7 Hal yang Salah Dipahami Orang Kristen tentang Persekusi dan Penganiayaan
Umat Kristen terkadang menganut mentalitas korban ketika berbicara tentang penganiayaan di berita, blog, percakapan, atau media sosial. Apa itu penganiayaan, dan apa yang BUKAN? Erik Raymond mendefinisikan penganiayaan sebagai “perlawanan aktif terhadap umat Allah karena komitmen mereka kepada Kristus.” Wawasannya memungkinkan kita untuk membedakan apa yang bukan merupakan contoh perlawanan berdasarkan iman seseorang kepada Kristus.
1. Penganiayaan Bukanlah Permintaan untuk Berhenti Berbicara tentang Yesus
Dalam masyarakat demokratis mana pun, di mana orang bebas menyampaikan pendapat tanpa takut akan akibatnya, sangatlah wajar jika seseorang berkata, “Saya tidak percaya pada Tuhanmu.” Bahkan, tidak apa-apa jika orang tersebut berkata, “Tolong berhenti berbicara kepada saya tentang Tuhan.”

Kita perlu peka terhadap apa yang orang katakan kepada kita. Orang-orang menolak pembicaraan “agama” kita karena berbagai alasan. Mungkin pengalaman buruk di gereja membuat mereka tidak tertarik. Mungkin mereka pernah menjadi orang Kristen dan sekarang merasa bimbang. Mungkin mereka menyuruh Anda untuk berhenti, tetapi Anda tetap bersikeras. Mungkin itu hanya masalah ketidakpedulian dan kekesalan, dan mengatakan hal itu kepada Anda tidak berarti Anda sedang dianiaya. Namun, bersiaplah untuk mengalami penolakan, karena Anda adalah “batu yang hidup yang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dimuliakan di hadapan Allah.” (1 Petrus 2:4)
Nah, jika seseorang berbicara tentang keyakinannya tetapi menutup diri ketika Anda membicarakan keyakinan Anda, ini berpotensi menjadi gaslighting. Gaslighting adalah bentuk manipulasi emosional, dan itu bisa menjadi contoh penganiayaan emosional.
2. Perbedaan Gaya Hidup Bukanlah Persekusi atau Penganiayaan
Kita bisa menduga orang non-Kristen akan menghujat, menonton acara TV, dan membaca buku-buku yang penuh dengan konten yang tidak dapat Anda tahan. Mereka mungkin membicarakan pilihan gaya hidup yang Anda anggap menyedihkan dan bahkan memuakkan: menggunakan narkoba, pergaulan bebas, penipuan pajak, membaca kartu Tarot, mengutil, dll.
Meskipun mungkin terasa seperti upaya yang disengaja untuk membuat Anda kesal, hal itu sepenuhnya normal di dunia. Jika seorang rekan kerja menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia dan tanpa alasan, ucapan yang lembut, “tolong jangan gunakan nama Yesus Kristus dengan cara seperti itu – itu menyakiti saya” bisa sangat bermanfaat, terutama jika Anda mengatakannya dengan wajar kepada orang yang berakal sehat.
Topik dan bahasa seperti itu mungkin dimaksudkan untuk memancing amarah Anda, tetapi jika Anda merasa tersinggung demi Kristus, sadarilah bahwa tidak seorang pun akan mencuri kemuliaan-Nya. Kehidupan dan perkataan yang bersih juga tidak akan menjamin keselamatan siapa pun. Anda mungkin harus mengubah perspektif Anda dan menganggap perilaku semacam ini sebagai seruan untuk Kabar Baik, jadi bagikanlah. Sementara itu, ingatlah bahwa “Tuhan kita difitnah dan dituduh melakukan segala macam pelanggaran, tetapi Ia tidak membuka mulut-Nya untuk protes,” tulis R.C. Sproul. Kemudian, dari salib, Ia berseru, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34)
3. Perbedaan Pendapat Bukanlah Persekusi atau Penganiayaan
Banyak orang Amerika bukanlah orang Kristen (artinya, tidak percaya kepada Kristus saja untuk keselamatan dan tidak mempercayai Kitab Suci sebagai Firman Tuhan), jadi kita akan sering berselisih pendapat dengan banyak tetangga dan rekan kerja kita. Ada banyak agama lain di dunia, belum lagi filsafat-filsafat tak bertuhan yang sepenuhnya menolak dunia spiritual.

