LeadershipLeadership Quality

Sarah Melakukan Kehendak Tuhan Dengan Caranya

Kualitas Kepemimpinan – Penyelesaian Masalah 01

Bacaan : Kejadian 16: 1-16

Mereka yang menguasai pemecahan masalah akan menemukan bahwa kualitas ini adalah salah satu cara tercepat untuk mendapatkan kepemimpinan dalam kelompok manapun. Siapapun yang dapat memecahkan masalah tidak akan pernah kekurangan pengaruh.

Tetapi pengaruh yang didapat tidak selalu positif. Pertimbangkan kasus Sarah. Tuhan memberi tahu suaminya, Abraham, bahwa keturunan Abraham akan tumbuh sebanyak pasir pantai dan bintang-bintang di langit. Tapi ada masalah: Sarah mandul dan sudah melewati usia subur. Seiring berlalunya waktu, janji Allah tidak tampak lebih dekat dengan penggenapan.

Sarah menghadapi masalah dan merasa terdorong untuk menyelesaikannya. Kurangnya kesabaran untuk mempercayai Tuhan untuk menepati janji-Nya, Sarah mencari metode sendiri. Setelah menunggu lebih dari satu dekade untuk seorang putra, Sarah merasa dia telah menunggu cukup lama dan dengan tidak bijaksana berusaha memenuhi kehendak Tuhan dengan caranya sendiri, melalui seorang hamba Mesir bernama Hagar.

Solusi Sarah, bagaimanapun, memberinya kedamaian. Ketika Hagar hamil oleh Abraham dan melahirkan seorang putra bernama Ismael, Sarah justru membenci Hagar dan putranya yang baru lahir. Hagar telah melakukan apa yang diminta, tetapi kepuasan menghindar dari Sarah.

Gila kendali!

Masalah sebenarnya yang dihadapi Sarah bukanlah kebutuhan untuk keturunan, tetapi ketidaksabarannya sendiri. Sarah menginginkan kendali — sesuatu yang telah menimpa banyak pemimpin sepanjang sejarah. Alih-alih mempercayai Tuhan, Sarah mencoba membuat janji itu menjadi kenyataan dengan menggunakan metodenya sendiri dan sesuai dengan jadwalnya sendiri. Dia bergantung pada kekuatannya sendiri ketika dia seharusnya bersandar pada Tuhan Yang Mahakuasa. Sarah menggambarkan apa yang terjadi ketika seorang pemimpin yang tidak aman mencoba untuk bekerja secara independen dari Tuhan.

Pemimpin yang tidak aman:

  1. Percaya Tuhan tidak peduli, tidak ada, atau bahkan menentang mereka.
  2. Membiarkan keadaan mereka untuk menentukan pemahaman mereka tentang karakter Allah.
  3. Melihat kehidupan melalui perspektif kelangkaan, kekurangan dan bukannya kelimpahan.
  4. Menjadi egois dan manipulatif.
  5. Merasa terintimidasi dan berurusan dengan orang lain melalui intimidasi.
  6. Membenci kesuksesan orang lain dan menjadi marah karenanya.
  7. Berpikir bahwa jika satu orang berhasil, orang lain harus kalah.
  8. Menyalahkan orang lain untuk dilema yang dialaminya.
  9. Melihat diri mereka sendiri sebagai martir.
  10. Menyimpulkan bahwa upaya mengendalikan keadaan tampaknya lebih logis daripada memercayai Tuhan.

Apakah Anda mengidentifikasi diri serupa dengan Sarah? Apakah Anda bergumul dengan keinginan untuk mengendalikan masalah daripada melakukan hal-hal dengan cara Tuhan? Jika demikian, mintalah kepada Tuhan untuk mengungkapkan bagaimana Dia ingin Anda mengatasi masalah Anda dengan cara yang seturut rencana Dia.

Artikel Kualitas Kepemimpinan Dalam Hal Pemecahan Masalah :

Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :