FamilyPsikologi

Virus Emosi Marah

Jika ada orang yang sedang berbicara dengan Anda dan ia bersin, apa yang Anda lakukan? Mungkin berpaling. menangkupkan tangan ke hidung dan mulut yang tujuannya untuk menghindar agar tidak ada virus pilek yang hinggap pada diri Anda. Emosi, sama seperti virus yang menular. Apa maksudnya? Pernahkan Anda tersenyum dan orang membalas senyuman Anda? Pernahkah Anda berbicara hal yang manis pada orang lain dan orang tersebut kemudian ganti memuji Anda? Pernahkah Anda marah dan kemudian orang tersebut balik marah pada Anda? Kemungkinan besar Anda pernah menularkan virus emosi pada orang lain.

Bila Anda mulai memahami bahwa emosi dapat menular atau ditularkan, emosi apa yang ingin Anda tularkan pada orang lain? Tentunya emosi yang bersifat positif dan menyenangkan. Namun, tidak terhindarkan bahwa ada hal-hal yang dapat membuat kita mengalami emosi negatif, salah satunya adalah MARAH.

Sama seperti sakit pilek, Anda tidak kebal dari emosi marah. Namun ketika seseorang mulai “Hatchyi… Hatchyi” selayaknya ia menutupi mulut dan hidungnya dengan tangan atau tisu agar virus pilek tidak pindah ke orang lain. Demikian pula ketika sedang marah, ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk mengecilkan dampak dari rasa marah Anda.

1. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah berbicara dengan menggunakan “I message” atau “Saya”…. Hindari menggunakan “You message” atau “Kamu…” karena dengan menuding melalui kata-kata akan memicu amarah orang lain.

2. Sadari bahwa penyebab Anda marah adalah hal kecil saja dan biarkan saja hal itu berlalu (let it go).

3. Coba melihat kondisi yang menyebabkan Anda marah dari sudut pandang/ kondisi orang lain. Dengan demikian Anda mulai memahami pemikiran orang tersebut dan rasa marah Anda dapat mereda.

4. Tetap bersikap sebagai anggota tim yang toleran dan bukan sebagai anggota tim yang pengomel. Karena ketika Anda menjadi pengomel dan pemarah, orang biasanya enggan berada dekat dengan Anda.

Pada liburan Desember kemarin, saya mengantri di counter check in bandara pada pukul 04.00 dini hari, Saya berdiri sejak masih sedikit orang saja sampai antrian menjadi panjang dan counter tetap belum buka. Hati saya sedikit kesal. Saya sedang fokus mengetik di handphone dan tidak menyadari kalau seorang remaja memotong antrian dan berdiri di depan saya. Ketika menyadari hal ini, hati saya makin kesal dan saya menepuk pundak remaja tersebut dan berkata “Maaf, saya seharusnya ada di depan Anda.” Dia menatap saya tanpa ekspresi dan saya mendorong trolley saya maju melewatinya. Dalam kondisi ini, saya menggunakan strategi no.1.

Marah dapat dipicu banyak hal

Dalam kesempatan liburan yang sama, saya ada di sebuah kedai snack lokal yang sangat ramai sehingga antriannya berkelok-kelok keluar pelataran toko. Saat itu, kondisi saya sedang ftu dan suara saya parau sehingga ketika saya melakukan pemesanan, ibu tua yang berdiri di belakang mesin kasir tidak mengerti kata-kata saya dan membentak saya. Saya kaget dan jengkel, yang saya lakukan adalah mengulang pesanan saya. la kemudian paham dan sambil mengomel menyebutkan jumlah yang harus saya bayar. Sambil menunggu pesanan, saya berpikir bahwa ibu tua tersebut pasti lelah melayani pembeli yang begitu banyak dan ia menjadi mudah jengkel sehingga membentak saya, Kejadian ini adalah hal sepele yang tidak boleh mengganggu perasaan dan suasana liburan saya. Dalam kondisi ini, saya menggunakan strategi nomor 2 dan 3.

Sebenarnya, marah tidak selalu buruk. Marah terhadap hal yang tidak benar, dan marah atas ketidakadilan merupakan marah yang positif. Dalam hal ini rasa marah membuat Anda sadar bahwa ada hal yang tidak benar yang terjadi dan membuat Anda bertindak. Sekali lagi perlu diingat agar Anda ‘menutup hidung ketika bersin’ alias mengecilkan dampak rasa marah Anda.

Marah yang tidak benar adalah bila tujuan Anda marah adalah untuk menyakiti perasaan orang lain, misalnya membom orang lain dengan tudingan, menyalahkan, dan membesarkan kejelekan orang tersebut. Dalam hal ini, Anda menyebarkan banyak virus marah yang bisa jadi menjadi bumerang bagi diri Anda sendiri karena menimbulkan sakit hati orang lain.

Belajar mengendalikan amarah

Agar tulisan ini benar-benar menjadi berkat bagi Anda, ingat-ingatlah kondisi yang biasanya memicu rasa marah Anda dan bayangkan reaksi yang seharusnya Anda lakukan. Anda dapat mengacu pada 4 strategi di atas. Dengan demikian, Anda mempersiapkan diri untuk melakukan reaksi yang benar pada saat kondisi yang memicu rasa marah tersebut terjadi.

Oleh : Passíon – Konsultan Psikologi Anak, dan Remaja

Suilyana O. Sewucipto, M.Si., P.Si.

Jl. Kelapa Hibrida Raya Blok QJ 9/ no.6

Kelapa Gading. Jakarta Utara

Sumber : Ridmag vol. 13