Ketika kita mengatakan sesuatu tentang Yesus dan orang-orang tidak percaya, jangan ragu untuk memulai percakapan. Ajaklah diskusi. Namun, bersiaplah. Pikiran yang belum tercerahkan tidak dapat diubah. Paulus menulis dalam Efesus 4:17-18 tentang bangsa-bangsa lain dan “kesia-siaan pikiran mereka” (berbicara tentang orang-orang non-Yahudi yang BELUM menerima Kristus sebagai Juruselamat), bahwa “pikiran mereka gelap.” Bagaimana mereka bisa mengenal Kristus sebagai Juruselamat ketika hati dan pikiran mereka masih gelap?
Kita bisa mengejar, berdebat, dan mendesak, tetapi kita tidak ingin melawan orang lain. Sproul menulis bahwa “kunci untuk menanggapi serangan dan hinaan seperti Kristus adalah memupuk kasih kepada Allah.” Ajaran Yesus sering ditolak, tetapi Ia tidak berseru dari kayu salib, “Tuhan, mengapa mereka terus menolak Aku?” Ia tahu alasannya; Ia dianiaya, disiksa, dan mati untuk dosa-dosa kita.
4. Semua Keyakinan Tidak Berakhir dengan Persekusi atau Penganiayaan
Frasa, “Inilah bukit tempatku bersiap untuk mati,” adalah ungkapan yang umum. Artinya, seseorang bersedia menanggung ejekan, penjara, atau ancaman demi suatu tujuan. Dicerca karena memberitakan Injil atau karena meneriakkan isu sampingan yang tidak ditekankan Yesus tidak sama dengan dianiaya demi Kekristenan. Misalnya, terlibat pertengkaran dengan orang lain tentang apakah kita akan diangkat sebelum atau sesudah masa kesukaran, menjadi panas hati dan terganggu tentang apakah Sabat jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, atau berdebat tentang apakah boleh makan daging babi atau tidak, lalu menerima perlakuan dingin karena sikap agresif Anda.
Dua orang yang percaya kepada Tuhan yang sama dapat mencapai kesimpulan mereka sendiri berdasarkan Kitab Suci yang sama dan tetap sepakat bahwa Tuhan itu Tritunggal, Yesus tanpa dosa, dan kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia. Kristus tidak melibatkan diri dalam pertengkaran semacam itu. Dia terlalu tertarik untuk mengajar orang-orang tentang siapa Tuhan itu, dan waktu terlalu singkat untuk disia-siakan. “Penganiayaan adalah penderitaan yang disengaja demi Kristus dan demi kemuliaan-Nya,” tulis Tim Keesee. Kemuliaan siapa yang Anda minati?
5. Kurangnya Kearifan Bukanlah Penganiayaan
Paulus diturunkan dari sisi gedung dengan keranjang, dan para murid melarikan diri dari musuh-musuh mereka. Akhirnya, mereka harus berhenti berlari dan menghadapi pukulan yang akan datang, atau mereka akan ditangkap oleh musuh yang licik. Namun mereka tidak berjalan ke jalan dan berkata, “Ayo tangkap aku.”
Umat Kristen didorong untuk tidak hanya berdiri di sana – tapi berlarilah! Tidak ada tindakan berdiri di sana, menunggu untuk ditangkap, yang memuliakan Yesus. Jika Anda mampu menyebarkan Kabar Baik tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan melakukannya tanpa tertangkap, maka lakukanlah. Kerjakan itu, tetapi ingatlah bahwa Tuhan kita menjauhkan diri-Nya dari situasi berbahaya sampai tiba saatnya untuk ditangkap. “
Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri..” (Yohanes 6:15). Ia bukan pengecut; Yesus hanya tahu perbedaan antara penderitaan yang tidak perlu dan penderitaan yang perlu.
Sebagai orang Kristen, “kita memiliki pikiran Kristus.” (1 Korintus 2:16). Biarlah hal ini menuntunmu menjauh dari penganiayaan, yang, meskipun berkaitan dengan imanmu, sebenarnya bisa dihindari.
