidup dan kepemimpinan mereka.
Sangat mudah untuk kehilangan kesempatan-kesempatan menaikkan sebuah doa yang sangat pentỉng.
Bagaimana Para Pemimpin Menangkap Saat-Saat Yang Sangat Penting Di dalam Doa?
Kitab Suci memberitahu kita untuk “tetap berdoa” (1 Tesalonika 5:17). Namun, ada kalanya dimana apa yang kita doakan dan bagaimana kita mendoakannya menjadi lebih penting karena alasan pada saat seperti apa kita sedang berdoa. Saat tersebut membuka suatu kesempatan akan terjadinya perubahan yang berarti. Para pemimpin memaklumi dan menangkap saat-saat seperti itu.
Pengamatan-Pengamatan tentang Bagaimana Para Pemimpin Berdoa…
1. Para pemimpin yang efektif belajar untuk berpikir sebagaimana Allah berpikir dan mendoakan buah-buah pikiran itú.
Yesus mendemonstrasikan hal ini dalam suatu saat yang sangat penting. Yohanes 12 menggambarkan bagaimana Yesus menghadapi jam-jam terakhir dari hidup-Nya di . Kenyataan tentang salib yang mengerikan dan kejam terbayang di hadapan-Nya. Dia merasakan penderitaan batin yang mendalam. Kitab Suci memberitahu kita bahwa emosi-Nya begitu tegang sehingga Dia berkeringat “dalam bentuk tetesan-tetesan darah.”
Jadi, bagaimanakah Yesus berdoa? Menyadari saat-saat yang sangat penting itu, Dia berdoa demikian, “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan “Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini”? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” (Yohanes 12:27-28)
Apakah anda memperhatikan bahwa Yesus merenungkan jenis doa yang Dia harus doakan? Bisa saja Dia menaikkan doa untuk melepaskan diri: “Bapa, luputkan Aku dari kekacauan ini!” Itu adalah doa yang alamiah saja. Mungkin itulah jenis doa yang akan kita doakan. Sebaliknya, Yesus mencondongkan doa-Nya pada tujuan-tujuan akhir Bapa-Nya. Hasilnya: penebusan dosa bagi keselamatan dunia. Saat kunci. Doa kunci. Keputusan kunci. Hasil-hasil kunci.
2. Para pemimpin yang efektif berdoa atas dasar hubungan bukan sekedar rutinitas.
Doa-doa yang sangat penting mengganti kata-kata klise masa lalu dan ungkapan-ungkapan yang tak berarti dengan percakapan yang penuh makna dengan Allah. Ini berarti bahwa kita berdoa dari dalam hati kita, bukan sekedar dari otak kita. Kita tak peduli lagi dengan citra, tetapi intisarinya. Inilah sejenis pengalaman doa yang kita sering menyatakan rindu untuk mengalami, namun tak pernah kita praktekkan.
Seberapa sering kehidupan doa kita surut menjadi percakapan searah yang tak berarti dan bersifat rutin? Atau dibatasi oleh waktu yang terburu-buru, atau mencari muka ketika kita berdoa di hadapan umum? Kalau kebanyakan kita jujur, kita akan mengakui bahwa kehidupan doa kita bersifat takhyul. Kita melakukan gerakan-gerakan tertentu sambil mengucapkan beberapa ungkapan yang diulang-ulang untuk meyakinkan bahwa Allah ada di pihak kita sebelum kita memasuki hari-hari kita.
3. Para pemimpin yang efektif mempelajari doa yang sangat penting, sementara mereka menjadi dewasa secara rohani.
Kita belajar berdoa demikian berulang kali. Doa yang sangat penting meningkat, sementara kita menjadi dewasa secara rohani. Para pemimpin sering terjebak dalam memenuhi agenda harian mereka. Para pemimpin yang dewasa menukarkan agendanya dengan agenda Allah. Mereka berpindah dari sekedar mendoakan apa yang mereka inginkan, ke arah doa yang memikirkan visi Allah yang lebih besar. Hal ini dengan jelas telah dilukiskan pada bulan November 2001, dalam kisah tiga orang misionaris yang telah diculik pada tahun 1993. Mereka melayani dalam organisasi Misi Suku-Suku Baru (New Tribes Mission = NTM) dan diculik di dekat perbatasan Colombia. Delapan tahun kemudian NTM mengumumkan bahwa mereka telah meninggal dunia.
