Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan
Equip Seminar Buku 3 Bab 6
Mengembangkan Kualitas Seorang Pemimpin Yang Bersifat Hamba
“Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian diantara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius 20:25-26)
Masalah kepemimpinan yang bersifat hamba (selanjutnya akan disebut “kepemimpinan hamba” dalam buku ini) adalah satu-satunya kontras terbesar antara kepemimpinan rohani dan kepemimpinan sekuler. Selama tiga setengah tahun masa pelayananNya, Yesus terus menerus mengajar para murid-Nya bahwa kepemimpinan berarti hal menjadi hamba – yang sangat bertolak belakang dengan sikap kepemimpinan “dari atas ke bawah” yang ditunjukkan oleh orang-orang non-Yahudi pada waktu itu (Matius 20:25).
Dalam bukunya, In the Name of Jesus (“Dalam Nama Yesus”), Henri Nouwen menyebut tiga godaan yang sangat nyata, namun tak gampang dikenali, yang dihadapi oleh setiap hamba Kristus. Godaan-godaan tersebut berkaitan dengan tiga pencobaan yang dihadapi Tuhan kita sebelum la memulai pelayanan-Nya di muka bumi (Matius 4).
Godaan Pertama: merasa diri cukup (bergantung pada diri sendiri).
Setan berkata kepada Yesus bahwa kalau Ia memang Putera Allah, Ia harus mengubah batu-batu itu menjadi roti. la harus bisa melakukannya. Ia harus bergantung pada diri sendiri. Sikap demikian bertentangan dengan apapun yang kita ketahui tentang Kerajaan Allah. Sebagai pemimpin-pemimpin, justru kita harus memupuk ketergantungan kita kepada Tuhan. Ketimbang yakin pada diri sendiri, kita perlu terbuka dan menjadi rentan.
Godaan Kedua : menjadi spektakuler (mentalitas selebritis)
Kemudian setan mencobai Yesus agar menerjunkan diri dari tempat tinggi dan mengizinkan Allah melindungi-Nya dengan malaikat-malaikat-Nya. la harus membuat pertunjukan. Paulus berkata bahwa godaan untuk menjadi spektakular harus ditolak, sebagaimana Yesus menolaknya. Nouwen mengungkapkan demikian, “Yesus menolak untuk menjadi seorang ahli pertunjukan… Ia tidak datang dengan tujuan untuk membuat orang terkagum-kagum.” Tujuan pemuridan bukanlah untuk menjadi seorang selebritis atau menjaga penampilan, melainkan untuk menaati Allah.
Godaan Ketiga: menjadi orang yang berkuasa (punya kedudukan)
Godaan terakhir dari setan adalah agar Yesus bertelut dan menyembahnya. Jika Ia mau melakukannya, setan berjanji akan memberikan semua kerajaan di dunia ini kepada-Nya. Ini merupakan godaan untuk memperoleh kekuasaan “saat ini juga” – padahal Yesus akhirnya juga akan mewarisi semua kerajaan dari Bapa-Nya yang di sorga. Paulus berkata, “Kami tidak mengkhotbahkan diri kami sendiri melainkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hamba-hamba kalian demi Yesus saja.” Paulus datang kepada orang-orang di Korintus dalam kelemahan, bukan dalam kekuatan, supaya mereka tidak harus bersandar pada kekuatan manusia, melainkan pada kuasa Allah. Memimpin adalah sesuatu yang patut dan perlu dilakukan. Namun memaksa, memanipulasi, dan mengendalikan orang, tidak pernah đibenarkan. Kasarnya. “Satu Allah saja, cukuplah sudah.”
Berpikir Horisontal versus Berpikir Vertikal
Secara berkala Yesus membimbing murid-murid-Nya untuk meninggalkan pola “berpikir horizontal” dan bergerak menuju pola “berpikir vertikal.” Terlalu sering, mereka memandang satu sama lain, lalu membanding-bandingkan apa yang telah mereka perbuat dengan apa yang orang-orang lain telah lakukan. Mereka sering cemas kalau-kalau mereka sudah menerima cukup pujian atau gengsi bagi diri mereka. Bahkan pada Perjamuan Malam Terakhir.
“Terjadilah juga pertengkaran diantara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar diantara mereka. Yesus berkata kepada mereka: Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:24-26)

Mempraktekkan Seni tentang Baskom dan Lap Pembasuhan (Yohanes 13:1-20)
Dalam Yohanes 13, Yesus mendemonstrasikan kepemimpinan hamba dalam suatu peragaan yang paling gamblang: Dia membasuh kaki murid-murid-Nya. Mari kita kaji perikop tersebut dan melihat teladan Kristus sebagai seorang pemimpin-hamba.
Para Pemimpin Hamba Yang Seperti Kristus…
1. Dimotivasi oleh kasih untuk melayani orang-orang lain (Yohanes 13:1)
“Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti la senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang la mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.”
Kasih Yesus bersifat:
1. Memiliki (la mengasihi milik-Nya sendiri)
2. Terus menerus ( Ia mengasihi mereka sampai kesudahannya)
3. Tak bersyarat (bahkan Ia membasuh kaki Yudas)
4. Tak mementingkan diri sendiri (Iạ melayani di saat-saat yang paling sulit)
Setiap orang bisa menjadi besar, sebab siapapun bisa melayani. Anda tidak harus memiliki selembar ijazah sarjana untuk bisa melayani. Anda tidak harus membuat subyek dan predikat anda cocok terlebih dahulu agar bisa melayani. Anda hanya membutuhkan satu hati yang penuh dengan kasih karunia. Satu jiwa yang digerakkan oleh kasih.” (Dr. Martin Luther King. Jr.)
Pertanyaan: Apakah kasih adalah yang memotivasi anda untuk memimpin orang-orang lain? Apa yang menjadi motivasi utama anda?
2. Memiliki rasa aman yang mengizinkan mereka untuk melayani orang-orang (Yohanes 13:3)
Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.”
• Yesus tahu posisiNya dan bersedia untuk tidak memamerkannya.
• Yesus tahu posisiNya dan bersedia untuk tetap setia pada panggilan itu.
• Yesus tahu masa depanNya dan bersedia untuk menyerahkan diri padanya.
Yesus mendemonstrasikan bahwa la dapat melayani orang lain sebab la merasa aman dan yakin akan jati diri-Nya, terlepas dari gelar-gelar-Nya. la punya hati untuk manusia bukan untuk jabatan. la ada untuk memberi, bukan untuk meraup sesuatupun.
* Rasa aman merupakan prasyarat untuk tugas-tugas yang besar. Hanya mereka yang merasa amanlah yang akan mengembang.
* Rasa aman merupakan prasyarat untuk tugas-tugas yang kecil. Hanya mereka yang merasa amanlah yang akan membungkuk
Hal Menjadi Hamba Berawal Dari Rasa Aman!
Pertanyaan: Apakah anda cukup merasa aman untuk melayani orang-orang tanpa mempedulikan posisi anda?
3. Memulai pelayanan hamba terhadap orang-orang lain (Yohanes 13:4-5)
“Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. la mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian la menuangkan air kedalam sebuah basi (baskom), dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu”.
Seseorang telah lupa untuk menugaskan seorang pelayan melayani pada malam itu, dan tak seorangpun kecuali Yesus merelakan diri untuk mengisi pekerjaan tersebut! Yesus memulai kepemimpinan-hamba, karena tidak ada orang lain yang bersedia. Di hari berikutnya Pontius Pilatus mengambil sebaskom air lalu menghindarkan diri dari tanggung jawab. Tapi malam ini, Yesus mengambil sebaskom air lalu mengambil tanggung jawab. Ia tidak menunggu sampai suatu perlombaan “pembasuhan kaki dimulai”.
Pertanyaan: Apakah anda memulai tindakan untuk melayani mereka yang ada di bawah kepemimpinan anda?
Perhatikanlah Sikap Yesus:
* Tak ada sesuatupun yang Ia harus buktikan.
(Yesus tidak harus memainkan permainan, mempertontonkan kelayakan diri-Nya atau membuktikan jati diri-Nya kepada siapapun)
* Tak ada sesuatupun yang Ia harus kehilangan.
(Yesus tidak harus menjaga reputasinya atau takut kehilangan popularitas. Ia mengambil resiko)
* Tak ada sesuatupun yang Ia harus sembunyikan
(Yesus tidak perlu memakai sebuah topeng kepura-puraan di hadapan siapapun. Ia rentan dan transparan)
4. Menerima pelayanan hamba dari orang-orang lain (Yohanes 13:6-7)
“Maka sampailah la kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.”

Petrus masih punya hati untuk sebuah posisi sampai pada detik ini. Itu sebabnya ia tidak bisa menerima sesuatupun dari Yesus. Hamba-hamba yang tulen bisa menerima atau memberi pelayanan, karena mereka memahami bahwa kasih karunia Allah adalah sesuatu yang memperbaiki semua pelayanan. Mereka tidak pemah ingin berdiri sebagai pemberi anugerah saja.
Pertanyaan: Apakah anda terlalu sombong untuk menerima pelayanan hamba dari orang lain?
5. Tidak menginginkan sesuatupun mengganggu hubungan mereka dengan Yesus (Yohanes 13:8-9)
“Jawab Yesus: Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat dalam Aku. Kata Simon Petrus kepada-Nya: ‘Tuhan. jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!””
Petrus berpindah dari satu ekstrim ke ekstrim lainnya. Mengapa? la lapar akan hubungannya dengan Yesus. Sekali ia menyadari bahwa pembasuhan kaki oleh Yesus adalah hal yang diperbolehkan, ia ingin dimandikan sekalian! Ia melakukan apapun tanpa tedeng aling-aling. Kasih kepada Allah dan orang-orang adalah sesuatu yang berada dibalik tingkah laku seorang pemimpin hamba. Mereka memberi tanggapan yang cepat terhadap hubungan mereka dengan Allah.
Pertanyaan: Apakah anda begitu lapar akan keakraban anda dengan Allah sehingga anda bersedia melakukan apa saja untuk memperolehnya?
6. Mengajarkan hal menjadi hamba melalui teladan mereka (Yohanes 13:12-15)
“Sesudah la membasuh kaki mereka, la mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu la berkata kepada mereka: ‘Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
#1 Prinsip Motivasi: Orang mengerjakan apa yang mereka saksikan.

Pengamatan-Pengamatan:
1. Para pemimpin hamba tidak menggapai hak-haknya ketika mereka mencapai puncaknya – sebaliknya mereka menyerahkan hak-hak itu.
2. Setiap orang ingin dipandang sebagai seorang hamba, namun tak seorangpun mau diperlakukan seperti seorang hamba.
3. Kita semua tentu suka membasuh kaki Yesus, namun kita disuruh untuk saling membasuh kaki satu sama lain.
4. Sebagai orang-orang Kristen kita bebas di dalam Kristus; sebagai pemimpin-pemimpin, kita harus menyerahkan kebebasan-kebebasan itu demi kepentingan orang lain (I Korintus 9:19-22).
Pertanyaan: Apakah anda sedang memberi teladan tentang apa yang dimaksud dengan menyerahkan hak-hak anda sebagai seorang pemimpin?
7. Hidup dalam suatu kehidupan yang diberkati (Yohanes 13:16-17)
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”
Saya tidak tahu seperti apa nasib akhir anda, namun satu hal saya tahu: yang akan benar-benar berbahagia diantara anda hanyalah mereka yang berusaha dan menemukan bagaimana caranya melayani orang lain.” (Dr. Albert Schweitzer)
Bagaimana Cara Kita Mengalami Hidup Yang Diberkati?
Ketika Yesus melihat bahwa pelayananNya menarik perhatian orang banyak, Ia mendaki ke sisi bukit. Para murid yang benar-benar berkomitmen padaNya turut mendaki bukit bersama Dia. Sementara tiba di suatu tempat yang sunyi. la duduk dan mengajar orang-orang yang menemani Dia mendaki bukit. Inilah yang dikatakanNya:
– Kalian akan diberkati saat kalian berada dalam keadaan bahaya di ujung tali kalian. Bila kalian berkurang-kurang, maka Allah dan pemerintahanNya akan bertambah-tambah.
– Kalian akan diberkati jika kalian puas dengan jati diri kalian – tidak lebih, tidak kurang. Itulah saatnya dimana kalian akan berbangga sebagai pemilik segala sesuatu yang tak dapat diperjual-belikan.
– Kalian akan diberkati saat kalian mencapai satu keadaan dimana kalian begitu bernafsu untuk bergaul dengan Allah. Allah menjadi makanan dan minuman terlezat yang pernah kalian makan dan minum.

– Kalian akan diberkati ketika kalian peduli. Saat kalian peduli, kalian akan tahu bahwa kalian juga sedang dipedulikan.
– Kalian akan diberkati saat dunia batiniah kalian yaitu pikiran dan hati kalian berada dalam posisi yang benar. Saat itu kalian akan sanggup untuk melihat Allah melalui hidup lahiriah kalian.
– Kalian akan diberkati saat kalian dapat menunjukkan pada orang-orang lain bagaimana caranya bekerja sama ketimbang cara bersaing atau cara bertarung. Itu adalah saat dimana kalian menemukan siapa sebenarnya jati diri kalian dan posisi kalian di dalam keluarga Allah.
– Kalian akan diberkati mana kala penyerahan diri kalian kepada Allah mengakibatkan terjadinya penganiayaan. Penganiayaan memaksa kalian untuk masuk lebih lagi ke dalam Kerajaan Allah (Matius 5:1-10 dalam versi ungkapan bebas)
Sabda Bahagia dalam Bentuk Disiplin-Disiplin Pribadi:
1. Akuilah dengan sengaja kebutuhan anda akan Allah (Matius 5:3).
2. Jadilah seorang yang hancur di hadapan Allah (Matius 5:4).
3. Lepaskanlah perburuan anda akan hak-hak pribadi anda (Matius 5:5).
4. Peliharalah rasa lapar dan haus anda akan Allah (Matius 5:6).
5. Praktekkan perasaan senasib dengan orang-orang yang hidup dalam kekurangan (Matius 5:7).
6. Jagalah kemurnian hati anda (Matius 5:8).
7. Pupuklah perdamaian dalam semua hubungan antar pribadi anda (Matius 5:9).
8. Punyailah suatu pola pandang yang positif terhadap kritik (Matius 5:10).
Pertanyaan: Berkat apa yang anda nikmati oleh karena keputusan anda menjadi seorang pemimpin hamba?
8. Hidup dalam suatu kehidupan yang bertolak belakang dengan filsafat hidup dunia ini (Yohanes 13:18)
“Bukan tentang kamu semua Aku berkata, Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: ‘Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
“Janganlah melakukan sesuatu karena didorong kepentingan diri sendiri, atau untuk menyombongkan diri. Sebaliknya hendaklah kalian masing-masing dengan hati menganggap orang lain lebih baik dari diri sendiri. Perhatikanlah kepentingan orang lain, jangan hanya kepentingan diri sendiri.” (Filipi 2: 3-4 dalam versi Alkitab Kabar Baik – BIS).
PARADOKS-PARADOKS ALKITAB
Bila saya ingin…. Maka Saya Harus…
– Menyelamatkan nyawa saya – maka saya rela kehilangan nyawa saya (Lukas 9:24-26)
– Ditinggikan – maka saya merendahkan diri (Yakobus 4:7)
– Menjadi yang terbesar – maka saya harus menjadi seorang hamba (Matius 20:20-22)
– Menjadi yang terdahulu – maka saya harus menjadi yang terkemudian (Matius 19:30)
– Berkuasa – maka saya harus melayani (Lukas 22:26-27)

– Hidup – maka saya harus mematikan kedagingan (Roma 8:23)
– Menjadi kuat – maka saya harus menjadi lemah (2 Korintus 11:30)
– Mewarisi Kerajaan Allah – maka saya harus menjadi miskin dalam roh (Matius 5:3)
– Berbuah banyak – maka saya harus mati (Yohanes 12:24)
Ada Tujuh Jalan Menuju Kekuasaan:
1. Pemaksaan dengan kekerasan (Orang yang dipimpin tidak lagi punya pilihan),
2. Intimidasi (Orang yang dipimpin ditekan).
3. Manipulasi (Orang yang dipimpin terpaksa melakukan sesuatu).
4. Pertukaran (Orang yang dipimpin mau menukar sesuatu demi mendapatkan sesuatu yang lain),
5. Persuasi (Orang yang dipimpin diyakinkan).
6. Motivasi (Orang yang dipimpin bertindak secara sukarela).
7. Penghormatan (Orang yang dipimpin dihormatií oleh pemimpin mereka dan mereka memberi tanggapan sebaliknya).
Pertanyaan: Apa perbedaan di antara gaya kepemimpinan Yesus dan gaya kepemimpinan para pemimpin Kristen masa kini?
PENILAIAN: Pada skala angka satu sampai sepuluh (1-10) di bawah ini, bagaimana anda mengukur kepemimpinan anda dalam sifat “melayani” kepada orang-orang yang anda pimpin? Bagaimana keyakinan anda mengenai ukuran yang akan diukurkan oleh orang-orang lain dalam menilai anda sebagai seorang pemimpin yang bersifat hamba?
(Lingkarilah salah satu angka berikut ini dengan pengertian bahwa angka 10 mewakili “yang paling bersifat hamba” dan angka 1 mewakili “yang sangat tidak bersifat hamba”)
1-2-3-4-5-6-7-8-9-10

PENERAPAN: Siapa yang menurut anda sulit sekali untuk dilayani? Daftarkan dua cara yang melaluinya anda dapat melayani mereka dalam pekan ini.
Sumber : Equip Seminar Buku 3 Bab 6 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com.
Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Dipelopori oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.
Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.
Baca EQUIP Leadership Seminar :
Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin
Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin
Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian
Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan
Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda
Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi
EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :
Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan
Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase
Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang
Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata
Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat
Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda
EQUIP Leadership Seminar Buku 3 :
Buku 3 Bab 1 – Kepemimpinan Berawal Dengan Sebuah Sikap
Buku 3 Bab 2 – Lingkaran Dalam Dari Sang Pemimpin
Buku 3 Bab 3 – Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat
Buku 3 Bab 4 – Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit
Buku 3 Bab 5 – Lima Tahap Kepemimpinan
Buku 3 Bab 6 – Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan
Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :