Special ContentTahun Baru & Awal Yang Baru

Masuk Musim Yang Baru Dengan Paradigma Baru

Kita tidak bisa memastikan atau mengetahui apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Karena itu, banyak orang dunia yang berusaha mencari tahu akan hal itu melalui ‘orang-orang pintar’ yang katanya punya talenta dan mengetahui tentang masa depan. Namun, sejatinya tidak ada seorang pun yang tahu tentang masa depan kecuali Tuhan karena masa depan masih belum terjadi. Sebagai orang percaya, kita yakin bahwa di tahun ini, Tuhan mau memberikan pada kita sesuatu yang baru, suatu awal yang baru, suatu musim hidup yang baru; walaupun mungkin kelihatan mustahil bagi kita dan keluarga.

Melalui Nabi Yesaya, Tuhan mendorong bangsa lsrael yang sedang dalam pengasingan ke Babel untuk memikirkan suatu awal yang baru. Allah berfirman, “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala (Yesaya  43:18). Allah meminta mereka untuk tidak lagi memikirkan tentang hukuman mereka dan bahkan tentang kuasa atau mujizat yang pernah ditunjukkanNya pada saat pertama kali mereka dibebaskan dari Mesir. Allah ingin mereka memusatkan perhatian hanya kepada Dia yang akan memberi mereka musim yang baru, yaitu kepulangan mereka dari pengasingan, yang sudah disiapkan Tuhan bagi mereka (Yesaya 43:19a). Tuhan mau umatNya mengetahuinya dan melihat bahwa ada sesuatu yang baru yang akan dikerjakanNya bagi mereka.

Bersama Allah, kita pun bisa mengalami suatu awal yang baru, musim hidup yang baru. Dia mampu menolong kita untuk melepaskan semua ikatan masa lalu, baik pengalaman yang berhasil maupun yang gagal, asalkan kita mau melupakan semua itu dan mulai berpegang hanya kepadaNya. Hubungan inilah yang Allah inginkan agar kita menjadi orang-orang yang percaya kepadaNya, bukan pada pengalaman buruk atau keberhasilan masa lalu kita.

Demikianlah janji Tuhan bagi kita, yang akan berlaku bagi setiap orang dan keluarga-keluarga yang percaya, yang mau melihat janjiNya ini dengan mata hati (bukan mata jasmani). Apapun keadaan hidup kita saat ini, separah apa pun, semustahil apapun untuk diperbaiki, dipulihkan, tapi jika kita percaya, beriman, dan melangkah dalam Tuhan akan mewujudkan sesuatu yang baru itu dari hal-hal yang seolah-olah tidak ada harapan sekalipun, seperti Dia membuat jalan di padang gurun, seperti Dia membuat sungai-sungai di padang belantara (Yesaya 43:19b).

Hidup Tuan T berjalan baik hingga kecelakaan buruk menimpanya beberapa belas tahun yang lalu. Saat itu, sebuah tiang katrol pengangkut besi seberat 200 kg patah dan menimpa kepala kanannya. Tuan T mengalami cedera berat, tengkorak kepala pecah dan sebagian otak keluar. Tuan T langsung tidak sadarkan diri. Para pekerja di lokasi itu mengatakan bahwa darah keluar dari semua bagian kepalanya, dari hidung, mulut, dan telinga. Akibat cedera yang berat, Tuan T mengalami koma sekitar tujuh hari.

Dokter yang menangani mengatakan pada orang-orang yang menolongnya bahwa kondisi Tuan T sangat kritis. Dokter mengatakan bahwa seperempat bagian otaknya telah terluka.

Setelah tujuh hari koma, Tuan T akhirnya sadar, namun dengan keadaan berbeda. Setelah sadar, dia mencoba menggerakkan tangan dan kaki tetapi sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia yang tadinya sehat dan tidak mengalami gangguan apa-apa, kini tiba-tiba tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam usia muda yang masih produktif, dia harus mengalami kecelakaan seberat ini. Tuan T menjadi begitu takut, tidak terbayang dalam pikirannya bahwa di usia semuda ini sudah harus mengalami kelumpuhan seumur hidup. Tuan T menjadi sangat tertekan dan depresi.

Akibat peristiwa ini, dia tidak dapat bekerja sekitar dua tahun lamanya sehingga perekonomiannya hancur. Selain itu, dia juga harus menerima kondisi pertunangannya yang dibatalkan karena sang pacar tidak dapat menerima kondisinya. Wajar saja jika tidak akan ada gadis yang mau menikah dengan orang cacat seperti dia. Hari-hari dilaluinya dengan tangis dan putus asa, tidak jarang Tuan T menyalahkan Tuhan atas kejadian ini, “Mengapa Tuhan begitu tega mengizinkan hal ini terjadi dalam hidup saya? Mengapa saya yang harus mengalami kelumpuhan seperti ini? Mengapa saya harus masuk ke dalam keadaan ekonomi yang sulit ini?”

Suatu malam Tuan T tersentak sadar. Dia dingatkan akan kejadian itu, bagaimana misalkan pada saat itu dia meninggal dunia. Dia yakin akan masuk sorga karena telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Dia sadar bahwa dia punya Tuhan Yesus sehingga tidak berputus asa lagi dan berkomitmen, “Saya mulai mengucap syukur, berdoa, dan minta bantuan Tuhan untuk memberi kekuatan yang baru bagi hidup saya. Sejak saat itulah, saya lalui hari-hari saya dengan banyak berdoa. Saya mulai mendapatkan kekuatan dan penghiburan yang baru dari Tuhan.”

Dalam ceritanya yang mengharukan, Tuan T bersaksi, “Tuhan begitu baik dalam hidup saya. Perlahan-lahan tubuh saya dipulihkan. Saya mulai bisa melukis. Lama-kelamaan tubuh saya mulai bisa digerakkan kembali. Saya mulai bisa berjalan, dari tertatih-tatih hingga bisa berjalan perlahan. Saya bisa pergi ke tempat lain dan pergi bekerja, bahkan kini saya bisa menyetir mobil sendiri. Saya bersyukur, jika awalnya dokter memvonis saya akan buta, lumpuh, dan lain-lain, tetapi Tuhan sungguh baik bagi saya. Tuhan memulihkan hidup saya, Dia memberi saya hidup yang baru. Saya bahkan bisa kembali menjalankan usaha dengan lancar dan ekonomi juga Tuhan pulihkan.

Akibat kejadian kecelakaan, dahulu Tuan T gagal bertunangan, di waktu yan sangat indah dia memuliakan Tuhan yang kasih setiaNya selalu baru. “Tuhan sungguh amat baik pada saya, saat ini Dia memberi saya seorang istri yang setia. Kami dikaruniai dua anak yang manis dan dapat membuat saya benar-benar merasakan arti dari kasih Tuhan. Saya sungguh bersyukur dalam menjalani hidup ini. Tuhan Yesus bukan hanya mengasihi saya, tapi Dia bekerja memulihkan tubuh saya, perekonomi saya, dan hidup saya, plus Tuhan memberi saya keluarga yang harmonis.”

Dari sesuatu keadaan yang tidak ada dasar untuk berharap, namun Tuan T dipulihkan Tuhan. Orang benar sungguh akan menikmati kemanisan kasih Tuhan di musim yang baru.

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: Demikianiah banyaknya nanti keturunanmu” (Roma 4:18)

Sumber : Wijaya – Ridmag

Artikel Inspirasi Awal Tahun :

Tahun Baru Dengan Perspektif, Sudut Pandang dan Paradigma Yang Baru