ChurchKebangunan Rohani Transformasi & PresekusiSpecial Content

Apakah Kita Memerlukan Kebangunan Rohani? – Bagian 2

Kita Semua Membutuhkan Lawatan yang Baru dari Allah

Posting kami sebelumnya yang berjudul, Apakah Kita Membutuhkan Sebuah Kebangunan Rohani? – Bagian I, menunjukkan bahwa bangsa Israel, gereja-gereja Perjanjian Baru, serta gereja-gereja di sepanjang sejarah, telah mengikuti pola kebangunan dan kemunduran rohani.

Gereja tidak selalu tinggal dalam hubungan yang benar dengan Allah. Mereka cenderung untuk meninggalkan Dia. Ketika umat Allah telah meninggalkan hubungan yang benar dengan-Nya, mereka perlu dibangkitkan kembali.

Salah satu hal yang paling sulit untuk kita akui adalah bahwa kita membutuhkan kebangunan rohani. Sebuah tanda pasti dari orang, atau gereja yang sombong adalah menyatakan mereka tidak membutuhkan perjumpaan yang baru dengan Allah. Kerendahan hati ditunjukkan ketika orang merasakan dan terus-menerus mengakui kebutuhan mereka akan lawatan yang baru.

Analogi Pernikahan

Sama seperti perceraian yang dimulai ketika dua orang perlahan-lahan berpisah, dengan cara yang sama kita tidak melompat pergi dari Allah. Kita bergerak secara perlahan-lahan. Biasanya membutuhkan waktu – periode waktu kelalaian, kecerobohan, atau pilihan yang memberontak. Meskipun merupakan analogi yang lebih rendah, kebangunan rohani adalah seperti “seminar pernikahan.” Ini adalah tindakan proaktif untuk mempertahankan tingkat keintiman dan kesatuan tinggi.

Apakah Kita Benar-Benar Membutuhkan Kebangunan Rohani?

Pertanyaan untuk ditanyakan:

  • Apakah film dan televisi telah membuat kita tidak peka terhadap dampak dan kuasa dosa?
  • Apakah kita menganggap humor yang tidak sopan dalam film-film lucu. Bisakah kita menonton adegan seks orang yang menikah atau belum menikah dan merasa tidak ada teguran dari Roh Kudus? Apakah kita mendukakan Roh Kudus?
  • Apakah kita atau teman-teman Kristen kita secara konsisten hidup dalam kemenangan atas dosa?
  • Apakah jemaat kita bertumbuh menjadi dewasa dalam pengenalan akan Kristus?
  • Apakah kita tergerak untuk melakukan pekerjaan baik antara satu dengan yang lain dan dalam masyarakat?
  • Apakah mayoritas orang-orang percaya di gereja kita secara aktif dan efektif membagikan iman mereka?
  • Apakah ada cukup banyak kehadiran anggota gereja di pertemuan doa yang dijadwalkan?
  • Apakah kita saling mengasihi satu dengan yang lain seperti Kristus mengasihi kita?
  • Apakah kita mengampuni orang lain supaya kita bisa diampuni?
  • Apakah kita setia dengan keuangan?
  • Apakah kita memperlihatkan kesatuan dengan orang percaya lainnya di gereja kita, dengan gereja-gereja lain, dan dengan orang-orang Kristen dalam denominasi lainnya?
  • Apakah gereja kita kehilangan gairah dan terjebak dengan hal-hal duniawi?
  • Apakah gereja kita mempengaruhi masyarakat di mana ia berada?
  • Apakah gereja kita menyerah, dan menerima mentalitas “apa gunanya?”?
  • Apakah kita atau gereja kita mengijinkan dunia masuk ke dalam hidup kita dan kita telah dikendalikan oleh kebudayaan?

Sumber : hanya1percikan.wordpress.com

Baca artikel terkait :