Editor Deann Alford bertanya kepada Dan Germann, Wakil Ketua NTM, bagaimana doa-doa mereka untuk tiga orang itu berubah sementara tahun-tahun itu berlalu. Germann menjawab, “Ketika pertama kali ketiga orang itu ditangkap, setiap orang díantara kami berdoa, “Tuhan, bawalah mereka keluar dengan selamat. Kami tahu Engkau sanggup.’ Sementara waktu berlalu, kami mulai berdoa, “Tuhan, bila mereka masih hidup, bawalah mereka pulang, tetapi bila mereka telah meninggal, tolonglah kami untuk mengetahui tentang hal tersebut juga”. Kira-kira enam atau delapan tahun silam, saya mendengar kami berdoa seperti ini, ‘Allah, bila kita tidak akan pernah mengetahuinya, Engkau tetap menjadi Allah kami.” Ini agaknya sedikit berbeda dari pada sekedar mempercayai Dia untuk membawa mereka keluar dengan selamat.
“Pada akhimya, Allah menjawab doa-doa kami. Di dalam sebuah penjara, kami bertemu dengan seorang pria yang telah mempedulikan mereka bertiga. la meyakinkan kepada kami bahwa tiga orang misionaris itu telah meninggal dunia. Ini merupakan suatu karunia karena kami telah sampai pada suatu tahap dimana segala sesuatu tak menjadi masalah lagi seandainya Allah memilih agar kita tidak pernah mengetahuinya lagi. Seseorang yang melihatnya mungkin saja berpikir, ‘Bagaimana mungkin anda mau menerima berita itu?” Yang dapat saya katakan hanyalah bahwa Allah telah menuntun kita ke suatu tahap dimana kita dapat berkata, “Tuhan, kami mau Engkau dipermuliakan, sekalipun kami tidak pemah mengetahuinya lagi.”
Belajar berdoa seperti diatas bukan sekedar memenggal sesuatu. Ini tak berarti bahwa kita telah berhenti untuk mempercayai Allah bahwa Dia dapat melakukan mukjizat-mukjizat, kemudian menyerah pada nasib saja. Tetapi ini berarti bahwa kita mempercayai Dia dan tujuan-tujuan-Nya, baik kita memahaminya maupun tidak.
4. Para pemimpin yang efektif mengenal saat-saat yang kritis dan berdoa secara strategis.
Para pemimpin melihat persimpangan-persimpangan kunci dalam jalan hidup mereka dan berdoa dengan bijaksana pada saat-saat kritis itu. Mereka melihat hal-hal itu lebih penting dari pada minat-minat pribadi mereka sendiri. Tak ada salahnya untuk mendoakan kebutuhan-kebutuhan pribadi atau situasi-situasi terkini. Namun saat kita melupakan tujuan akhirnya, maka kita akan menjadi budak terhadap hal-hal yang bersifat mendesak.
Tiga Tingkatan Doa
Pada masa perang, kita mendengar istilah-istilah militer: logistik, taktis dan prakarsa strategis. Sementara istilah-istilah ini menggambarkan tiga tingkatan operasi militer, mereka juga menggambarkan tiga tingkatan doa :
a. Doa Logistik
Fokusnya adalah kebutuhan-kebutuhan pribadi saya. Ini didoakan dari suatu sudut pandang yang sementara. Seandainya kita hendak berdoa sebelum memimpin kebaktian Minggu pagi, dan kita menaikkan sebuah doa logistik, mungkin kita akan berkata begini, “Tuhan tolonglah kami melakukannya dengan baik pagi ini. Tolonglah kami mengakhirinya tepat waktu, tolonglah supaya mikrofonnya lancar, dan tolonglah agar suasananya teduh. Amin.”
