Keamanan Atau Sabotase
EQUIP Leadership Seminar Buku 2 Bab 2
Betapa Perasaan Tidak Aman Menghalangi Efektifitas Kepemimpinan
“Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik” (Amsal 29:12)
Salah satu tragedi terbesar dari kehidupan gereja berkisar seputar ketidak-amanan para pemimpinnya. Bencana kepemimpinan terjadi setiap pekan, sementara para pendeta beranggapan bahwa masalah yang dihadapinya bersangkut paut dengan teologi atau program-programnya.
Sebenanya, penyebab dari banyak masalah yang tak terselesaikan dalam gereja adalah perasaan tidak aman dari para pendetanya. Gejala-gejalanya muncul dalam berbagai macam bentuk, dimana pada prinsipnya sang pemimpin gagal dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Mungkin ia kurang memiliki kekuatan moral. Mungkin ia bersikap membela diri ketika orang-orang lain tak sependapat dengannya. Mungkin ia mengundurkan diri dari suatu peran kepemimpinan yang menyebabkan orang-orang lain mempertanyakan kepemimpinannya. Mungkin ia tidak memiliki sikap berani saat tidak disukai. Karena perasaan tidak aman ini, sang pemimpin mulai mempercayai kebohongan tentang dirinya atau tentang orang-orang lain juga – dan mulai mensabotase kepemimpinannya sendiri.
Melihat & Menemukan Perasaan Tidak Aman Dalam Perilaku Anda.
Sejujumya, ketidak-amanan pribadi hampir dengan mudah dapat ditemukan dalam perilaku anda. Kadang kita gagal melihatnya hanya karena kita mengacuhkannya. Kita menganggap seolah-olah itu tidak ada dengan jalan kita membela diri kita sendiri dan mengalihkan fokus masalah kepada perkara yang lain. Berikut ini akan disajikan studi kasus Alkitabiah, dimana orang-orang biasa seperti anda dan saya bergumul dengan berbagai macam ketidak-amanan diri. Perhatikan bagaimana hal tersebut terlihat dalam hidup mereka.
1. Perbandingan : Anda mulai membanding-bandingkan diri anda dengan orang lain.
Bahayanya: Anda akan mengacuhkan peran unik yang anda dan orang lain harus mainkan dalam tim anda.
Contoh: Para Pekerja Upahan di Kebun Anggur (Matius 20)
a. Anda mengacuhkan anugerah Allah bagi anda sementara anda menyibukkan diri dengan status orang lain.
b. Anda bersungut-sungut dan mengeluh tentang ketidakadilan yang dirasakan.
c. Anda menghakimi orang lain sebagai pihak yang kurang layak untuk menerima berkat jika dībandingkan dengan diri anda.
“Ketika Petrus melihat murid itu (Yohanes), ia berkata kepada Yesus: Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” (Yohanes 21:21-22)
2. Kompensasi : Anda merasa menjadi korban, sehingga anda harus berkompensasi untuk menutupi kekurangan anda.
Bahayanya: Anda gagal mempercayai kendali Allah sehingga anda menangani masalah itu dengan kekuatan anda sendiri.
Contoh : Yakub (Kejadian 27,32)
a. Anda meremcanakan dengan licik bagaimana anda dapat maju mendahului orang lain dan dapat memperoleh pengakuan orang.
b. Anda berjuang dengan berbagai macam “perang” yang tidak masuk akal demi mendapatkan apa yang anda pikir anda layak menerimanya.
c. Anda mungkin tunduk pada ketidak-jujuran dan dusta demi meraih hasil karya anda
Jangan marah… Jangan iri hati.. percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan, maka la akan memberikan kepadamu apa yang dinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan la akan bertindak. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan. Jangan marah… Berhentilah marah.. (Mazmur 37:1-8)
3. Persaingan : Anda terhanyut ke dalam pola yang berpusat pada diri sendiri, sehingga anda selalu berusaha untuk mengalahkan/menyingkirkan orang lain.
Bahayanya: Anda menjadi terobsesi dalam membangun ‘kerajaan’ anda sendiri, dan anda akan melakukan apa saja demi meraih kemenangan anda.
Contoh: Anak “Sulung” Yang Terhilang (Lukas 15)
a. Anda cenderung untuk selalu menghitung-hitung prestasi hidup anda.
b. Anda cenderung untuk suka mengritik dan menghakimi.
c. Anda cenderung untuk hidup dengan berpusatkan pada diri sendiri.