6. Konsekuensi Berbeda dengan Penganiayaan
Bagaimana Anda tahu kapan penderitaan adalah tanggung jawab Anda? Terkadang, konsekuensi dari keputusan kita yang salah menyebabkan rasa sakit dan penderitaan dalam hidup kita.

Para misionaris di negara-negara di mana Kekristenan dipandang sebagai kejahatan bekerja sama dengan lembaga-lembaga formal untuk mengevaluasi cara-cara teraman dan paling efektif untuk melakukan pekerjaan penginjilan mereka kepada orang-orang yang belum percaya. Mereka tidak mencoba menjadi sasaran, meskipun mereka tahu risikonya. Tom Kessee berbicara tentang contoh-contoh orang yang mengaku misionaris yang ditangkap oleh pemerintah asing “akibat arogansi” karena mereka menjalankan misi mereka tanpa berpikir panjang. Mereka tidak berkonsultasi dengan para misionaris yang sudah bekerja di negara-negara tersebut, yang hidupnya menjadi lebih berbahaya oleh tindakan “koboi” para penginjil.
Mengenai kehidupan sehari-hari, di mana Anda lebih mungkin dibenci daripada menderita kekerasan fisik, pertimbangkan bagaimana Anda berbicara tentang Yesus dan bagaimana Anda mencari teman-teman Anda demi Injil.
7. Penganiayaan Bukanlah Ketidakpatuhan
Mungkin ada kebijakan di tempat kerja kita yang menginstruksikan karyawan untuk tidak melakukan proselitisme. Baik Anda seorang Yahudi, Muslim, Buddha, atau Kristen, Anda mungkin tidak diizinkan untuk memaksakan keyakinan Anda kepada orang lain. Jika seorang atasan menegakkan aturan ini dalam kasus setiap orang tanpa mendiskriminasi orang atau keyakinan tertentu, maka kita tidak sedang didiskriminasi. Jika Anda melanggar aturan ini dan ditegur, atau bahkan dipecat, Anda tidak akan dianiaya – kecuali jika pandangan Anda adalah satu-satunya yang diperlakukan seperti ini.
Bedakan antara obrolan santai dan penginjilan. Jika Anda terus-menerus berbicara tentang iman, seolah-olah memaksakan Yesus kepada orang lain, mengganggu mereka, dan membuat mereka tidak nyaman, Anda bersikap agresif dan kasar. Namun, jika berbagi keyakinan Anda menjadi bagian alami dari percakapan, sebuah jawaban atas pertanyaan tentang cara Anda berpikir dan menjalani hidup, maka Anda seharusnya dapat berbagi secara alami. Jangan memaksakannya. Jangan mengaturnya. Biarkan Tuhan yang melakukannya – Dia adalah Penguasa waktu, yang menciptakan peluang di tempat yang tidak Anda duga.
Bagikan dengan penuh perhatian. Apakah sekarang saat yang tepat untuk memberi tahu seseorang bahwa Anda perlu makan daging Yesus dan minum darah-Nya untuk menjadi murid-Nya? Setelah pengajaran ini, “banyak murid [Yesus] mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” (Yohanes 6:66). Itu adalah berita yang aneh untuk diterima oleh orang yang tidak percaya.

Seperti yang dikatakan Erik Raymond, ada berbagai tingkat penganiayaan, dan Anda mungkin sedang menghadapi penindasan yang sah saat ini. Mungkin tidak sederajat seorang pengkhotbah di Rusia atau seorang penginjil di penjara Timur Tengah, tetapi bahkan perlawanan diam-diam Anda terhadap pelecehan emosional di rumah bisa menjadi contoh perlawanan terhadap penganiayaan. Jika Anda benar-benar menderita, pastikan Anda mengumpulkan dukungan di sekitar Anda jika memungkinkan. Andalkan Tubuh Kristus untuk membantu. Penganiayaan bukanlah tentang ketabahan atau “berjalan sendiri.” Setiap orang Kristen, yang ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus, juga memiliki tanggung jawab terhadap saudara-saudari mereka, baik dalam belenggu harfiah maupun kiasan.
Sumber : Candice Lucey – https://www.christianity.com