Jangan Mau Jadi Pilatus
Solomon Asch, seorang Psikolog pada tahun 1951 mengadakan eksperimen menarik sebagai berikut: “Lima orang dilibatkan dalam penelitian, mereka diminta memperkirakan panjang sebuah garis. Diperlihatkan sebuah kartu berisi satu garis lurus dan kartu kedua berisi tiga pilihan garis. Mereka diminta memilih satu garis di kartu kedua, yang sama panjangnya dengan garis di kartu pertama. Mereka bergiliran menyebutkan jawaban sehingga semua orang mendengar. Keempat orang pertama memberikan jawaban yang jelas-jelas salah (A), dan tiba giliran orang kelima memberikan jawaban. la bingung mengapa empat rekannya salah menjawab padahal jawabannya sangat mudah dan jelas yaitu B. Semua mata memandang padanya menunggu jawaban, dan kemudian ia menjawab “A.” Dengan demikian ia menyangkali keyakinannya sendiri akan jawaban yang benar (B) karena ingin menyesuaikan diri dengan keempat rekannya yang mengatakan jawaban yang sama (A). Keempat orang pertama sebetulnya sudah bersekongkol dengan peneliti dan memang diminta untuk memberikan jawaban yang salah.” Penelitian tersebut menunjukkan bahwa seseorang cenderung mengabaikan keyakinannya sendiri ketika ia merasa ada desakan untuk menyesuaikan diri dengan dengan kelompok mayoritas. Apakah Anda pernah mengalami kondisi serupa?
Masih ingat kondisi sebelum penyaliban Tuhan Yesus? Pilatus, yang tahu bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah akhirnya toh terdesak mengikuti keinginan rakyat yang berteriak-teriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Karena baginya lebih aman untuk menyesuaikan diri dengan suara mayoritas, walaupun ia tahu kebenarannya. Apakah Anda pernah mengalami kondisi serupa? Jangan jadi seperti Pilatus.

Menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan pendapat kelompok bukan perbuatan yang salah. Dalam hidup bermasyarakat, kita diminta untuk beradaptasi dengan lingkungan dan norma sosial. Kita diharapkan menyesuaikan diri dengan norma di dalam keluarga, di sekolah, di kantor, di organisasi sosial. Dengan catatan kelompok yang kita ikuti pendapatnya tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan dan etika hidup Kristiani. Akan tetapi bila kelompok tersebut mulai menyimpang/tidak lurus, maka janganlah kita ikut menyimpang pula. Ingat, jangan mau jadi Pilatus.
Filipi 2: 15 Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.”
Kita perlu mempertahankan kelurusan hati. Jangan mau jadi Pilatus.
Untuk membantu Anda memahami dan dapat mempertahankan kelurusan hati, maka berikut dipaparkan penyebab kita menyesuaikan diri dengan kelompok

- Kepercayaan Terhadap Kelompok
Makin besar kelompok, maka makin mudah kita mengikuti rasa percaya kita terhadap pendapat kelompok. Rasa percaya bisa timbul ketika kelompok, khususnya pemimpin kelompok, memiliki kemampuan yang hebat; memiliki kepandaian atau pengalaman dan jam terbang yang tinggi atau karena kelompok sudah menginvestasikan sesuatu kepada kita (bantuan uang, dukungan emosi, perhatian) sehingga timbul rasa solidaritas dalam diri kita. Dalam dunia remaja, hal ini terwujud dalam kegiatan genk dimana anggota genk memiliki rasa solidaritas terhadap kelompok yang mungkin memberikan perhatian dan dukungan emosi yang lebih besar dibandingkan orang tua di rumah. Sehingga ketika genk berangkat tawuran, anggota kelompok yang mungkin tidak suka berantam-pun menjadi ikut maju bersama kelompok. Bisa jadi hal ini juga yang terjadi pada anggota padepokan atau anggota kelompok ekstrimis lain. Oleh sebab itu, kita perlu peka terhadap pendapat dan kebiasaan kelompok. Apakah pendapat dan kebiasaan kelompok kita mulai melenceng dari kebenaran? Kita perlu mengevaluasi keikutsertaan kita dalam kelompok tersebut, bisa jadi tidak menjadi bagian dari mereka adalah jalan yang lebilh baik. - Rasa Takut Dicela, Dimusuhi atau Dianggap Berbeda
Kita senang bila diterima, diperlakukan dengan baik oleh kelompok dan sebaliknya tidak ingin dan tidak suka bila dicela, dimusuhi atau dianggap berbeda dari pendapat mayoritas anggota kelompok. Mungkin kita ingin mengatakan kebenaran atau menegur kesalahan. Akan tetap disisi lain kita melihat bahwa tren dalam kelompok berbeda dengan pendapat kita. Biasanya kita akan bepikir dan menimbang: apakah akan setuju saja dengan pendapat mayoritas atau tetap menyuarakan pendapat kita? Sama seperti penelitian di atas, kita memikirkan konsekuensi yang bakal kita alami bila kita berbeda dengan mayoritas. Pilihan di tangan Anda dan pastikan Anda tetap memilih kebenaran. Ingat, jangan mau jadi Pilatus. Akan tetapi perlu diperhatikan cara kita menyampaikan ketidaksetujuan, atau menegur. Cara yang baik, sopan dan lembut pastinya lebih dapat diterima dibandingkan cara-cara yang keras dan frontal.
Menyesuaikan diri dengan kelompok memang perlu, tetapi pekalah terhadap hal-hal yang menyimpang dari kebenaran dan janganlah takut dicela oleh kelompok ketika kita menyuarakan hal yang benar. Ingat, jangan mau menjadi seperti Pilatus
Oleh Passion
Suilyana 0. Sewucipto MPsi, Psi.
JL. Kelapa Hibrida Raya
Kelapa Gading, Jakut
(021) 80749600
Sumber : R1D | MAG vol. 27.