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. “(Galatia 6:4-5)
4. Tekanan : Anda terdorong untuk selalu mencari persetujuan orang lain; anda menjadi seorang yang suka memperkenankan hati setiap orang.
Bahayanya: Anda beresiko kehabisan daya karena motivasi yang tidak mumi dan harapan-harapan yang tidak realistis.
Contoh: Marta (Lukas 10)
a. Anda diganggu untuk menyimpang dari prioritas “tujuan utama,” dilalap oleh perbuatan anda sendiri.
b. Anda menjadi letih sebab anda berusaha melakukan terlalu banyak hal demi alasan-alasan salah.
c. Anda cenderung menjadi seorang perfeksionis (mau sangat sempurna dalam segala hal kecil).
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:10)
5. Penghakiman : Sikap menghakimi diri sendiri atau orang lain.
Bahayanya: Menyimpang dari kenyataan dan tergoda untuk meloloskan diri dari tanggung jawab.
Contoh: Elia (1 Raja-raja 19)
a. Anda memiliki pemahaman yang dangkal mengenai keadaan anda sendiri.
b. Anda mengeluh tentang kondisi yang tidak adil dan merasa kewalahan.
c. Anda takut pada penurunan dan ketidak-berartian diri anda sendiri.
“Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan la akan memperlihatan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah (1 Korintus 43-5)
6. Pengendalian : Demi mensahkan kelayakan diri anda sendiri, anda merasa bahwa anda harus mengambil alih kendali kepemimpinan
Bahayanya : Anda berpikir “menang-kalah,” bukan “menang-menang.” Karena anda menentukan jalan anda sendiri, maka anda akan mempertaruhkan integritas anda, bersikap melindungi “ladang” pribadi anda sendiri dan sering tergelincir ke dalam “paradigma kelangkaan.”
Contoh: Sara (Kejadian 16:1-6)
a. Keadaan anda menentukan pemahaman anda akan karakter Allah.
b. Anda menjadi pencari keuntungan diri sendiri dan memanipulasi orang lain.
c. Akhimya anda menderita oleh sebab sindrom “mati syahid,” merasa bahwa anda tidak dapat mempercayai orang lain.
“Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.” (Yeremia 29:11-13)
Kebohongan-Kebohongan Yang Kita Percayai
Tidaklah mustahil untuk mengalami beberapa gejala ini pada saat yang bersamaan. Kuncinya adalah mengenali cara bagaimana anda menanggulangi perasaan tidak aman dalam diri anda, dan kebohongan macam apa yang anda beritahukan kepada diri anda sendiri tentang kenyataan yang anda sedang hadapi.
Pertimbangkanlah: Jika kebenaran itu sungguh-sungguh memerdekakan kita (Yohanes 8:32), berarti kebohongan sedang menaruh kita dalam belenggu. Tingkat kekalahan dan belenggu yang anda hadapi sebagai seorang pemimpin mungkin saja terkait erat dengan banyaknya mitos atau kebohongan yang pernah anda terima mengenai jati diri anda. Masalahnya adalah bahwa sementara kita mengetahui kebenaran, pada saat yang sama kita juga mempercayai kebohongan. Dr. Chris Thurman telah menulis sebuah buku yang penuh dengan pemikiran yang mendalam berjudul The Lies We Believe (“Kebohongan-Kebohongan Yang Kita Percayai”). Beliau menyuguhkan suatu proses yang berguna bagi pemahaman kita.
MELANGKAH KE DALAM KEBENARAN
a. Tentukan peristiwa pemicu yang menyuburkan kebohongan/belenggu.
Contoh: Pembimbing anda lupa memberi sanjungan terhadap kerja keras yang anda lakukan dalam pelayanan misi yang sukses pada pekan yang silam. Lalu anda menjadi marah dan merasa tak berarti.
b. Temukan kebohongan yang telah anda percayai mengenai situasi tersebut.
Contoh: Mungkin anda telah menerima suatu kebohongan yang menyatakan: “Saya hanya sebagus hasil kerja saya.” Dengan ini anda telah mengikatkan nilai diri anda pada hasil kerja anda dan pengakuan orang lain.
c. Putuskan reaksi apa yang benar, pantas dan realistis.
