Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat
Equip Seminar Buku 3 Bab 3
Meningkatkan keahlian anda dalam berkomunikasi dengan cara meneladani Sang Guru
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Amsal 18:21
Keberhasilan kepemimpinan anda, pernikahan anda, dan hubungan anda dengan orang-orang lain banyak bergantung pada kemampuan anda dalam berkomunikasi. Kebanyakan pemikir ulung bukanlah pemimpin-pemimpin. Mengapa? Karena mereka tidak bisa berkomunikasi. Kepemimpinan anda bertumpu pada kesanggupan anda dalam menjalin hubungan dengan orang lain, berbagi ide dan visi, serta memotivasi mereka untuk bermitra dengan anda. Seorang mantan pemimpin dunia pernah berkata, “Andaikan saya dapat memulai lagi dari permulaan, saya akan kembali ke sekolah dan belajar untuk berkomunikasi.”
Matius 13
Yesus adalah komunikator terhebat yang pernah hidup atas muka bumi. Dalam Yohanes 1, Ia disebut sebagai “Firman itu.” Dalam Matius 13, kita menyaksikan suatu teladan dari gayanya yang efektif. Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat itu, mengajar kita bagaimana menyeberangkan kebenaran kepada orang-orang kita dewasa ini.
1. Sederhanakan beritanya (Matius 13:3, 10-13)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hanya apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakannya.
Yesus menyampaikan sebagian besar beritaNya melalui cerita. Tujuh di antara cerita-cerita itu terdapat dalam pasal ini. la menggunakan kekuatan cerita yang sederhana dan cukup dikenal. Seorang pendidik terkadang membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit. Seorang komunikator membuat sesuatu yang rumit menjadi mudah atau sederhana. la menyeberangkan kebenaran bagi otak mereka dan mengukir lukisan bagi hati mereka.
Aturan-aturan Yesus dalam berkomunikasi:
a. Permulaan yang kuat
b. Satu tema saja
c. Bahasa yang sederhana
d. Gambaran yang telah cukup dikenal
e. Tujuan yang jelas
f. Tanggapan hati

2. Kenalilah orang-orang (Matius 13:1-2, 9)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hánya apa yang anda katakan, tetapi bagaimana mereka mendengarnya.
Yesus melihat orang-orang dan memahami kebutuhan mereka. Sulit untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan seorang pendengar tanpa mengetahui apa-apa tentang dirinya. Kebanyakan proses belajar berlangsung di dalam arena yang sudah cukup dikenal oleh seseorang atau yang menarik hatinya. Yesus mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang yang ada. Agar makin menyerupai Dia, kita harus lebih “berorientasi pada orang” dan kurang “berorientasi pada bahan pelajaran.” Para pembicara publik mengajarkan pelajaran-pelajaran; para komunikator mengajar orang-orang.
Para Pembicara Publik
1. Mendahulukan berita ketimbang orang
2. Bertanya: “Apa yang saya punya?”
3. Kuncinya adalah teknik-teknik
4. Berorientasi pada isi
5. Sasarannya ialah menyelesaikan bahan
Komunikator
1. Mendahulukan orang ketimbang berita
2. Bertanya: “Apa yang mereka butuhkan?”
3. Kuncinya adalah suasana
4. Berorientasi pada perubahan
5. Sasarannya ialah menyempurnakan orang
Yesus memakai apa yang cocok dengan budaya di dunia untuk menyampaikan ajáran yang bersifat kekal. la menempatkan dirinya pada posisi para pendengarnya demi memimpin mereka ke posisi yang seharusnya. Paulus melakukan hal yang sama dalam Kisah Para Rasul 17, ketika ia berbicara di Berea. Demikian pula dengan Petrus ketika berkhotbah pada Hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2. Orang-orang ini semuanya mengkomunikasikan kebenaran, namun melakukannya dari sudut pandang para pendengarnya.
