ChurchTeologiTeologia Akhir Zaman

Apa Itu Postmillennialisme?

Postmillennialisme adalah pandangan akhir zaman yang berfokus pada kemenangan progresif dan pengaruh luas agama Kristen. Gereja ini percaya bahwa kita saat ini hidup dalam “Milenium” dan bahwa, dalam jangka waktu yang sangat panjang ini, umat Kristiani ditugaskan untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia melalui pemberitaan Injil dan karya penyelamatan Roh Kudus di seluruh hati individu dunia.

Penganut paham postmillennial percaya bahwa semakin banyak orang yang diselamatkan, maka Milenium akan menjadi masa keemasan kemakmuran spiritual dengan peningkatan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Dunia pada akhirnya akan menikmati keadaan yang benar dan damai yang belum pernah terlihat sebelumnya. Hanya setelah selesainya periode ini barulah Kristus akan datang kembali.

Pendukung pandangan ini termasuk John Calvin, William Perkins, Jonathan Edwards, George Whitefield, Samuel Hopkins, E.W. Hengstenberg, Kenneth Gentry, dan Douglas Wilson.

Garis Waktu – Time Line Postmillennialisme

1. Milenium

2. Kedatangan Kristus yang Kedua Kali

3. Kebangkitan Umum

4. Penghakiman Umum

5. Pengenalan Surga dan Neraka

Keyakinan Dasar Postmillennialisme

Kemajuan Kerajaan Allah

Postmillennialisme tidak berpikir bahwa Kerajaan Allah akan tiba secara instan atau seluruhnya pada akhir zaman (dalam peristiwa seperti Kedatangan Kristus yang kedua kali, seperti yang diyakini oleh penganut paham Premilenialisme).

Sebaliknya, seperti yang tertera pada nama mereka (post), mereka berpendapat bahwa Kristus hanya akan datang kembali setelah kerajaan itu datang sepenuhnya. Dengan demikian, “kedatangan” kerajaan ini terjadi secara bertahap dan disebabkan oleh kemajuan Injil yang lambat namun pasti hingga, pada akhirnya, seluruh penduduk dunia akan dipertobatkan kepada Kristus.

Berkurangnya Kejahatan:

Keberhasilan Injil yang semakin meningkat akan menghasilkan pengurangan (walaupun bukan penghapusan total) pengaruh dan kehadiran dosa. Kebenaran, perdamaian dan kemakmuran akan tumbuh subur. Semakin sedikit kejahatan di dunia, semakin besar kemenangan gereja dalam pemberitaan injil dan pemuridan bangsa-bangsa melalui agen supernatural Roh Kudus.

Pengaruh Positif di Setiap Bidang Masyarakat:

Ramalan pascamilenialisme secara global dan jangka panjang adalah dunia yang benar-benar Kristen dimana kehidupan ekonomi, politik dan budaya umat manusia akan jauh lebih baik.

Oleh karena itu, kejayaan atau kemenangan gereja pada masa Milenium bukan sekedar kemenangan rohani/ tak kasat mata dalam hati umat Kristiani atas berkat batin yang dialami sendiri oleh gereja. Kemakmuran akan bersifat fisik, terlihat, dan diakui secara publik. Setiap bidang aktivitas manusia akan diperbarui sesuai dengan prinsip-prinsip Kristiani dan digunakan untuk kemuliaan Yesus Kristus.

Kelebihan Postmillennialisme:

Pasca-milenialisme dibedakan dari dua pandangan eskatologis lainnya (premillennialisme dan amillennialisme) karena optimisme esensialnya terhadap Kerajaan Allah di zaman sekarang ini. Gereja ini mempunyai keyakinan yang optimistis bahwa bangsa-bangsa di dunia akan menjadi murid-murid Kristus, bahwa gereja akan bertumbuh memenuhi bumi, dan bahwa agama Kristen akan menjadi prinsip yang dominan dan bukan pengecualian terhadap aturan tersebut.

Seperti yang dijelaskan B.B. Warfield, “Penganut paham pasca-milenial menafsirkan seluruh makna visi Wahyu 19:11-21 sebagai Kristus yang datang bukan hanya untuk berperang tetapi juga untuk kemenangan; dan setiap detail dari gambaran tersebut disajikan dengan tujuan untuk menekankan ketelitian dari kemenangan ini (“The Millennium and the Apocalypse,” Biblical Doctrines, hal. 647-648, 662).

Kemenangan ini bahkan mencakup perpindahan agama secara massal dari etnis Israel.

Kontra Postmillennialisme:

Postmillennialisme meremehkan salah satu pengalaman utama yang akan menjadi ciri gereja dan seluruh umat Kristiani sepanjang zaman ini: penderitaan bersama Kristus. Kritik terhadap pandangan ini menunjukkan adanya optimisme yang problematis bahwa kejahatan dalam segala bentuknya pada akhirnya akan berkurang hingga proporsinya dapat diabaikan. Optimisme seperti itu tidak didukung dalam kehidupan dan tulisan Paulus.

Misalnya, dalam Roma 8:17-18, berapa lama pengalaman penderitaan bersama Kristus akan bertahan? Berapa lama erangan karena beban kelemahan akan bertahan? Menurut ayat 19, 21, dan 23, hal itu akan berlangsung sampai hari penebusan kita, kedatangan Kristus kembali. Dengan kata lain: sampai Yesus datang kembali, gereja ‘menang’ dan ‘kalah’. Oleh karena itu, pandangan apa pun yang cenderung menghilangkan atau mengaburkan kehidupan penuh penderitaan dalam kehidupan orang beriman, paling-paling merupakan harapan yang salah tempat.

Sumber : Dr. Michelle Reyes – https://www.christianity.com/

Artikel Teologia Akhir Zaman Selengkapnya :

Artikel dan Tulisan Utama Teologia :