Kekuatan Kemitraan
Equip Seminar Buku 5 Bab 5
Berpindah dari Keterpisahan Menuju Kerja Sama dalam Pelayanan Anda
“Satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang.” (Ulangan 32:30)
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (Mazmur 133:1)
Untuk menaikkan kepemimpinan anda ke suatu taraf yang lebih tinggi, anda perlu membangkitkan kekuatan kemitraan. Kemitraan dapat terjadi dalam sebuah pelayanan antar departemen yang berbeda ataupun antar dua organisasi terpisah yang punya suatu tujuan bersama. Kemitraan yang efektif akan menghasilkan sinergi – energi yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang dipersatukan. Ini merupakan sebuah sintesa dari kekuatan-kekuatan yang menghasilkan lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya. Kemitraan berbicara tentang pelipat-gandaan. Perbedaan antara penjumlahan dan perkalian sangatlah jelas:
4+4=8
4×4=16
Pendeknya, kemitraan melipat-gandakan hikmat, energi dan sumber-sumber. Pikirkan apa yang bisa terjadi bila anda tidak lagi memegang kendali pelayanan anda, namun mengundang kekuatan-kekuatan dari pihak-pihak lain untuk bergabung bersama anda dalam proses itu. Bagaimana jika anda bergabung bersama pelayanan-pelayanan yang lain untuk menghasilkan lebih banyak buah bagi Kerajaan Allah dari pada apa yang dapat anda hasilkan sendirian?. Bagaimana kalau pelayanan anda dapat berbicara tentang sesuatu yang lebih dari sekedar anda seorang diri?
Studi Kasus tentang Kemitraan Pribadi: Yonatan dan Daud
Kisah tentang Yonatan dan Daud diceritakan dalam 1 Samuel 18-20. Ini merupakan suatu gambaran yang begitu jelas dari dua orang yang memilih untuk bermitra bersama demi kesuksesan umat Allah di masa yang akan datang. Yang membuat kisah itu mendalam adalah bahwa Yonatan memilih untuk mempromosikan Daud untuk menjadi raja Israel yang mendatang, sekalipun Yonatan adalah pemilik hak waris tahta kerajaan itu. Inilah kisah tentang pengorbanan dan kemitraan demi kebaikan Kerajaan Allah, bukan sekedar keuntungan seseorang saja.
Modal apakah yang dimiliki Yonatan dan Daud yang telah melahirkan sebuah kemitraan yang begitu dahsyat? Kita telah mengkaji kebenaran penting ini dalam pelajaran di buku Million Leaders Mandate terdahulu. Peninjauan ringkas atas 1 Samuel 20 mengingatkan kita akan ramuan yang menciptakan sebuah kemitraan yang efektif.
1. Mereka saling siap menolong – available (1 Samuel 20:1-4).
Walaupun Yonatan tidak bisa percaya bahwa Daud berada dalam keadaan yang sedemikian bahaya lantaran ayahnya, Saul, namun Yonatan berjanji setia dan siap melakukan apa saja demi dia. Yonatan akan melakukan apa saja yang Daud minta ia lakukan.
Pertanyaan: Apakah saya punya seorang mitra pelayanan yang saya siap menolong sepenuhnya?
2. Mereka saling bergantung – dependable (1 Samuel 20:5-17)
Ketika mereka berpisah jalan, Yonatan memprakarsai sebuah “sumpah” bahwa ia dan Daud akan saling bersumpah. Sumpah itu menyatakan bahwa mereka akan berkomitmen satu sama lain tanpa memandang harga yang harus dibayar.
Pertanyaan: Apakah orang lain bisa bergantung kepada saya dalam kemitraan dan hubungan apapun yang saya terlibat di dalamnya?
3. Mereka saling siap diserang (1 Samuel 20:18-33)
Ketika Daud gagal bergabung dengan Raja Saul untuk makan malam, raja marah. Yonatan siap diserang, dan siap mati sebagai resikonya demi melindungi Daud.
Pertanyaan: Seberapa siap saya diserang demi kepentingan seorang yang lain?
4. Mereka saling bertanggung jawab (1 Samuel 20:34-42)
Akhirnya, Daud harus meninggalkan istana untuk sementara waktu. Dua sahabat ini saling menangis karena perpisahan mereka, namun mereka melakukan apa yang benar. Bahkan sekalipun dituntut suatu keputusan yang menyakitkan, mereka bertindak secara bertanggung jawab satu sama lain.
Pertanyaan: Apakah saya bertindak secara bertanggung jawab dan demi minat terbaik orang-orang lain dalam kepemimpinan saya.
Kebenaran Tentang Kemitraan
Celakanya, kekuatan kemitraan itu jarang terlihat. Lebih mudah membicarakannya daripada mempraktekkannya. Phil Butler, Presiden Interdev, memberikan beberapa garis besar prinsip kemitraan yang efektif:
1. Kemitraan yang efektif dibangun di atas saling percaya, keterbukaan dan keprihatinan yang sepadan.
Kemitraan lebih dari pada koordinasi, perencanaan, strategi-strategi dan taktik-taktik. Ia menuntut hubungan antar pribadi.
2. Kemitraan yang langgeng memerlukan seorang fasilitator atau koordinator.
Kemitraan membutuhkan seseorang yang, atas dasar konsensus, telah diberi peran untuk menghidupkannya.
3. Kemitraan yang efektif berkembang demi mencapai sebuah visi atau tugas yang spesifik.
Kemitraan harus lebih berfokus pada “apa” (sasaran-sasaran) dari pada “bagaimana caranya” (struktur). Bentuk akan menyertai fungsi.
4. Kemitraan yang relevan dimulai dengan mengenali kebu tuhan-kebutuhan diantara umat yang dilayani.
Mereka tidak memulai dengan cara menuliskan suatu pernyataan teologis yang umum – namun dengan cara digerakkan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang ada.
5. Kemitraan merupakan sebuah proses, bukan suatu peristiwa sekali saja.
Tahap-tahap pembentukan seringkali membutuhkan waktu; mengembangkan dan membangun rasa saling percaya tidak bisa terjadi dalam waktu semalam.
6. Kemitraan yang hebat lebih menantang untuk memeliharanya daripada untuk memulainya.
Untuk memastikan agar visi tetap bertahan, fokus tetap jelas dan komunikasi lancar dituntut adanya komitmen.
7. Kemitraan yang berbuah-buah țerdiri dari pelayanan-pelayanan dimana setiap orang punya sebuah identitas yang jelas.
Pelayanan-pelayanan kemitraan harus memiliki suatu visi yang unik dan jelas yang saling melengkapi visi satu sama lain.
8. Kemitraan yang efektif merayakan perbedaan-perbedaan diantara pelayanan-pelayanan yang ada.
Para mitra merayakan kontribusi mereka yang berbeda-beda, namun memusatkan perhatian pada kesamaan-kesamaan yang mereka miliki.
9. Kemitraan yang langgeng tetap berfokus pada sasaran akhir, bukan pada masalah-masalah yang sedang dihadapi sekarang.
Para mitra tidak merasa terganggu untuk memuatkan perhatian pada sasaran utama mereka lantaran adanya tuntutan-tuntutan operasional.
10. Kemitraan yang cerdas mengharapkan masalah-masalah dan merencanakan penanganan sebelumnya.
Pastikan bahwa suatu proses sedang dibangun untuk menangani perubahan-perubahan, kekecewaan, dan hal-hal yang tak terduga-duga.
Pertanyaan: Apakah anda terlibat dalam suatu kemitraan yang efektif saat ini?
