Bagaimana Yesus Bisa Menjadi “Hamba”?
Yesus mengambil wujud seorang hamba (Filipi 2:7), Hamba Allah, dan ini merupakan contoh kerendahan hati-Nya yang luar biasa. Dia – yang adalah Anak Allah, yang sehakikat dengan Tuhan, dan setara dengan Dia – dengan sukarela menjadi Hamba-Nya. Dia dipilih oleh Allah, dalam tujuan kekal-Nya, untuk menjadi Hamba-Nya; dan karena itu disebut, Hamba pilihannya (Yesaya 42:1).

Oleh karena itu, Yesus dinubuatkan menjadi Hamba Tuhan (Zakharia 3:8; Yesaya 42:1). Setelah genap waktunya, Yesus diutus dan datang bukan untuk dilayani, sebagai raja, melainkan untuk melayani sebagai hamba di bawah hukum. Masa kanak-kanaknya di Mesir, tempat bangsa Israel diperbudak, merupakan lambang dari keadaan perbudakan yang dialaminya, dan sejak awal Ia menyatakan bahwa Ia harus mengurusi urusan Bapanya.
Sebagai seorang pelayan, Yesus mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan itu sangat melelahkan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam melakukan mukjizat, yang merupakan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadanya untuk diselesaikan, sebagai demonstrasi keilahiannya; tidak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk menyembuhkan segala macam penyakit, dan berbuat baik pada tubuh manusia; tidak hanya dalam memberitakan Injil, yang karenanya Dia memenuhi syarat dan diutus, dan dengan demikian berbuat baik terhadap jiwa manusia; tetapi terutama dalam menggenapi hukum Allah demi kepentingan umat-Nya.
Namun pelayanan terbesarnya adalah penebusan dan keselamatan manusia; karena inilah pekerjaan yang ditugaskan kepadanya oleh Allah Bapanya “untuk membangkitkan kembali suku-suku Yakub, dan memulihkan Israel yang terpelihara.” Inilah pekerjaan yang ada di hadapanNya ketika Dia datang, dan inilah pekerjaan yang telah Ia selesaikan, karena Ia telah memperoleh penebusan kekal dan telah menjadi pencipta keselamatan kekal.

Sekarang, sepanjang pekerjaanNya sebagai pelayan, Dia tampil sangat rajin dan konstan. Sejak awal Dia menemukan kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan hal itu, dan Dia terus-menerus terlibat di dalamnya (Yohanes 4:34; 9:4). Dia juga tidak berhenti bekerja sampai menyelesaikan keseluruhan tugasnya. Dalam segala hal Dia setia kepada Allah yang mengangkatnya, itulah sebabnya adalah adil jika Ia memperoleh gelar dan karakter “Hamba Allah yang Benar” (Yesaya 11:5; 53:11).
Diadaptasi dari A Body of Doctrinal Divinity, Buku 5, Bab 3, oleh John Gill.
Sumber : John Gill – https://www.christianity.com/
Baca Selengkapnya :