Contoh: Nilai diri saya terikat langsung pada siapa jati diri saya, bukan pada apa yang saya lakukan. Pembimbing saya memang menghargai saya, tetapi sebagai manusia biasa seperti saya mungkin saja ia pernah lupa untuk memperhatikan hasil karya saya karena kekhilafan saja. Itu wajar-wajar saja, sebab ia sendiri memang sedang sangat sibuk dengan urusannya.
BEBERAPA KIAT DAN KEBENARAN
1. Kita sama sekali tidak boleh menuntut orang lain bertanggung jawab atas kesehatan perasaan kita.
2. Kebenaran merupakan syarat mutlak bagi kesehatan rohani dan emosi.
3. Ketidak-bahagiaan dan ketidak-amanan kita kebanyakan dihasilkan oleh kebohongan-kebohongan yang kita percayai.
4. Sadarilah bahwa anda akan mempercayai apa yang anda suka untuk dipercayai.
5. Kebenaran dapat ditutupi dengan kebohongan yang menggembirakan.
6. Ingatlah bahwa orang yang sakit hati secara alamiah cenderung untuk menyakiti hati orang lain. Orang yang terintimidasi akan mengintimidasi orang lain.

Kunci Menuju Keamanan Perasaan
1. Identitas
Anda harus mengikat nilai diri anda pada jati diri anda di dalam Kristus, bukan pada manusia dan hasil karya anda.
2. Kehancuran
Anda harus mengizinkan Allah untuk menghancurkan diri anda dari perasaan mampu sendiri dan dari tindakan mempromosikan diri sendiri.
3. Tujuan
Anda harus menemukan dan mempraktekkan tujuan hidup yang Allah berikan di dalam kehidupan anda, bukan yang diberikan-Nya kepada orang lain.
4. Memberi dan Menerima Berkat
Anda harus belajar membiarkan orang lain mengasıhi dan memberkati anda, dan melakukan hal yang sama terhadap mereka.
APA YANG HARUS DILAKUKAN:
1. Pelajari dan renungkan ayat-ayat Firman Tuhan yang menjelaskan jati diri anda: di dalam Kristus di dalam Dia / bersama Dia.
2. Periksa diri anda sendiri setiap kali anda membandingkan diri anda sendiri dan orang lain. Berdiam diri dan bersyukurlah kepada Tuhan atas perbedaan-perbedaan yang ada.
3. Pusatkan perhatian anda pada kekuatan dan pertajam karunia-karunia dan ketrampilan-ketrampilan anda.
4. Baca dan dengarkan bahan-bahan yang bersifat memotivasi : buku-buku, rekaman, majalah-majalah, dan sebagainya.
5. Temukan dua atau tiga kebohongan yang paling umum yang anda percayai mengenai anda sendiri. Tulislah kebenaran Tuhan tentang hal tersebut, lalu katakan kebenaran itu pada diri anda sendiri.
6. Temukan seseorang yang ‘aman” untuk menjadi seorang pembangkit semangat. Praktekkan kebenaran tentang memberi dan menerima kasih, dorongan, dan kebenaran yang anda berdua saling membutuhkan.
7. Waspada terhadap situasi-situasi yang mudah terserang : kritikan, penolakan, pertemuan dengan orang penting, keberhasilan rekan kerja, kegagalan dan wilayah yang asing.
8. Ingatkan diri anda sendiri mengenai kebenaran ini. Kita harus meneladani Kristus yang telah datang dan mengosongkan diri-Nya demi melayani orang lain, bukan untuk dilayani.
PENILAIAN: Gejala-gejala ketidak-amanan apa saja yang anda sudah lihat dalam kepemimpinan anda?
PENERAPAN: Kunci-kunci apa saja yang harus anda implementasikan guna membantu menumbuhkan perasaan aman dalam diri anda?
Sumber : Equip Seminar Buku 2 Bab 2 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com.
Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Dipelopori oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.
Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dengan hati kehambaan. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.
Baca EQUIP Leadership Seminar :
Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin
Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin
Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian
Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan
Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda
Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi
EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :
Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan
Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase
Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang
Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata
Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat
Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda
EQUIP Leadership Seminar Buku 3 :
Buku 3 Bab 1 – Kepemimpinan Berawal Dengan Sebuah Sikap
Buku 3 Bab 2 – Lingkaran Dalam Dari Sang Pemimpin
Buku 3 Bab 3 – Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat
Buku 3 Bab 4 – Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit
Buku 3 Bab 5 – Lima Tahap Kepemimpinan
Buku 3 Bab 6 – Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan
Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :