ArtKelahiran Kedatangan Yesus KristusSpecial ContentYesus Kristus Tuhan

Kidung Natal Malam Kudus Oleh Joseph Mohr dan Franz Xaver Gruber

Tepat pada malam vigili Natal, 24 Desember 1818, Joseph Mohr menyanyikan lagu itu dengan suara tenor sambil mengiringi dengan gitar, sedangkan Franz Xaver Gruber menyanyikan suara bas. Nyanyian keduanya langsung disambut gembira oleh umat….

Siapa yang tidak tahu lagu berjudul “Malam Kudus” lagu yang selalu bergema di seluruh dunia ketika hari Natal tiba. Lagu yang diperkirakan telah diterjemahkan ke lebih dari 200 bahasa ini memang tidak dapat dipisahkan dari hari Natal. Bahkan menurut Hanno Shilf seorang, penulis asal Jerman yang melakukan riset tentang penulis lagu Natal terkenal untuk film garapannya, 75% penduduk dunia mengenal lagu ini meskipun dalam berbagai bahasa yang berbeda.

“Stille Nacht Heilige Nacht”

Semula lagu ini lama tidak dikenal. Penyebabnya antara lain karena lagu ini tidak berasal dari komponis terkenal atau dari katedral tersohor. Lagu dengan judul asli “Stille Nacht Heilige Nacht” yang ditulis dalam bahasa Jerman ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1863 oleh John Freeman dengan judul “Silent Night”. Segera sesudah itu, lagu ini tersebar ke seluruh dunia dan dinyanyikan sampai sekarang.

Setelah menjadi amat populer, timbul tanda tanya tentang siapa penulis lagu ini. Berbagai versi cerita beredar dan banyak cerita fiksi bermunculan. Rasa ingin tahu ini menggerakkan hati para peneliti untuk mencari jawaban. Tahun 1995, para peneliti akhirnya menemukan naskah asli tulisan tangan Joseph Mohr. Lirik lagu itu ditulis tahun 1816, sedangkan melodinya diciptakan tahun 1818 oleh Franz Gruber.

Latar Belakang Joseph Mohr

Joseph Mohr lahir pada 11Desember I792 di Salzburg Austria, dari pasangan Franz Joseph Mohr dan Anna Schoiber. lbu Joseph Mohr sehari-hari bekerja sebagai pemintal kain dan penyulam, sedangkan ayahnya adalah seorang serdadu di Salzburg. Josep Mohr merupakan anak di luar nikah padahal pada saat itu kelahiran anak di luar nikah adalah sebuah aib. Bahkan ibunya, Anna Schoiber, harus menerima hukuman denda sebesar 9 florin akibat kandungan yang dianggap “melanggar hukum”.

Pada masa itu, bila seorang wanita mengandung di luar nikah, ia dianggap berbuat kriminal. Hukuman denda itu terlalu besar bagi Anna. Denda itu sama besarnya dengan penghasilan Anna selama setahun penuh sebagai pemintal atau penyulam. Namun, demi membesarkan si kecil Joseph, Anna Schoiber “menggadaikan” anaknya itu. Si kecil Joseph-pun menjadi anak angkat seorang jaksa kaya, Franz Joseph Wohlmuth, di kota Mariapfarr.

Tidak Menyerah pada Status

Status sebagai anak haram melekat pada Joseph Mohr sejak ia masih kecil. Menurut kebiasaan setempat yang berlaku, ia tidak diizinkan belajar apa pun, bahkan untuk belajar kerajinan sekalipun. Namun. Joseph tidak pernah menyerah pada statusnya. Dia terus menekuni bakat musik yang ada pada dirinya. Sampai pada suatu saat, pemimpin paduan suara Katedral Salzburg, Johan Nepomuk Hiernle, mendengar Joseph bernyanyi dan ia-pun tertarik. Di mata Hiernle, anak ini dinilai memiliki talenta musik yang tinggi. Tanpa ragu lagi, Joseph-pun disekolahkan dan dilatih musik.

Joseph Mohr

Di kemudian hari, ia bahkan menjadi seorang biarawan, pastor Katolik. Tidak lama setelah masuk biara, frater (calon pastor) Joseph Mohr ditugaskan membantu pastor di paroki Mariapfar, Lungau, di Pegunungan Alpen, Austria. Kota ini kebetulan adalah kota asal “ayahnya” yang tidak pernah menikahi ibunya. Selain itu, kota ini juga tempat asal kakeknya.

Lahirnya Sebuah Maha Karya

Beberapa hari sebelum Natal tahun 1818, Joseph Mohr sebagai pastor pembantu di gereja Santo Nikolaus bingung karena organ di gereja rusak. Umat bakal kecewa jika lagu-lagu Natal dinyanyikan tanpa iringan organ. Di gereja itu, sebagian besar umat terdiri dari pekerja kapal dan pembuat perahu. Saat itu, banyak warga sedang dirundung kesulitan ekonomi. Penyebabnya adalah terhentinya  transportasi garam melalui sungai di Salzburg setelah Perang Napoleon (1792-1815). Ekonomi lesu dan penduduk setempat mengalami depresi ekonomi.

Franz Xaver Gruber

Dalam keadaan bingung, Joseph Mohr berjalan kaki ke rumah Franz Gruber seorang guru SD yang menjadi organis dan pemimpin koor di gereja. Ia menunjukkan lirik yang ditulisnya dua tahun yang lalu kepada Gruber. Gruber langsung menggubah melodinya dan menyerahkannya kepada Mohr. Mohr merasa puas dan keduanya mulai berlatih. Tepat pada malam vigili Natal, 24 Desember 1818, Mohr menyanyikan lagu itu dengan suara tenor sambil mengiringi dengan gitar, sedangkan Gruber menyanyikan suara bas. Nyanyian keduanya langsung disambut gembira oleh umat.

Hari Tua Joseph Mohr

Tidak begitu banyak orang yang mengetahui hari tua sang penulis lagu tersebut. Joseph Mohr menjalani masa tua tanpa memiliki apa-apa. Semua yang dimilikinya, sebagian besar diberikan kepada orang terlantar yang membutuhkan uluran tangannya. Bahkan, untuk biaya upacara penguburan yang layak pada saat kematiannya di tahun 1848 pun hampir-hampir tidak ada.

Sesuatu yang berawal dari kesederhanaan ternyata dapat menghasilkan maha karya besar. Karya satu-satunya, alat musik sederhana, dan tempat yang sederhana pula mengawali berkumandangnya lagu Malam Kudus. Itulah yang terjadi juga pada Natal pertama ketika Yesus lahir di kandang domba. Penuh kesederhanaan, tidak banyak publisitas, tetapi berdampak sangat besar sampai sekarang.

Itulah dahsyatnya Allah kita, yang sanggup memakai orang-orang sederhana, peristiwa sederhana, talenta yang sederhana untuk menghasilkan karya besar. Hal yang sama dapat dilakukanNya dalam hidup kita asalkan kita percaya.

Kini, seluruh umat Kristiani tentu akan merasa ada sesuatu yang kurang jika ada perayaan Natal tanpa menyanyikan lagu “Malam Kudus”

Sumber : Moses Christanto – BeCool vol. 32

Artikel Tentang Kedatangan Yesus Kristus

Ramalan dan Nubuatan Alkitabiah Kedatangan Mesias :

Baca Juga Artikel Tentang Tradisi dan Perayaan Natal :