Holyland Tour & Bible SiteLokasi Penting & Bible Sites

Laodikia – Kota yang Kaya Raya Tetapi Miskin

Kota Laodikia merupakan satu kota di propinsi Romawi wilayah Asia, terletak di perbukitan memanjang yang diapit oleh dua lembah sempit sungai Asopus dan Kaprus, yang bermuara ke sungai Likus. Kota ini semula disebut Diospolis, “Kota Zeus”. Laodikia didirikan oleh Antiokhos II Theos dari wangsa Seleukid, pada tahun 261-253 SM, untuk menghormati istrinya Laodike.

Laodikia berada di persimpangan jalan raya utama, yaitu jalan raya lintas Asia Kecil yang membentang ke barat menuju ke pelabuhan-pelabuhan Miletus dan Efesus. Kira-kira 17 km di sebelah barat Kolose, 10 km di selatan Hierapolis, sekitar 160 km di timur Efesus. Letaknya di bagian barat negara Turki yang sekarang. Agama Kristen dimasukkan oleh Epafras ke Laodikia maupun Kolose, sebuah kota tetangganya (Kolose 4:12-13). Menurut Kolose 4:16 Paulus telah menulis sepucuk surat Laodikia yang diduga berasal dari waktu yang jauh lebih belakangan. Ada tiga ciri khas kota ini yang membuatnya terkenal ke mana-mana.

Pusat Perbankan dan Keuangan Terbesar

Karena letaknya begitu strategis, maka kota itu menjadi pusat perdagangan yang sangat makmur, terutama pada zaman pemerintahan Romawi. Ketika kota itu hancur karena gempa bumi yang hebat tahun 60M, kota itu sanggup menolak tawaran bantuan biaya pembangunan kembali dari Kaisar, karena mereka memiliki kekayaan sendiri, bahkan mereka membantu wilayah-wilayah di sekitar mereka. Laodikia menjadi pusat yang penting untuk perbankan dan pertukaran uang. Salah satu penyebab kekayaan mereka adalah pendirian penyimpanan-penyimpanan emas atau uang yang cukup maju di kota itu.

sisa Teater Laodikia

Secara material jemaat kota Laodikia memang kaya dan makmur. Namun di mata Tuhan, mereka dipandang melarat. Dengan sikap yang takabur, mereka membanggakan kekayaan mereka dan menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan apapun. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kekayaan sejati hanya ada pada diriNya, dan mereka membutuhkan itu (Wahyu 3:17-18).

Kerajinan Pakaian Jadi

Kota Laodikia menjadi termasyur karena adanya industri pakaian jadi (tekstil), khususnya yang terbuat dari wol. Bulu domba eks Laodikia terkenal lembut, mengkilap, serta berwarna hitam keungu-unguan. Bulu domba itu sangat indah dan anggun, terutama bila dikenakan sebagai jubah kebesaran.

Sekolah Kedokteran yang Bermutu

Laodikia menjadi tersohor karena mutu sekolah kedokterannya. Dua dokter, alumni sekolah ini, Zeuxis dan Alexander Filalethes, begitu menjulang reputasinya sehingga wajah dan nama mereka diabadikan di atas uang logam mereka. Namun, yang membuat prestasi di bidang kedokteran kota Laodikia lebih melambung lagi adalah salep mata dan salep telinga yang mereka produksi. Tidak heran, orang-orang Laodikia merasa diri sehat selalu. Penglihatan dan pendengaran mereka istimewa.

saluran air ke laodikia

Kelebihan-kelebihan yang membanggakan ini membuat orang-orang Laodikia lupa akan sisi kenyataan mereka yang lain, yaitu untuk mencukupi kebutuhan air mereka tergantung dari luar wilayah. Letak Laodikia sangat ditentukan oleh system jaringan jalan raya, sehingga tidak mempunyai sumber air bersih yang tetap dan dekat. Air harus disalurkan lewat pipa-pipa ke kota dari sumber-sumber air panas di tempat yang agak jauh, dan bila sampai di Laodikia air itu sudah menjadi suam-suam kuku. Walaupun kaya, Laodikia tidak dapat menghasilkan penyembuhan dari khasiat air panas, seperti tetangganya Hierapolis, atau kuasa menyegarkan dari air sejuk seperti di Kolose. Hasilnya hanyalah air yang suam-suam kuku yang hanya bermanfaat sebagai obat muntah. Sama seperti penduduk kota itu, jemaat Laodikia berpikir bahwa ia tidak membutuhkan apa-apa lagi padahal mereka membutuhkan ’emas’, ‘pakaian putih’, dan ‘pelumas mata’ yang lebih hebat dari apa yang dapat disediakan oleh bankir-bankir, ahli-ahli pakaian, dan dokter-dokter mereka. (Wahyu 3:14-22).

gereja laodikia

Satu pelajaran yang dapat kita ambil dari kota Laodikia adalah supaya berkat materi yang Tuhan anugerahkan kepada kita tidak sampai membuat kita terlena, terbuai atau terhanyut oleh rasa bangga, rasa bisa, dan rasa tidak perlu siapa-siapa. “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN”(Ayub 1:21).

Sumber : Frederichsen – Ridmag 19

Baca Artikel Situs Alkitab dan Lokasi Penting Lainnya:

Baca Berita Utama Terkait :