7 Tanda Kita Berada di Akhir Zaman
Langit runtuh!
Dalam cerita lama, sejenis perumpamaan, Henny Penny adalah seekor ayam dan juga tidak terlalu pintar. Sebuah biji pohon ek jatuh di kepalanya, dan dia menyimpulkan langit pasti runtuh, yang membuatnya histeris.
Berbicara tentang akhir zaman membawa sejumlah ketegangan. Alkitab berbicara tentang akhir dunia ini dan peralihan menuju Langit Baru dan Bumi Baru, sebuah kisah penebusan di mana akhir zaman dan kerusakan dunia ini pertama kali disingkapkan secara destruktif dan dramatis sebelum dunia berikutnya terwujud sepenuhnya.
Bagian-bagian seperti Matius 24 dan kitab Wahyu dibaca seperti novel fantasi atau fiksi ilmiah dengan visi epik tentang makhluk dan binatang. Pemandangan dramatis dari apa yang kita sebut sebagai “hari-hari terakhir” atau “akhir zaman” telah menyebabkan pernyataan yang salah dari para pendeta atau nabi tentang akhir zaman yang akan segera tiba. Semua hari-hari tersebut telah berlalu, dan kita mungkin skeptis terhadap gagasan tentang akhir zaman.
Yesus memberi tahu kita bahwa kita tidak akan tahu hari atau waktu dunia akan berakhir. Pada saat yang sama, Dia memberi kita tanda-tanda spesifik bahwa akhir zaman akan segera tiba. Dalam percakapan di Bukit Zaitun pada Matius 24, Yesus membuat daftar beberapa peristiwa akhir zaman dan menyebut rasa sakit bersalin ini seperti seorang wanita yang sedang melahirkan. Menyakitkan. Intens. Namun janji kehidupan baru pada akhirnya.
Banyak orang saat ini melihat dunia di sekitar kita, melihat berita utama, dan bertanya-tanya apakah kita sedang hidup di akhir zaman. Dengan satu atau lain cara, kita semakin dekat, namun kita harus hati-hati menyelidiki perkataan Yesus dan bagaimana peristiwa-peristiwa hari ini mungkin sesuai dengan ajaran-Nya. Mari kita lihat tujuh peristiwa yang akan menjadi tanda-tanda akhir zaman dan hari-hari terakhir bumi.
1. Bencana Alam
Dalam Matius 24:7-8, Yesus berbicara tentang gempa bumi, kelaparan, dan penyakit sampar sebagai tanda-tanda sebelum kedatangan-Nya kembali. Sepanjang sejarah, bencana alam telah ditafsirkan oleh banyak orang Kristen sebagai indikator mendekati akhir zaman, menandakan penghakiman Tuhan dan penggenapan nubuatan Alkitab.
Belakangan ini, frekuensi dan intensitas bencana alam telah menyebabkan beberapa orang menganggap bencana-bencana tersebut sebagai peneguhan nubuatan akhir zaman dalam Alkitab. Misalnya, meningkatnya kejadian angin topan, kebakaran hutan, gempa bumi, dan tsunami yang dahsyat di berbagai belahan dunia telah mendorong diskusi mengenai signifikansinya dalam kaitannya dengan eskatologi alkitabiah.
Badai Katrina, yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2005 dan menyebabkan kerusakan luas dan korban jiwa, dipandang oleh beberapa orang sebagai tanda penghakiman Tuhan, meskipun hal ini sulit diketahui secara pasti. Demikian pula dengan gempa bumi dan tsunami tahun 2011 di Jepang, yang mengakibatkan ribuan kematian dan kerusakan yang meluas, menimbulkan pertanyaan tentang peran bencana alam dalam nubuatan Alkitab. Pada tahun 2024, beberapa gempa bumi besar telah terjadi secara global, sehingga memicu diskusi di antara beberapa kelompok yang meyakini peristiwa tersebut sebagai tanda-tanda akhir zaman. Gempa bumi penting tahun ini termasuk gempa berkekuatan 7,5 di Jepang yang menyebabkan kerusakan signifikan dan korban jiwa, dan gempa berkekuatan 7,4 di lepas pantai Hualien, Taiwan.
Selain itu, krisis iklim yang sedang berlangsung dan dampak-dampak yang ditimbulkannya, seperti naiknya permukaan air laut dan peristiwa cuaca ekstrem, telah meningkatkan kekhawatiran mengenai relevansi nubuatan akhir zaman dalam Alkitab. Banyak orang Kristen menafsirkan krisis lingkungan ini sebagai tanda-tanda bumi sedang “mengerang” menantikan kedatangan Kristus kembali, sebagaimana dijelaskan dalam Roma 8:22.
Ketika bencana alam terus terjadi dengan frekuensi dan tingkat keparahan yang semakin meningkat, diskusi mengenai signifikansi bencana tersebut dalam kaitannya dengan nubuatan Alkitab kemungkinan besar akan terus berlanjut.
2. Perang dan Konflik

Yesus berbicara tentang “peperangan dan desas-desus tentang peperangan” dalam Matius 24:6-7 sebagai indikator akan dekatnya akhir zaman. Sepanjang sejarah, masa-masa yang penuh kekerasan dan kekacauan ini dipandang oleh banyak orang Kristen sebagai hal yang berhubungan dengan nubuatan Alkitab. Menandakan masa kesengsaraan dan kerusuhan sebelum kedatangan Kristus kembali.
Di zaman modern, maraknya peperangan dan konflik di seluruh dunia telah meningkatkan kekhawatiran akan signifikansi perang dan konflik tersebut dalam kaitannya dengan nubuatan akhir zaman dalam Alkitab. Dalam satu abad terakhir, dunia telah menyaksikan dua perang dunia, dan Perang Dunia II merupakan konflik nyata yang melibatkan senjata menakutkan seperti senjata nuklir.
Contoh konflik yang terjadi baru-baru ini, seperti perang saudara yang sedang berlangsung di Suriah, konflik antara Israel dan Palestina, dan bangkitnya kelompok teroris seperti ISIS, telah memicu diskusi tentang peran mereka dalam menggenapi nubuatan Alkitab. Konflik Israel-Palestina saat ini, yang ditandai dengan kekerasan dan pertikaian politik selama puluhan tahun, dipandang oleh banyak orang sebagai penggenapan nubuatan alkitabiah mengenai pemulihan Israel dan konflik Timur Tengah sebelum kedatangan Kristus kembali.
Selain itu, munculnya terorisme dan ideologi ekstremis, yang dicontohkan oleh kelompok-kelompok seperti ISIS, Al-Qaeda, dan Boko Haram, telah menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian yang meluas, sehingga memicu diskusi tentang peran mereka dalam skenario akhir zaman yang alkitabiah.
3. Kelaparan dan Penyakit
Dalam Matius 24:7, Yesus berbicara tentang “kelaparan dan wabah penyakit” sebagai indikator datangnya akhir zaman. Sepanjang abad-abad sebelumnya, kelaparan dan wabah penyakit telah dibahas oleh banyak orang Kristen sebagai penggenapan nubuatan Alkitab.
Di zaman modern, prevalensi kelaparan dan wabah penyakit di seluruh dunia telah meningkatkan kekhawatiran mengenai signifikansinya dalam kaitannya dengan nubuatan akhir zaman dalam Alkitab. Contoh kelaparan yang terjadi baru-baru ini, seperti krisis pangan di Yaman, Sudan Selatan, dan sebagian Afrika, telah menyebabkan kelaparan yang meluas dan keadaan darurat kemanusiaan, sehingga memicu diskusi tentang peran kelaparan dalam menggenapi nubuatan Alkitab.
Dunia telah menyaksikan sejumlah wabah penyakit serius baru-baru ini. Mulai dari virus HIV/AIDS pada tahun 80an, SARS pada tahun 2002, H1N1 pada tahun 2009, dan Ebola pada tahun 2014-2016, jutaan orang telah meninggal karena penyakit yang berdampak luas ini.
Pandemi COVID-19 yang belum lama terjadi, yang disebabkan oleh virus corona baru, juga dipandang oleh banyak orang sebagai tanda akhir zaman. Pandemi ini telah mengakibatkan jutaan kematian di seluruh dunia, membebani sistem layanan kesehatan, dan mengganggu perekonomian dan masyarakat dalam skala global. Penyebaran virus yang cepat dan dampak buruknya telah membuat beberapa orang menafsirkannya sebagai penggenapan nubuatan alkitabiah mengenai penyakit sampar dan wabah penyakit sebelum kedatangan Kristus kembali.
Selain itu, munculnya penyakit menular baru, patogen yang resistan terhadap antibiotik, dan ancaman kesehatan masyarakat lainnya telah menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi pandemi di masa depan dan perannya dalam skenario akhir zaman yang alkitabiah.
4. Kerusakan Moral
Rasul Paulus, dalam 2 Timotius 3:1-5, menyebut kemerosotan moral sebagai tanda akhir zaman yang akan datang, dimana manusia akan “mencintai dirinya sendiri, mencintai uang, sombong, angkuh, kasar, tidak taat kepada orang tuanya, tidak tahu berterima kasih, tidak suci, tanpa kasih, tidak mau memaafkan, memfitnah, tanpa pengendalian diri, brutal, tidak mencintai kebaikan, pengkhianat, gegabah, sombong, lebih menyukai kesenangan daripada mencintai Tuhan.”
Umat Kristen sepanjang sejarah telah memperhatikan periode kemerosotan moral dan kemurtadan rohani sebagai tanda-tanda potensial yang mendahului kedatangan Kristus kembali.
Saat ini, contoh kerusakan moral dapat diamati di berbagai aspek masyarakat, termasuk rusaknya struktur keluarga tradisional, termasuk tingginya angka perceraian, rumah tangga dengan orang tua tunggal, dan menurunnya angka pernikahan, yang mencerminkan penyimpangan dari prinsip-prinsip alkitabiah tentang pernikahan dan keluarga. Kebudayaan kita juga mengalami sikap yang semakin permisif terhadap seksualitas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan bentuk-bentuk amoralitas lainnya yang menunjukkan adanya pergeseran dari moralitas dan nilai-nilai alkitabiah.
Meningkatnya pengaruh sekularisme dan relativisme telah menyebabkan penolakan terhadap kebenaran mutlak dan kemutlakan moral, yang mengakibatkan relativisme moral dan penerimaan beragam gaya hidup dan kepercayaan. Ketidakhormatan terhadap otoritas, terkikisnya kepercayaan terhadap institusi, dan meningkatnya polarisasi dan perpecahan dalam masyarakat berkontribusi terhadap kerusakan moral dan keresahan masyarakat.
Ketika kerusakan moral terus terwujud dalam berbagai aspek masyarakat, diskusi mengenai perannya dalam narasi eskatologis kemungkinan besar akan terus berlanjut.
5. Nabi Palsu
Dalam Matius 24, Yesus memperingatkan tentang nabi-nabi palsu yang akan muncul pada akhir zaman dan menipu banyak orang. Di seluruh Kitab Suci, nabi-nabi palsu digambarkan sebagai individu yang mengaku berbicara atas nama Tuhan namun menyebarkan ajaran yang menyesatkan dan membelokkan orang dari kebenaran.
Di zaman modern, nabi-nabi palsu terus bermunculan, menyebarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan dan mengeksploitasi kelemahan rohani masyarakat demi keuntungan pribadi. Contoh nabi palsu dan gerakan keagamaan yang menipu dapat diamati dalam berbagai konteks.
Beberapa orang yang mengaku sebagai pemimpin Kristen mempromosikan versi Injil yang menyimpang dan menekankan kekayaan materi dan kemakmuran finansial sebagai tanda perkenanan Tuhan. Mereka sering memanipulasi kitab suci untuk mempromosikan gagasan bahwa kesetiaan kepada Tuhan membawa pada kesuksesan materi, mengeksploitasi orang-orang percaya yang rentan dan melanggengkan pesan yang bertentangan dengan ajaran alkitabiah tentang kerendahan hati, pengorbanan, dan penatalayanan.
Banyak aliran sesat dan gerakan keagamaan baru telah muncul sepanjang sejarah, dipimpin oleh para pemimpin karismatik yang mengklaim otoritas ilahi dan menawarkan akses eksklusif terhadap kebenaran spiritual. Kelompok-kelompok ini sering menggunakan manipulasi, pemaksaan, dan isolasi untuk mengendalikan pengikutnya dan mempertahankan kekuasaan, sehingga menimbulkan kerugian psikologis dan emosional. Jumlah ini telah meningkat dalam satu abad terakhir.
Berbagai gerakan zaman baru dan spiritualis mempromosikan keyakinan dan praktik sinkretis yang memadukan unsur tradisi agama yang berbeda dengan ajaran esoterik dan pengalaman mistik. Meskipun ada yang menawarkan wawasan tentang spiritualitas dan pertumbuhan pribadi, ada pula yang mempromosikan ideologi yang menipu dan klaim pencerahan spiritual yang salah.
6. Penganiayaan Terhadap Orang Beriman

Yesus memperingatkan dalam Matius 24:9-10 bahwa pada akhir zaman, orang-orang percaya akan dianiaya dan dibenci karena iman mereka. Di seluruh Alkitab, penganiayaan digambarkan sebagai ciri pemuridan dan penggenapan kata-kata Yesus bahwa “di dunia ini kamu akan mendapat kesusahan” (Yohanes 16:33).
Penganiayaan terhadap umat Kristen terus terjadi di seluruh dunia. Faktanya, terdapat lebih banyak orang yang menjadi martir bagi Kekristenan pada abad yang lalu dibandingkan dengan jumlah orang yang menjadi martir pada 1800 tahun sebelumnya. Contoh penganiayaan terhadap umat Kristen antara lain sebagai berikut :
Di negara-negara yang didominasi oleh ekstremisme agama, seperti di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, umat Kristen sering menjadi sasaran karena keyakinan mereka. Mereka menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan penindasan di tangan kelompok ekstremis yang berupaya memberantas agama Kristen dari wilayah mereka. Di beberapa negara dengan rezim otoriter, umat Kristen dianiaya oleh negara karena keyakinan agamanya. Mereka mungkin menghadapi hukuman penjara, penyiksaan, atau bahkan kematian karena menjalankan iman atau melakukan penginjilan.
Di wilayah konflik atau kerusuhan sipil, umat Kristiani sering menjadi sasaran kelompok atau faksi bersenjata yang berupaya memajukan agenda politik atau ideologi mereka. Mereka mungkin menjadi sasaran serangan, pemboman, atau pemindahan paksa, yang mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, dan mata pencaharian. Dalam masyarakat di mana agama Kristen dipandang sebagai ancaman terhadap identitas budaya atau nasional, umat Kristen mungkin menghadapi diskriminasi sosial, pelecehan, atau pengucilan dari sektor masyarakat tertentu. Mereka mungkin tidak diberi akses terhadap pendidikan, kesempatan kerja, atau layanan publik karena keyakinan mereka.
7. Yesus Kristus Palsu – Mesias Palsu

Akhirnya, ketika kedatangan Mesias semakin dekat, Iblis akan membawa lebih banyak versi palsu. Dalam Matius 24:24, Yesus memperingatkan bahwa pada akhir zaman, banyak mesias palsu akan muncul dan menipu banyak pengikutnya. Kristus palsu adalah individu yang mengaku sebagai Mesias atau Juruselamat namun menyebarkan ajaran yang menyesatkan dan membelokkan orang dari iman yang benar.
Kristus-kristus palsu terus bermunculan dan tampaknya semakin banyak terjadi pada abad yang lalu.
Jim Jones mendirikan Peoples Temple – Kuil Rakyat dan menyebut dirinya sebagai sosok mesianis, mengaku sebagai reinkarnasi Yesus, Buddha, dan Lenin. Dia memimpin para pengikutnya untuk mendirikan Jonestown, di mana lebih dari 900 anggotanya tewas dalam pembunuhan massal-bunuh diri pada tahun 1978.
Pemimpin Cabang Davidians, David Koresh, mengaku sebagai nabi terakhir dan “Anak Domba Tuhan” yang disebutkan dalam Kitab Wahyu. Dia dan banyak pengikutnya tewas dalam perselisihan dengan penegak hukum di Waco, Texas, pada tahun 1993.
Sun Myung Moon mendirikan Gereja Unifikasi, juga dikenal sebagai Moonies. Moon mengaku sebagai kedatangan Kristus yang kedua kali dan mengajarkan para pengikutnya untuk memandang dia sebagai mesias. Dia memperoleh banyak pengikut dan membangun kerajaan keagamaan.
Salah satu pendiri sekte Heaven’s Gate – Gerbang Surga, Marshall Applewhite, berkhotbah bahwa dia dan para pengikutnya adalah makhluk luar angkasa yang dikirim ke Bumi untuk membimbing umat manusia menuju keberadaan “tingkat berikutnya”. Dia mengaku sebagai “wakil” Yesus Kristus dan memimpin para pengikutnya dalam bunuh diri massal pada tahun 1997, percaya bahwa mereka akan diangkut ke pesawat luar angkasa yang mengikuti komet Hale-Bopp.
Dua hal penting yang perlu diingat ketika Anda penasaran untuk membedakan tanda-tanda akhir zaman. Pertama, ini adalah contoh modern dari tanda-tanda yang dibicarakan oleh Yesus dan para rasul. Namun, sampai taraf tertentu, tanda-tanda ini muncul di setiap generasi. Ayat-ayat tersebut menyingkapkan dosa dan kerusakan umat manusia dan sistem dunia ini, menjadikan ayat-ayat dalam Matius 24 dan Wahyu relevan bagi setiap generasi.
Kedua, meskipun beberapa tanda saat ini lebih intens dibandingkan sebelumnya (perang dunia misalnya), komunikasi dan media modern mungkin memberi kita persepsi bahwa banyak hal yang terjadi lebih sering dibandingkan generasi sebelumnya. Kita harus berhati-hati dalam memperhatikan tanda-tanda seperti yang Yesus katakan tetapi juga berhati-hati untuk tidak langsung mengambil kesimpulan.
Mengenai akhir zaman, ajaran inti Yesus dan para penulis Perjanjian Baru mengarahkan kita pada kesiapan yang terus-menerus. Bahkan ketika kita mengenali tanda-tandanya di zaman modern, akhir zaman akan tetap mengejutkan. Kita harus menjaga pelita kita tetap penuh minyak dan lampu tetap menyala, menantikan kedatangan Yesus dan datangnya penebusan segala sesuatu.
Sumber : Britt Mooney – https://www.christianity.com/