Studi Kasus tentang Kemitraan Yang Strategis : Saul dan Samuel
Kitab Suci menyediakan sebuah gambaran bagi kita tentang bagaimana para pendeta dan pemimpin bisnis dapat bermitra bersama demi mewujudkan sebuah visi yang dikaruniakan oleh Allah. Dalam 1 Samuel 9-15, kita melihat bagaimana Samuel, sang imam, dan Saul, sang Raja, bersama-sama dipakai Allah dalam rencanaNya yang berdaulat. Samuel adalah pemimpin rohani (atau pemimpin pelayanan) dan Saul adalah pemimpin sekuler (atau pemimpin pasar).
Samuel sanggup menunaikan perannya sebagai seorang pemimpin rohani terhadap seorang pemimpin yang kuat seperti Saul karena ia nyaman mengenai jati dirinya. Samuel menemukan rasa amannya dalam panggilan ilahinya dan dalam diri Dia yang telah memanggilnya. Sementara Saul adalah seorang pemimpin yang mengancam dan menakutkan (1 Samuel 9:2), Samuel tak pernah gentar ataupun iri terhadap peran Saul. Bahkan, ia tidak bisa dialihkan dari karyanya dalam kehidupan Raja Saul. Perhatikanlah pengamatan-pengamatan berikut ini tentang hubungan dan kemitraan mereka.
Apa Yang Setiap Pendeta Dapat Pelajari Mengenai Kemitraan Ini
1. Samuel dapat berbicara ke dalam kehidupan Saul karena ia merasa aman dalam panggilannya (1 Samuel 9:17-19). Allah menunjukkan raja Israel kepada Samuel, namun Samuel tidak pernah menaruh Saul ke dalam status selebritis. Saul akan menjadi Raja atas Samuel – namun rasa aman maupun kesehatan emosi Samuel tidak pernah diletakkan pada seorang manusia. Dengan tenang dan percaya diri ia berkata kepada Saul, “Saya adalah nabi.” Kemudian ia langsung melengkapi Saul dengan petunjuk-petunjuk mengenai perkara-perkara rohani yang akan dihadapinya sebagai seorang raja.
2. Samuel sanggup meneguhkan peran Saul untuk saling melengkapi serta menghormati peran itu (1 Samuel 9:21-23). Sekalipun Samuel telah menjadi pemimpin yang kelihatan di Israel, ia dengan sengaja menyerahkan statusnya dengan cara menghormati Saul di muka umum. Ia menyisihkan makanan spesial bagi Saul dan satu tempat duduk yang khusus di hadapan meja makan itu sehingga tak seorangpun akan mempertanyakan siapa yang harus mereka ikuti.
3. Samuel mengambil prakarsa dan mengurapi Saul untuk peran pelayanan yang harus digenapinya (1 Samuel 10:1). Samuel tidak merasakan persaingan atau cemburu terhadap raja baru ini. Samuel tahu bahwa orang-orang lain akan melayani sebagai pemimpin-pemimpin diantara umat Allah dan kedua-duanya harus saling melengkapi. Sebagaimana Pelatih Mac pernah berkata, “Kita tidak datang kesini untuk bersaing (compete) satu sama lain, tetapi untuk saling melengkapi (complete) satu sama lain.”
4. Samuel telah sangat membantu Saul dalam menerima suatu visi yang baru untuk melayani umat (1 samuel 10:6-9). Pada tahap ini Samuel punya segala alasan untuk merasa canggung atau tersisih. Sekarang Saul sedang melakukan sesuatu yang Samuel sangat berkarunia untuk melakukannya. Namun Samuel tidak menolak untuk menjadi bagian dari pengembangan diri Saul agar ia menjadi pemimpin rohani sebagaimana Allah telah memanggilnya.
5. Samuel adalah kunci dalam menolong Saul menggunakan karunia-karunia rohaninya (1 Samuel 10:10-13).
“Ketika mereka sampai di Gibea dari sana, maka bertemulah ia (Saul) dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka… lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: “Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kisy itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?”
6. Samuel tidak merasa terancam atau iri hati atas kemenangan-kemenangan Saul (1 Samuel 13:8-13). Tak peduli kedudukan Saul sebagai raja maupun keberhasilannya sebagai penakluk, Samuel tak tergetar sedikitpun oleh salah satu kenyataan ini. Sementara Samuel sangat bersifat meneguhkan, ia juga memahami peran yang harus dimainkannya di Israel dan di dalam kehidupan sang raja. Samuel mengkonfrontasi Saul atas ketidaktaatannya dan menjelaskan peran mereka masing-masing: Saul sebagai raja sedangkan ia sebagai imam.
7. Samuel sanggup mengucapkan kata-kata arahan kepada Saul (1 Samuel 15:1-3). Bahkan setelah mengkonfrontasi ketidaktaatan Saul, Samuel sanggup memberikan arahan pada sang raja dan meneguhkan karyanya di medan laga. Ia tidak menyusut dari memainkan perannya dalam kehidupan Saul dan menjelaskan lagi tempat Saul dalam skema dari segala sesuatunya. Ia melengkapi Saul dengan keyakinan diri dan dukungan yang besar sementara Saul berusaha memimpin pasukan Israel.
8. Samuel berdoa dan merasa turut pedih hati saat Saul mengalami kegagalan. (1Samuel 15:10-11). Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel, demikian: “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku. Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada Tuhan semalam-malaman.”
9. Samuel dapat mengkonfrontir Saul ketika ia berdosa dan memberinya perspektif (1Samuel 15:12-23). Samuel merasa terus-menerus terpanggil untuk memberi perspektif tentang gambaran besarnya kepada Saul, serta mengingatkan dia mengenai asal-usulnya, panggilan Allah dalam dirinya dan misinya. Ia membentangkan perspektif kekal kepada sang raja, đan menolak untuk membiarkan Saul menyimpang yaitu: mencoba untuk melakukan kehendak Allah dengan caranya sendiri.
10. Samuel punya kredibilitas rohani untuk menuntut pertobatan Saul (1 Samuel 15:24-31). Samuel melayani Saul dengan kombinasi yang indah antara anugerah dan kebenaran (Yohanes 1:17). Samuel menyatakan kebenaran di dalam kasih, tak pemah keluar dari rasa dengki atau sombongnya. Saat kembali bersama Saul, Samuel tidak memakai ancaman, namun ia memperlakukan Saul dengan hormat yang setinggi mungkin.
Apa Yang Setiap Pendeta Harus Tahu Mengenai Kemitraan Ini
Kitab Suci melukiskan peran kemitraan bahwa para pemimpin pelayanan (para pendeta) dan para pemimpin pasar (kaum awam) dapat menikmati pelayanan apabila mereka bekerja dalam kebersamaan.
1. Peran pendeta dilukiskan oleh Samuel. (Dialah sang pemimpin pelayanan).
Peran kaum awam dilukiskan oleh Saul. (Dialah sang pemimpin pasar).
Cukup sering, tidak satupun dari dua tipe manusia ini tahu bagaimana cara menjalin hubungan satu sama lain. Si pemimpin pasar merasa tidak benar-benar memahami hal-hal yang berkaitan dengan perkara-perkara “rohani,” sementara si pemimpin pelayanan merasa “terhilang” saat berbicara dengan kaum awam mengenai dunia usaha. Tak satu pihakpun saling memahami bahasa masing-masing. Dalam teks Alkitab tadi, nabi Samuel tidak takut untuk memasuki dunianya Saul dan berbicara terus terang kepadanya tentang prinsip-prinsip yang datang dari Allah.
2. Persoalan yang harus dibereskan oleh para pemimpin pelayanan (para pendeta) adalah rasa aman diri.
Persoalan yang harus dibereskan oleh para pemimpin pasar (kaum awam) adalah penundukan diri.
Kebanyakan pendeta tidak merasa dirinya aman serta terancam oleh kaum awam yang sukses dalam kumpulan jemaatnya. Sebuah penelitian melaporkan bahwa tiga diantara empat pendeta menyatakan secara anonim bahwa mereka merasa terancam oleh pemimpin awam atau stafnya yang bekerja bersama dengan mereka. Sembilan diantara sepuluh pendeta mengatakan bahwa mereka merasa tidak sanggup menjalankan tugas-tugas yang ada di hadapannya.
Sebaliknya, kebanyakan kaum awam yang sukses memiliki kesulitan untuk tunduk kepada seorang pendeta yang merasa diri tidak aman. Mereka mencari kepemimpinan yang kuat dan penuh percaya diri. Mereka lebih suka membuat keputusan mereka sendiri kalau yang menjalankan kepemimpinan bukanlah seorang yang berbakat memimpin. Para awam ini sering memerlukan Allah untuk “menghancurkan” mereka (Mazmur 51:18-19). Kata bahasa Ibrani untuk “kehancuran” ini berarti “dihancurleburkan sedemikian rupa supaya bisa diciptakan ulang menjadi sebuah status yang baru.” Dihancurkan berarti kita tidak lagi memaksakan agenda kita sendiri dan hanya bersukacita ketika rencana Allah menjadi kenyataan. Jiwa kita telah dijinakkan dan kita tidak lagi mempromosikan diri sendiri, merasa diri cukup atau merasa diri benar.
Kita hanya rindu untuk membuat suatu kemajuan, tak peduli siapapun yang akan mendapat nama besar. Dalam cara yang sama, sebagaimana Yesus telah mengambil roti, memberkatinya, dan memecah-mecahkannya, kemudian membagikannya kepada orang banyak, kitapun harus mengalami urutan perlakuan yang sama dari Allah. Állah memberkati kita, namun sekarang Dia harus memecah-mecahkan kita sebelum dapat memakai kita untuk memberi makan orang-orang lain di sekeliling kita.
3. Si pendeta sering iri terhadap keberhasilan kaum awam. (Ia iri terhadap uangnya).
Si kaum awam sering iri terhadap pentingnya pendeta. (la iri terhadap misinya).
Hubungan yang kurang baik antara kaum awam yang sukses dengan para pendeta sering disebabkan karena salah satu pihak iri terhadap apa yang dimiliki pihak lainnya. Sebenarnya keduanya bisa saling memberi dengan murah hati apa yang mereka miliki, dan berbagi kekayaan mereka – baik berupa uang ataupun suatu misi dari Allah. Tuhan telah menempatkan kedua jenis pemimpin tersebut di dalam gereja untuk saling memberkati satu sama lain.
4. Para pendeta harus mengembangkan sebuah visi yang cukup besar untuk memikat perhatian kaum awam.
Kaum awam harus mengembangkan suatu roh yang murah hati untuk memampukan para pendeta mewujudkan visinya.
Kadang kala sulit untuk mengakui bahwa kita ini saling membutuhkan. Kita merasa lebih suka untuk mengerjakannya sendiri. Namun ada saat-saat ketika kita tidak lagi sanggup melakukannya sepihak. Visi kita harus sedemikian luas sehingga dapat menampung karunia-karunia orang-orang lain untuk mewujudkannya. Acap kali, pemimpin pelayanan memiliki visi, sementara pemimpin pasar memiliki sumber-sumber dayanya.
5. Para pendeta harus melibatkan kaum awam dalam pengambilan keputusan-keputusan sehingga mereka merasa turut memiliki pelayanan itu.
Kaum awam harus melibatkan para pendeta baik dalam urusan keuangan maupun jadwal mereka.
Apa yang nampaknya paling berharga bagi para pendeta adalah kuasa untuk mengendalikan pelayanan gerejanya. Apa yang nampaknya paling berharga bagi para pemimpin pasar adalah waktu mereka. Kedua-duanya harus saling memberikan apa yang paling mereka hargai satu kepada yang lain. Kalau mereka bisa melakukannya, mereka akan berbagi kepemilikan terhadap visi gereja. Kalau tidak bisa, maka para pemimpin pasar hanya akan memiliki sebuah minat yang sambil lalu saja terhadap program-program gereja, dan para pendeta akan mendapatkan sumber-sumber yang terbatas.
6. Para pendeta harus memberikan pelayanan gerejanya kepada orang awam.
Kaum awam harus memberikan karunia-karunia rohani mereka kepada pelayanan gereja.
Pelayanan jemaat lokal kita begitu luas sehingga menuntut karunia-karunia dan pelayanan dari segenap anggota Tubuh Kristus (Roma 12:4-5). Dalam pasal ini Paulus menuliskan bahwa kita adalah “anggota yang seorang terhadap yang lain.” Renungkan ini – kita bukan hanya anggota-anggota Gereja Kristus, namun juga anggota yang seorang terhadap yang lain. Saya adalah milik anda dan anda adalah milik saya!
7. Para pendeta gagal dalam kemitraan ini karena mereka merasa terancam.
Orang awam gagal dalam kemitraan ini karena mereka merasa independen.
Terlalu sering, inilah gambaran Gereja kita. Rasa terancam atau sifat independen belaka telah mengakibatkan para pemimpin pelayanan atau pemimpin pasar melompat keluar dari kemitraan sedemikian cepat.
8. Para pendeta bisa mempersembahkan satu hal yang paling diingini oleh kaum awam – pencapaian tujuan.
Kaum awam bisa mempersembahkan satu hal yang paling dibutuhkan oleh para pendeta – sumber-sumber daya.
“Tak ada masalah yang tak dapat kita pecahkan bersama, namun hanya ada sedikit saja yang bisa kita pecahkan sendirian.” (Lyndon B. Johnson)
Apa Yang Setiap Pendeta Haras Lakukan Berkenaan Dengan Kemitraan Ini
1. Para pendeta harus merasa aman dalam panggilan dan peran mereka dalam kehidupan para pemimpin pasar.
Penerapan : Bagaimana anda dapat membangun hal ini didalam hidup anda?
2 Para pendeta harus memprakarsai hubungan dan kemitraan dengan para pemimpin pasar.
Penerapan : Kapan anda akan melakukan hal ini? Dengan siapa?
3. Para pendeta harus menciptakan peluang peluang bagi para pemimpin pasar untuk menggunakan karunia-karunia mereka.
Penerapan : Dimana orang-orang itu akan mungkin menggunakan karunia-karunianya di dalam gereja anda?
4. Para pendeta harus mengizinkan para pemimpin pasar turut memiliki pelayanan
dengan membuat keputusan-keputusan bersama.
Penerapan : Bagaimana anda dapat melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan-keputusan?
5. Para pendeta harus memahami dan mengkomunikasikan prinsip-prinsip (nilai-nilai inti) serta visi mereka.
Penerapan : Kapan dan bagaimana anda akan melakukan hal ini?
6. Para pendeta harus menantang para pemimpin pasar untuk menggenapi panggilan Allah dalam kehidupan mereka juga?
Penerapan : Landasan bersama apa yang dapat anda pakai untuk hal ini?
7. Para pendeta harus memperlengkapi para pemimpin pasar untuk menjadi pemimpin-pemimpin rohani dalam arena-arena mereka sendiri.
Penerapan : Bagaimana anda akan mencapai hal ini?
“Hukum Kepentingan : Satu adalah angka yang terlalu kecil untuk mencapai sesuatu yang besar” (John C. Maxwell)
Sumber : Equip Seminar Buku 5 Bab 5 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com.
Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Diinisiasi oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.
Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.
Baca EQUIP Leadership Seminar Buku 5 :
Buku 5 Bab 1 – Pondasi Kepemimpinan Kita
Buku 5 Bab 2 – Kepemimpinan adalah Penatalayanan
Buku 5 Bab 3 – Memimpin Pribadi-Pribadi Yang Berbeda
Buku 5 Bab 4 – Prinsip-Prinsip Untuk Penyelesaian Tugas
Buku 5 Bab 5 – Kekuatan Kemitraan
Buku 5 Bab 6 – Keputusan Anda Menentukan Akhir Hidup Anda
Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :