Apakah Perang di Israel Saat Ini Bagian dari Rencana Nubuat Allah?
Dari perjanjian kuno hingga berita utama di jaman modern, lihatlah bagaimana Kitab Suci menunjuk pada momen ini dan mengapa hal itu seharusnya menguatkan iman Anda, dan bukan menggoyahkannya.
Setelah 736 hari penderitaan yang tak terbayangkan, sebuah perjanjian damai akhirnya dinegosiasikan. Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan pembantaian terbesar terhadap orang Yahudi sejak Holocaust dimana 1.200 orang Israel dibunuh, lebih dari 250 warga sipil disandera. Hamas merilis video yang menunjukkan para sandera seperti Evyatar yang hampir mati, kurus kering, dan dipaksa menggali kuburnya sendiri. Banyak yang menderita penyiksaan brutal, kegelapan, serta pelecehan psikologis dan seksual.

Perang yang terjadi setelahnya membawa kerugian yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Warga sipil Palestina – banyak di antaranya tidak menyukai Hamas – telah mengalami penderitaan yang mengerikan, terjebak dalam baku tembak konflik yang dilancarkan oleh organisasi teroris yang menggunakan mereka sebagai tameng manusia, menyimpan senjata di sekolah dan rumah sakit, serta melancarkan serangan dari wilayah sipil. Tragedi ini diperparah karena Hamas memastikan jatuhnya korban sipil sebanyak mungkin untuk membangkitkan simpati internasional sementara mereka bersembunyi di terowongan-terowongan bawah tanah Gaza.
Berkat negosiasi yang dipimpin oleh Presiden Trump, tahap pertama perjanjian damai sedang berlangsung. Kesepakatan tersebut melibatkan pembebasan 48 sandera (20 di antaranya diyakini masih hidup), penarikan sebagian pasukan IDF dari Gaza, dan pertukaran kontroversial 2.000 tahanan Palestina – termasuk 250 yang menjalani hukuman seumur hidup karena terorisme -dengan sandera Israel yang tersisa.
Brigjen Israel Amir Avivi menyuarakan kekhawatiran yang jelas : pertukaran yang tidak setara ini dapat memungkinkan Hamas membangun kembali kekaisarannya yang runtuh. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana kita sampai pada titik ini? Dan mengapa Hamas menginginkan pemusnahan Israel?
Memahami Tanah Perjanjian dan “Palestina”
Kebutaan sejarah mengaburkan konflik Israel – Hamas. Piagam Hamas tahun 1988 secara eksplisit menyerukan penghapusan Israel dan pembentukan negara Islam “dari sungai ke laut” – dari Sungai Yordan ke Mediterania. Frasa ini, yang kini diteriakkan dalam protes di seluruh dunia, secara harfiah berarti menghapus Israel dari peta. Banyak yang menggunakan slogan ini mengklaim bahwa slogan ini hanya tentang kebebasan Palestina, tetapi dokumen Hamas sendiri memperjelas bahwa slogan ini berarti penghancuran total negara Yahudi. Meskipun Hamas merilis dokumen yang direvisi pada tahun 2017, Hamas masih menolak untuk mengakui hak Israel untuk hidup dan terus menggalakkan perlawanan bersenjata. Tujuan mereka tetap untuk “membebaskan” seluruh Palestina, yang dalam definisi mereka mencakup Israel sendiri.
Namun, mari kita telaah kata “Palestina” itu sendiri.
Istilah ini berasal dari “Filistin,” sebutan Romawi yang diberlakukan setelah Roma menghancurkan pemberontakan Yahudi pada tahun 135 M, yang sengaja dipilih untuk menghapus identitas Yahudi dari tanah tersebut. Inilah kenyataannya : Palestina tidak pernah menjadi negara Arab yang berdaulat. Palestina adalah wilayah geografis – bukan negara – wilayah yang dihuni oleh orang Kanaan, Israel, Filistin, dan kemudian dikuasai oleh kerajaan Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Ottoman, dan Inggris.

Setelah Perang Dunia I, Inggris mengelola Mandat Britania atas Palestina (1917–1948). Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian wilayah tersebut menjadi negara-negara Yahudi dan Arab. Yahudi menerimanya. Bangsa Arab menolaknya – memandang pembagian tersebut sebagai kekuatan Eropa yang membagi tanah yang telah ditinggali keluarga mereka selama beberapa generasi – dan menyerang Israel sehari setelah kemerdekaan dideklarasikan pada tahun 1948. Meskipun kita dapat memahami mengapa bangsa Arab merasa dirampas, penolakan terhadap solusi dua negara dan penggunaan kekerasan secara langsung telah memicu konflik selama beberapa dekade.
Seruan tanpa henti mereka adalah “Kami ingin tanah kami kembali” – namun negara-negara Arab secara kolektif menguasai lebih dari 99% wilayah Timur Tengah. Dunia Arab-Muslim membentang lebih dari 5 juta mil persegi di 22 negara. Wilayah Israel? Kurang dari 9.000 mil persegi – seperenam luas Maine, kira-kira seluas New Jersey. Itu kurang dari 1% wilayah Timur Tengah.
Memang benar bahwa selama seabad terakhir, identitas Palestina yang khas telah muncul di antara orang-orang Arab yang tinggal di wilayah ini – identitas yang ditempa melalui pengungsian, konflik, dan perjuangan bersama. Namun, hal ini tidak mengubah realitas historis : tidak pernah ada negara Palestina yang berdaulat untuk diklaim kembali.
Tuntutan akan “sedikit tanah lagi” ini menutupi motif sebenarnya: bukan masalah wilayah, melainkan pemusnahan total orang Yahudi, yang menggemakan kembali upaya Hitler yang gagal. Jika tanah memang masalahnya, mengapa Organisasi Pembebasan Palestina tidak menuntut sebuah negara ketika Yordania menguasai Tepi Barat dan Mesir menguasai Gaza sebelum 1967?. Antisemitisme ini lebih dalam daripada sekadar politik; ini adalah pertempuran spiritual.
Sepetak kecil tanah ini tetap menjadi pusat perhatian global, persis seperti yang dinubuatkan Kitab Suci: “Maka pada waktu itu Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya.“ (Zakharia 12:3). Dan Yehezkiel 5:5 menggambarkan Yerusalem sebagai kota “yang telah Kutempatkan (Allah) di tengah-tengah bangsa-bangsa, dengan negara-negara di sekelilingnya.”
Kebenaran tentang Klaim Yahudi atas Tanah Perjanjian
Yerusalem—disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam kedua kitab Perjanjian – ditetapkan sebagai ibu kota Israel oleh Raja Daud sekitar tahun 1000 SM, lebih dari 1.500 tahun sebelum Muhammad lahir. Sebaliknya, Yerusalem tidak pernah muncul dalam Al-Quran.
Perlu saya tegaskan: pemerintahan Israel, seperti pemerintahan lainnya, tidak sempurna. Para pemimpin Israel membuat kesalahan, dan warga negara Israel sendiri memiliki pandangan politik yang sangat beragam tentang cara mencapai perdamaian dan keamanan. Namun, dukungan kami tidak didasarkan pada kesempurnaan pemerintahan – melainkan didasarkan pada perjanjian Allah yang tak dapat dibatalkan dengan orang-orang Yahudi dan rencana kenabian-Nya untuk tanah ini.
Pertempuran yang sedang berlangsung untuk melenyapkan Israel adalah pertempuran rohani yang akan terus berlanjut, pada tingkat tertentu, hingga Yesus kembali dan menegakkan pemerintahan-Nya yang kekal. Senator Marco Rubio dengan tegas menggambarkan realitas ini dalam Konferensi Tingkat Menteri Israel tentang Pemberantasan Antisemitisme: “Antisemitisme adalah kefanatikan tertua di dunia, dan mengingat kita semua ada di sini hari ini, antisemitisme juga merupakan kesia-siaan terbesar di dunia. Firaun Mesir, kaisar Romawi, shah Persia, dan para diktator Timur Tengah telah berupaya menghancurkan bangsa Israel. Adolf Hitler memimpikan dunia tanpa orang Yahudi, sebuah gagasan dimana Hitler sependapat dengan Hamas. Kini, rezim dan kekaisaran tersebut telah runtuh menjadi debu, tetapi Israel tetap berdiri, dan orang-orang Yahudi sejahtera.”
Nubuat Alkitab dan Israel Modern
Allah berulang kali berjanji melalui para nabi bahwa orang Yahudi akan dikumpulkan kembali di Israel: “Aku akan memulihkan umat-Ku Israel, umat-Ku yang telah terbuang; mereka akan membangun kembali kota-kota yang telah runtuh dan mendiaminya… Aku akan menanam Israel di tanah mereka sendiri, dan tidak akan pernah dicabut lagi” (Amos 9:14-15).
Selama hampir 2.000 tahun, orang Yahudi tercerai-berai melalui penganiayaan, pembuangan, dan upaya genosida yang gencar. Namun mereka mempertahankan identitas, bahasa, dan iman mereka. Pada tahun 1948, melawan segala rintangan, Israel dilahirkan kembali – belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia dan persis selaras dengan nubuat (Yehezkiel 36:24; Yesaya 43:5-6).

Pertimbangkan penglihatan Yehezkiel – lembah tulang-tulang kering: “Tulang-tulang ini akan hidup… Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membuat kamu diam di tanahmu” (Yehezkiel 37:11-14). Holocaust meninggalkan orang-orang Yahudi bagaikan tulang-tulang kering yang berserakan di bumi. Namun dalam tiga tahun, Israel terlahir kembali.
Yesaya 54:17 menyatakan bahwa “senjata yang ditempa melawanmu tidak akan berhasil”—menggemakan pernyataan Rubio bahwa mereka yang menentang orang Yahudi telah hancur, namun Israel tetap berdiri.
Bertahan Melawan Segala Rintangan
Dari tahun 1948 hingga sekarang, Israel telah menghadapi invasi oleh pasukan-pasukan di sekitarnya yang jauh lebih unggul:
- Perang Kemerdekaan 1948–49 : Bertahan melawan lima negara Arab.
- Perang Enam Hari 1967 : Menang dalam waktu kurang dari seminggu, merebut kembali Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan.
- Perang Yom Kippur 1973: Hampir kalah, lalu membalikkan keadaan.
- Konflik Hamas dan Hizbullah: Meskipun ada roket dan terowongan teror, Israel tetap berdiri.
Yerusalem tetap menjadi pusat pertikaian global – persis seperti yang dinubuatkan: ”Sesungguhnya Aku membuat Yerusalem menjadi pasu yang menyebabkan segala bangsa di sekeliling menjadi pening; juga Yehuda akan mengalami kesusahan ketika Yerusalem dikepung. Maka pada waktu itu Aku akan membuat Yerusalem menjadi batu untuk diangkat bagi segala bangsa. Siapa yang mengangkatnya pastilah mendapat luka parah. Segala bangsa di bumi akan berkumpul melawannya.” (Zakharia 12:2-3).
Status Pilihan Israel
Pilihan Allah atas Israel tidak didasarkan pada jasa, melainkan pada kasih dan kesetiaan-Nya terhadap perjanjian: “TUHAN, Allahmu, telah memilih engkau dari segala bangsa di muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya… karena TUHAN mengasihi engkau dan memegang sumpah yang diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu” (Ulangan 7:6-8).
Panggilan Israel adalah untuk menyatakan kekudusan Allah: “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:5-6).

Saat ini, banyak orang Yahudi menemukan Mesias mereka. Dr. Erez Soref, presiden ONE FOR ISRAEL, tumbuh besar di sinagoge namun tidak tahu apa-apa tentang Yesus. Saat mencari kebenaran, ia bertemu dengan orang-orang percaya yang mengatakan kepadanya, “Yesus adalah orang Yahudi!” Dengan membaca Perjanjian Baru dan Kitab Suci Ibrani, ia melihat nubuat-nubuat itu digenapi. Kini ia dengan penuh semangat menyatakan bahwa Yesus bukan hanya Mesias untuk bangsa-bangsa lain, tetapi juga untuk orang Yahudi.
Rasul Petrus, yang berjalan bersama Yesus, menggunakan bahasa perjanjian bagi orang percaya Yahudi maupun non-Yahudi: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Petrus 2:9).
Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub bersifat kekal. Orang percaya non-Yahudi dicangkokkan, berbagi warisan rohani Israel – bukan menggantikannya (Efesus 2:12-14, 19).
Jika Anda bergumul dengan masalah ini atau pernah diajari teologi penggantian, Anda tidak sendirian. Banyak orang Kristen yang tulus bergumul dengan cara menyelaraskan geopolitik modern dengan janji-janji kuno. Namun, inilah yang dapat kita sepakati: Allah menepati janji-janji-Nya. Jika Dia dapat tetap setia kepada Israel meskipun ribuan tahun pemberontakan dan kegagalan, betapa lebih lagi Dia akan tetap setia kepada Anda? Menyaksikan Dia menggenapi nubuat dengan Israel seharusnya membangkitkan keyakinan kita pada setiap janji yang Dia buat bagi kita.
Bahkan dalam Kitab Wahyu, identitas perjanjian Allah dengan Israel tetap ada: “144.000 dari semua suku Israel” (Wahyu 7:4-8).
Dari Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu, Kitab Suci secara konsisten menggambarkan Israel sebagai umat pilihan Allah – dipilih untuk hubungan perjanjian dan tujuan penebusan. Melalui Kristus, perjanjian itu meluas kepada semua orang yang percaya, tetapi tanah dan umat Israel tetap menjadi pusat rencana Allah.
Mereka yang merohanikan Israel hanya sebagai metafora untuk “gereja” mengingkari realitas historis maupun janji-janji perjanjian dalam Alkitab. Menghapus identitas harfiah Israel merusak kesetiaan Allah terhadap Firman-Nya.
Tanggapan Kita : Iman Tanpa Rasa Takut
Sebagai orang percaya, kita tidak perlu takut akan perang dan kabar-kabar perang, tetapi hendaknya “memandang ke atas, karena penebusan kita sudah dekat” (Lukas 21:28). Rencana Allah telah digenapi sejak awal dan akan terus berlanjut sesuai dengan tujuan-Nya. Sebagaimana Mazmur 59:8 mengingatkan kita, Allah menertawakan bangsa-bangsa yang memberontak – Dia tetap berdaulat penuh.
Israel akan menang, bukan hanya melalui kekuatan militer, tetapi karena “perjanjian kekal” Allah dengan Abraham (Kejadian 17:7-8), yang menjanjikan tanah itu sebagai “milik kekal.” Mazmur 105:9-11 menegaskan kembali janji ini, menyebutnya sebagai “perjanjian kekal.”
Bagi mereka yang mendukung Israel, Allah menjanjikan berkat: “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan siapa yang mengutuk engkau, akan Kukutuk” (Kejadian 12:3). Sikap kita terhadap Israel penting – tidak hanya secara politis, tetapi juga secara kekal. Alkitab menyerukan kita untuk berdoa bagi perdamaian Yerusalem (Mazmur 122:6-8) – bukan hanya untuk stabilitas politik, tetapi juga untuk kedamaian yang lebih mendalam yang berasal dari pemerintahan Allah di dalam setiap hati. Suatu hari nanti, kedamaian itu akan sempurna ketika Raja Damai, Yesus, memerintah selamanya, sebagaimana dijelaskan dalam Wahyu 21 dan 22.
Sekalipun perjanjian damai ini berlaku, kita tahu pada akhirnya akan ada Armagedon, perang terakhir antara Allah dan kejahatan (Wahyu 16:16; 19:11-21). Namun, inilah Kabar Baiknya: ini menandai datangnya pemerintahan kekal Kristus. “Kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka… Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka… maut tidak akan ada lagi, perkabungan atau ratapan atau kesakitan” (Wahyu 21:3-4).
Sampai hari itu tiba, kita memiliki tanggung jawab suci. Pada saat ini, ketika kegelapan menekan dan bangsa-bangsa mengamuk, kita memiliki hak istimewa yang tak terkatakan untuk berseru kepada Tuhan yang mendengar dan yang tidak pernah melanggar firman-Nya (Bilangan 23:19).
Mari Berdoa untuk Israel
Tuhan segala ciptaan,
Kami menaati perintah-Mu untuk “Berdoa bagi kesejahteraan Yerusalem: ‘Kiranya orang-orang yang mengasihi-Mu aman. Kiranya ada kesejahteraan di dalam tembok-tembok-Mu dan keamanan di dalam puri-puri-Mu'” (Mazmur 122:6-7).
Kami memohon kepulangan yang aman dan kesembuhan para sandera, hikmat bagi para pemimpin Israel, dan perlindungan bagi umat pilihan-Mu.
Bapa, Engkau berjanji kepada Abraham untuk memberkati mereka yang memberkati Israel. Kami berdiri bersama Israel, menghormati apa yang telah Engkau berkati dan mempercayai janji-Mu bahwa melalui mereka semua bangsa akan diberkati (Kejadian 12:3).
Terima kasih atas kedamaian-Mu bagi kami, dan bagi Israel. Kini, kiranya Engkau, Raja Damai, berkuasa dalam setiap hati, dan kiranya kemuliaan-Mu dinyatakan hingga setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Dalam nama-Nya kami berdoa,
Amin.
Sumber : Judy McEachran – https://www.christianity.com/
Artikel Terkait Israel Bangsa Pilihan Tuhan :
- Abraham – Tuhan Melihat Hari-hariku
- Tuhan vs. Pengorbanan Anak–Allah Abraham Adalah Tuhan yang Sangat Berbeda
- 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Janji Tuhan Kepada Abraham
- Siapa yang Dipilih Tuhan? Dan Bagaimana Dengan Kita Semua?
- Mengapa Abraham Dipilih Menjadi Bapak Segala Bangsa?
- Apa Saja Janji Allah kepada Abraham?
- Mengapa Allah Memilih Israel Menjadi Umat Pilihan-Nya?
- Mengapa Allah Memilih 12 Putra Yakub Untuk Menetapkan Landasan Bangsa Israel?
- Kehendak Tuhan, Jalan Tuhan
- Apa Itu Perjanjian? – Makna Alkitabiah dan Pentingnya Saat Ini
- Apa itu Perjanjian Nuh?
- Apa Arti Pelangi Dalam Alkitab?
- Memahami Sejarah Bangsa dan Negara Israel – Bagian Satu
- Memahami Sejarah Bangsa dan Negara Israel – Bagian Dua
- Apa Itu Perjanjian Daud?
- Apa Arti Israel dalam Alkitab?
- Apa Itu Yudaisme Mesianik atau Yahudi Mesianik?
- Makna Arti dan Pengertian Gentile Dalam Berbagai Versi Alkitab
- Apa Itu Orang Kafir dan Non Yahudi, Siapakah Mereka Dalam Alkitab?
- Siapakah Gentile – Orang Bukan Yahudi di dalam Alkitab? Makna Arti dan Contohnya
- Apa Makna Roma 11 Tentang Pencangkokan Bangsa-Bangsa Kafir?
- Apa yang Harus Diketahui Umat Kristen tentang Yom Kippur?
- Apakah Perang di Israel Merupakan Tanda Akhir Zaman?
- Apa Peran Israel Dalam Nubuatan Alkitab Tentang Akhir Zaman?
- 4 Nubuatan Mukjizat yang Harus Diketahui Umat Kristen tentang Israel
- Mengapa Umat Kristen Perlu Memberi Perhatian Terhadap Israel?
Artikel Utama Mengenal Bangsa Pilihan Tuhan :
- Info Lengkap Israel – Mengenal Bangsa Pilihan Tuhan
- Fakta dan Data Wisata dan Informasi Umum Israel
- Info Lengkap Lokasi Wisata dan Ziarah Kristen – Holyland Tour
- Paket Wisata Rohani – Holyland Tour ke Yerusalem, Ziarah Sekaligus Tamasya
- Info Tips & Trik Lengkap Persiapan Perjalanan Wisata dan Ziarah Rohani di Tanah Suci