b. Doa Taktis
Fokusnya adalah menolong orang-orang lain, tetapi masih didoakan dari suatu sudut pandang yang sementara. Bila kita mau menaikkan doa macam ini sebelum kebaktian Minggu pagi, mungkin kita akan berkata begini, “Tuhan, berkatilah semua yang melayani dan yang menghadiri ibadah hari ini. Kiranya ibadah hari ini mendatangkan inspirasi kepada setiap orang. Amin.” Doa ini lebih baik dari pada yang pertama, tetapi masih belum menangkap sepenuhnya isi hati Allah dan tujuan-tujuan-Nya bagi dunia.
c. Doa Strategis
Fokusnya adalah sasaran-sasaran tertinggi Allah bagi dunia. Ini didoakan dari suatu sudut pandang kekekalan. Doa ini menangkap isi hati Allah dan tujuan-tujuan-Nya ketimbang sekedar tujuan-tujuan manusiawi. Bila kita berdoa secara strategis sebelum kebaktian, mungkin kita akan berkata begini, “Tuhan, bangkitkan murid-murid dari ibadah hari ini. Tak peduli apa yang terjadi dengan mikrofon, para pemain musik atau siapapun yang berdiri diatas mimbar, pakailah ibadah ini untuk memuliakan nama-Mu dan membawa Kerajaan-Mu lebih nyata di bumi. Amin.”
Sebuah Contoh Dari Alkitab.
2 Raja-raja 3:5-18 menceritakan kisah tentang pasukan Israel tepat sebelum mereka berhadapan dengan pasukan Moab dalam peperangan. Inilah satu gambaran lagi mengenai umat Allah yang melewatkan suatu saat yang sangat penting karena mereka memusingkan diri sendiri. Bangsa Israel kuno dan dua bangsa sekutunya membawa pasukan mereka melintasi padang gurun untuk menghadapi pasukan Moab. Namun setelah sepekan, mereka menghadapi krisis: kehabisan air.
Mereka memutuskan untuk menghadap kepada nabi Elisa demi mencari pertolongan Allah. Mereka meminta-minta air. Sementara sang nabi sedang mencari Tuhan, Allah menjawab mereka melalui Elisa dan berkata pada inti masalahnya, “Aku akan memberi air kepadamu, namun ini hanyalah suatu perkara yang kecil bagi-Ku. Aku akan memberikan juga orang-orang Moab itu ke dalam tanganmu!”
Kedengarannya lazim, bukan? Pada saat yang sangat penting ini, Israel meminta sesuatu yang salah. Mereka hanya melihat gambaran kecilnya. Mereka hanya mencari pemecahan terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka yang mendesak. Mereka menaikkan sebuah doa logistik. Mereka memohon air, bukan kemenangan perang! Doa yang sangat penting berarti bahwa kita melihat saat-saat yang penting dan bagaimana masa depan bergantung padanya.
5. Para pemimpin yang efektif belajar berdoa dengan tidak mementingkan diri.
Kenyataannya adalah banyak orang telah berdoa, tetapi kebanyakan kita berdoa dengan mementingkan diri. Pada tahun 1993 sebuah penelitian dilakukan diantara 2.000 anggota gereja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan doa mereka. Bila jawaban-jawaban mereka memang menjadi pantulan atas populasi umum, maka kita mempunyai suatu peluang yang besar untuk lebih bertumbuh lagi. Tiga pokok doa teratas dari yang diteliti ternyata jawabannya adalah: kebutuhan makan, keamanan pribadi dan keluarga, serta berkat-berkat pribadi. Rata-rata orang itu meluangkan waktu kurang dari tujuh menit setiap hari di dalam doa.
Saya tidak sedang mengatakan bahwa hal ini adalah jahat, namun ini merupakan keterbatasan potensi. Allah rindu untuk menyelesaikan lebih banyak perkara melalui doa-doa kita, kalau saja kita dapat bergerak selaras dengan-Nya. Dia siap! Atas dasar kehidupan doa anda hari ini, apa yang akan anda lakukan bila anda menghadapi suatu saat yang sangat penting?
6. Para pemimpin yang efektif tidak mengejar kefasihan doa, tetapi secara sederhana doa mereka nyambung dengan hati Allah.
Doa yang sangat penting lebih bersangkut paut dengan posisi sikap hati anda ketika anda berdoa dari pada dengan pilihan kata-kata anda. Doa merupakan ungkapan hati anda yang dipersekutukan dengan hati Allah untuk mewujudkan tujuan-tujuan-Nya dalam situasi anda. Mungkin ada perbedaan juga diantara keadaan “nyambung” dan “tidak nyambung” dengan Allah. Tidak semua doa “nyambung” dengan-Nya. Ingatkah anda akan seorang pemungut cukai dan seorang Farisi dalam Lukas 18:10-14?. Yang satu “nyambung” dengan Allah, yang satunya lagi tidak, sekalipun kata-katanya sangat indah.
7. Para pemimpin yang efektif belajar berdoa dari sudut pandang misi, bukan pemeliharaan saja.
Barang kali inilah alasan tertinggi mengapa para pemimpin perlu memahami doa yang sangat penting. Ini berarti bahwa kita harus tetap berfokus pada misi sekalipun berada di tengah-tengah krisis; tetap tinggal dalam hubungan dengan Allah pada saat lebih mudah bagi kita untuk mengucapkan doa-doa yang berasal dari rutinitas kita saja; memainkan gerakan menyerang, dan bukan sekedar bertahan dalam saat-saat doa kita. Renungkan sejenak tentang Yesus yang sedang berada di taman Getsemani. Kalau ada satu saat dimana Dia dicobai untuk bermalas-malas dan menaikkan suatu doa logistik, di taman Getsemanilah saatnya. Berjam-jam menjelang penyiksaan dan kematian-Nya, Yesus berpikir-pikir tentang pencobaan ini: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku.” Ini merupakan suatu reaksi yang normal atas situasi yang dihadapiNya. Tetapi, Dia kemudian menambahkan sebuah ungkapan strategis: “Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:19). Inilah suatu saat yang sangat penting. Yesus tetap berfokus pada misi-Nya dalam doa-Nya.
PENILAIAN: Pikirkan mengenai suatu krisis yang anda alami baru-baru ini. Apakah yang menjadi permohonan pertama dalam doa anda? Bagaimanakah doa anda merefleksikan hati Allah dan kepentingan dari saat itu?
PENERAPAN: Pertimbangkan krisis yang sama itu, dan ambillah waktu sejenak sekarang untuk menaikkan suatu doa yang sangat penting.
Sumber : Equip Seminar Buku 1 Bab 1 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk transformasi.com.
Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Diinisiasi oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Kristus Yesus.
Penyusun sendiri memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2004-2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dengan hati kehambaan. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau bacaan yang penting bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari pelatihan ini disarankan untuk membagikan materinya secara beruntun dan lengkap. Pelatihan yang terencana dan terjadwal, dilakukan berkelompok serta interaktif akan memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.
Baca EQUIP Leadership Seminar :
Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin
Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin
Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian
Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan
Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda
Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi
EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :
Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan
Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase
Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang
Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata
Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat
Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda
EQUIP Leadership Seminar Buku 3 :
Buku 3 Bab 1 – Kepemimpinan Berawal Dengan Sebuah Sikap
Buku 3 Bab 2 – Lingkaran Dalam Dari Sang Pemimpin
Buku 3 Bab 3 – Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat
Buku 3 Bab 4 – Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit
Buku 3 Bab 5 – Lima Tahap Kepemimpinan
Buku 3 Bab 6 – Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan
EQUIP Leadership Seminar Buku 4 :
Buku 4 Bab 1 – Macam Kehidupan Yang Dimaksudkan Bagi Anda
Buku 4 Bab 2 – Bagaimana Para Pemimpin Berdoa
Buku 4 Bab 3 – Menemukan Karunia-Karunia Rohani Anda
Buku 4 Bab 3b – Alat Penemu Karunia-Karunia Rohani
Buku 4 Bab 4 – Saya Suka Gaya Anda!
Buku 4 Bab 5 – Cara Mengembangkan Seorang Pemimpin
Buku 4 Bab 6 – Ciri-Ciri Seorang Pembunuh Raksasa
Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :