FamilyPsikologi

Level Pertemanan

Sebagai pembuka dari materi kali ini , penulis ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda, “Apakah Anda mengizinkan semua orang yang Anda kenal masuk ke kamar tidur Anda?”. Saya dapat mendengar Anda menjawab, “Tidak!”. lbarat ruang-ruang dalam rumah kita, demikianlah level pertemanan. Ada orang-orang yang akan kita izinkan masuk sampai di pekarangan atau teras saja, ada yang sampai ruang tamu saja, ada yang sampai ruang makan/dapur, namun ada yang boleh masuk sampai kamar tidur kita.

Khususnya bagi para remaja, kita perlu mengenali bahwa dalam berteman ada tingkatan atau level kedekatan yang melibatkan tanggung jawab dan kebebasan yang berbeda-beda, yaitu:

1. Level kenalan

Adalah orang yang kita kenal namanya, namun tidak banyak informasi yang kita tahu tentang dia. Mungkin mereka adalah orang yang dikenalkan seorang teman saat bertemu di mall. Terhadap orang seperti ini, pembicaraan yang layak untuk dilakukan adalah pembicaraan yang bersifat umum saja, misalnya “Di mana sekolahmu ?” “Di mana rumahmu?” Analoginya, ini adalah orang yang kita ajak bicara di luar pagar rumah kita.

2. Level teman biasa

Adalah orang yang kita tahu bukan sekadar nama atau sekolahnya, namun saling berbagi informasi. Kita sudah bertemu dengannya beberapa kali dan punya minat serta kegiatan yang sama. Misalnya teman satu kursus, teman sekolah. Relasi terbatas pada pertukaran informasi kognitif, misal cara mengerjakan soal matematika atau tips mengenai gadget. Pada tahap ini, hubungan belum melibatkan emosi. Analoginya, ini adalah orang yang kita ajak bicara di teras rumah, belum diizinkan masuk ke dalam rumah kita.

3. Level teman dekat

Ada orang yang dapat berbagi pemikiran, keinginan dan emosi dengan kita, mungki seseorang yang memiliki tujuan/visi yang sama. Kita dapat menceritakan hal-hal yang lebih dari sekadar informasi kognitif, kita merasa nyaman mengenai sebuah topik. Bersama orang ini kita dapat pergi dan menikmati kegiatan bersama. Analoginya, ini adalah orang yang kita ajak masuk ke dalam rumah dan duduk menonton televisi sambil minum teh di ruang tamu.

Perlu diperhatikan, berhati-hatilah dalam menentukan siapa yang menjadi teman dekat kita. 1 Korintus 15:33 menasihati kita, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Untuk menjadi teman dekat, membutuhkan proses dan waktu untuk saling mengenal sehingga bisa saling mempercayai. Pilihlah siapa yang layak menjadi teman dekat kita.

4. Level sahabat karib

Tingkat yang paling mendalam dalam relasi pertemanan adalah level sahabat karib, yaitu orang yang memiliki komitmen setia satu dengan yang lain dan saling membantu mengembangkan diri. Kejujuran, keterbukaan tanpa takut dinilai, dan kerendahan hati menjadi dasar dari relasi sahabat karib. Hubungan sahabat karib biasanya dibangun juga ketika mau saling berbagi duka dan suka dalam berbagai kondisi, serta saling mendoakan. Sahabat karib adalah orang yang berani untuk mengoreksi diri kita, memberitahukan kebenaran tentang diri kita, tentu demi kemajuan dan kebaikan kita semata. Analoginya, ini adalah orang yang kita izinkan bercerita di kamar tidur kita.

Pilihlah siapa orang yang memang bisa dijadikan sahabat karib. Izinkan proses kehidupan dan waktu menguji siapa yang layak dijadikan sahabat sejati bagi kita.

Jangan sembarangan membuka dan menceritakan rahasiamu pada orang yang belum dapat betul-betul kita percaya.

Oleh : Suilyana O. Sewucipto, M.Si., P.Si.

Passion, Konsultan Psikologi Anak, dan Remaja

JI. Kelapa Hibrida Raya Blok QJ 9/ no.6

(021) 80749600 Kelapa Gading, JakUt.