Aliran-aliran Hermeneutik
Equipping Church Sesi 9
Oleh Dr. Lasino MA, MTh, MPd
Hermeneutik
Telah kita pelajari sebelumnya bahwa sejak permulaan berdirinya sinagoge sampai gereja, bahkan sampai saat ini terdapat berbagai metode untuk melakukan penyelidikan/ penafsiran Alkitab. Metode penafsiran dari kelompok-kelompok tertentu mengikuti aliran tertentu. Diantara aliran-aliran yang timbul dan berkembang tsb. akhirnya dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
- METODE ALEGORIS. Metode Alegoris berangkat dari suatu asumsi bahwa dibalik arti harafiah yang sudah biasa dan jelas itu terdapat arti sesungguhnya (kedua) yang lebih dalam yang perlu ditemukan oleh orang Kristen yang lebih dewasa. Dalam menafsirkan perikop Alkitab mereka membandingkan masing-masing fakta/informasi yang sudah jelas untuk membuka kebenaran rohani tersembunyi dibalik pengertian literalnya.
Metode Alegoris tidak hanya populer di gereja-gereja purba, karena dalam gereja modern sekarangpun masih banyak ditemukan cara penafsiran Alkitab seperti ini. Mereka sering berpendapat bahwa apa yang Allah katakan melalui penulis-penulis Alkitab bukanlah arti yang sesungguhnya. Bahaya dari metode ini adalah tidak adanya batasan dan aturan secara Alkitabiah untuk memeriksa kebenaran beritanya. Bahkan tujuan dan maksud penulisanpun akhirnya diabaikan sama sekali.
- METODE MISTIS. Banyak ahli tafsir Alkitab menggolongkan metode penafsiran Mistis sama dengan metode penafsiran Alegoris, karena memang sangat mirip. Penganut metode ini biasanya bercaya bahwa ada arti rohani dibalik semua arti harafiah yang kelihatan. Dan mereka memberikan botot yang lebih berat kepada hasil penafsiran mistis daripada arti yang sudah biasa.

Bahaya dari cara penafsiran ini terletak pada keragaman dan ketidak-konsistenan hasil penafsiran mereka, sehingga tidak terkontrol banyaknya ragam hasil penafsiran mereka yang sering kali justru memecah belah jemaat. Hal ni juga memberikan kesulitan dalam mempertanggung jawabkan doktrin kejelasan (clarity) Alkitab, dan justru sebaliknya mereka membuat Alkitab tidak jelas dan Allah seakan-akan bermain tebak-tebakan dengan penafsir untuk menemukan arti rohani dari setiap ayat. Dan bahaya yang paling besar adalah penafsir menjadi otoritas tertinggi dalam menentukan kebenaran penafsirannya.
- METODE PERENUNGAN (Devotional). Tujuan metode penafsiran ini adalah hanya pada pengaplikasiannya saja sehingga penganut metode ini menafsirkan Alkitab dalam konteks pengalaman hidup mereka sehari-hari. Mereka percaya bahwa Alkitab ditulis memang untuk tujuan pengkudusan pribadi semata-mata oleh karena itu arti rohani ayat-ayat tsb. hanya akan dapat ditemukan dari terang pergumulan rohani pribadi. Oleh karena itu yang paling penting dalam mengerti Alkitab adalah apa yang Tuhan katakan kepada saya pribadi.
Bahaya dari metode penafsiran ini adalah menjadikan Firman Tuhan menjadi pusat aplikasi pribadi saja dan mengabaikan memahami karya Tuhan dan campur tangan Tuhan dalam sejarah. Kelemahan yang lain dari metode ini adalah akhirnya jatuh pada kesalahan yang sama dengan metode Alegoris dan Mistis, karena mereka akhirnya mengalegoriskan dan merohanikan Firman Tuhan untuk bisa sesuai dengan kebutuhan pribadi.
- METODE RASIONAL. Metode Rasional sangat digemari pada masa sesudah Reformasi, namun demikian dampaknya masih terasa sampai jaman modern ini dalam berbagai macam bentuk penafsiran yang pada dasarnya bersumber pada metode Rasional. Penganut metode Rasional berasumsi bahwa Alkitab bukanlah otoritas tertinggi yang harus menjadi panutan. Alkitab ditulis oleh manusia maka berarti merupakan hasil karya rasio manusia. Oleh karena itu kalau ada bagian-bagian Alkitab yang tidak dapat diterima oleh rasio manusia maka bisa dikatakan bahwa bagian Alkitab tsb. hanyalah mitos saja.
Meskipun metode ini disebut sebagai “rasional” dalam kenyataan metode penafsiran ini adalah metode yang paling tidak rasional. Jelas bahwa penganut metode ini sebenarnya tidak tertarik untuk mengetahui apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab, sebaliknya mereka hanya memperhatikan pada apa yang mereka pikir penulis Alkitab katakan. Rasio mereka pakai menjadi standard kebenaran yang lebih tinggi dari Firman Tuhan (Alkitab). Mereka menafsirkan Alkitab hanya untuk mencari aplikasi bagi standard moral mereka saja.
- METODE LITERAL (HARAFIAH). Metode Literal adalah metode penafsiran Alkitab yang paling tua, karena metode inilah yang dipakai pertama kali oleh Bapak Hermeneutik Ezra. Metode ini juga yang dipakai oleh Tuhan Yesus dan pada rasul. Metode penafsiran Literal berasumsi bahwa kata-kata yang dipakai dalam Alkitab adalah kata-kata yang memiliki arti seperti yang diterima oleh manusia normal pada umumnya, yang memiliki arti yang yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan oleh akal sehat manusia. Tujuan Allah memberikan FirmanNya adalah supaya dimengerti oleh manusia oleh karena itu Allah memakai bahasa dan hukum-hukum komunikasi manusia untuk menafsirkan arti dan maksudnya.

Yang dimaksud dengan “literal” (harafiah) adalah arti yang biasa yang diterima secara sosial dan adat istiadat setempat dalam konteks dimana penulis Alkitab itu hidup. Oleh karena itu apabila arti ayat-ayat Alkitab tidak jelas maka penafsir harus kembali melihat konteks bahasa dan budaya (sejarah) dimana penulis itu hidup dan penafsir harus menafsirkan ayat-ayat itu sesuai dengan terang dan pertimbangan konteks bahasa dan budaya (sejarah) itu.
Hal-hal yang perlu dipahami dalam menggunakan metode Literal:
- Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti figuratif dari ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
- Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya ari rohani dari ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
- Metode Literal tidak berarti mengabaikan tujuan aplikasi pribadi dalam penafsiran.
- Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti yang dalam yang harus ditemukan dalam penafsiran.
Sumber Bacaan:
- Hasan Sutanto, Hermeneutik; Prinsip dan Metode – (Hal. 29-111)
- John H. Hayes & Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab – (Hal. 18-24)
- Kevin J. Conner, Interpreting the Scripture – (Hal. 17-41)
- Louis Berkhof, Principles of Biblical Interpretation – (Hal. 19-31)
- Kevin J. Conner, Interpreting the Scripture – (Hal. 13-16)
Artikel Selengkapnya – Ilmu Penafsiran – Hermeneutik
- Pendahuluan Ilmu Hermeneutika
- Pengertian Hermeneutik
- Alat-Alat Bantu Hermeneutik
- Aliran-aliran Hermeneutik
- Prinsip-Prinsip Hermeneutik
- Prinsip-Prinsip Hermeneutik Umum
- Prinsip-prinsip Hermeneutik Khusus
- Pendekatan Hermeneutik
- Nasihat Penutup Belajar Hermeneutik
Artikel Equipping Church Selengkapnya :