3. Nyatakan pada waktu yang paling tepat (Matius 13:2, 14-17)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hanya apa yang anda katakan, tetapi kapan anda mengatakannya.
Kadang Yesus tetap diam ketika digoda untuk berbicara. Lain waktu, la berbicara ketika Ia sendiri sangat merasa berminat untuk diam. la mengerti saat-saat yang tepat. Alkitab berkata bahwa ketika orang-orang datang, Yesus berbicara (ayat 2). Alkitab juga berkata bahwa ketika orang-orang menolak beritaNya, Yesus menarik diri (ayat 57-58). Para pemimpin yang efektif tahu kapan harus menyampaikan berita yang dapat memberi hasil yang terbaik. Di awal pelayananNya, Yesus berkata: “Saatnya belum tiba.” Tetapi di kemudian hari, Ia berkata: “Saat-Ku sudah tiba.” Allah adalah pakar dalam penentuan saat yang tepat. Galatia 4:4 berkata, “Ketika waktunya telah genap, Allah mengirim Putera-Nya.”
Pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan berkenaan dengan saat/waktu yang tepat:
1. Siapa pendengar saya?
2. Apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka saat ini?
3. Kebutuhan-kebutuhan apa yang harus paling banyak dipenuhi?
4. Apakah jawaban Allah atas pertanyaan-pertanyaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka?
5. Apakah mereka siap untuk menerimanya?
6. Bagaimana saya dapat membangun sebuah jembatan hubungan yang akan sanggup menopang kebcnaran?
4. Tunjukkanlah kebenaran itu (Matius 13:54)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hanya apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mendemonstrasikan-nya.
“Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di siru di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata; ‘Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu?’” Kredibilitas Yesus bukan hanya berasal dari perkataan-Nya, melainkan juga dari hidup-Nya. la menjadi model dari apa yang diajarkan-Nya. Kehidupan Yesus sekaligus merupakan suatu pertunjukan dan petunjuk. Ia berkata “Ikutlah Aku,” bukan hanya “dengarkanlah Aku” (Matius 4:19).
Setiap kali anda berbicara, pendengar anda secara diam-diam akan bertanya:
a. Kenapa saya harus mendengarkan anda?
b. Bisakah saya mempercayai anda?
c. Apakah anda peduli pada saya?
d. Apakah anda tahu benar pokok bahasan anda?
Penulis Charles Allen melukiskan Yesus seperti ini:
“Ia bisa saja berkhotbah panjang lebar mengenai kehomatan kerja, godaan, cara menikmati hidup, ketidak-kekalan jiwa manusia, berharganya anak-anak, serta fakta bahwa Allah menjawab doa. Namun, la telah memilih untuk bekerja di sebuah bengkel tukang kayu. Ia menghadapi dan menaklukkan godaan di padang gurun. Ia menghadiri pesta-pesta dan tertawa bersama dengan orang-orang lain yang berbahagia. Ia membangkitkan orang dari kematian, Ia berhenti sejenak untuk menunjukkan kasih kepada anak-anak kecil, dan sesudah Ia berdoa, kuasa Tuhan hadir.”

“Ia bisa saja berbicara panjang lebar dan nyaring tentang keperluan manusia akan simpati sesamanya, nilai kewanitaan, berkat kerendahan hati, dan kesetaraan nilai dari segenap manusia. Sebaliknya, Ia menangis di depan makam seorang sahabat, Ia memperlakukan semua wanita dengan penghargaan yang mendalam. Ia mengambil lap dan membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia memberikan waktunya bagi orang-orang miskin dan terbuang.”
“Ketimbang berbicara tentang bagaimana Ia mengubah kehidupan, Ia mengambil seorang wanita jalang dan membuatnya menjadi pemberita pertama dari kebangkitanNya. Ketimbang berkhotbah bahwa orang-orang perlu roti, Ia memberi makan orang banyak. Ketimbang berdebat bahwa roh itu lebih kuat dari pada materi, Ia berjalan di atas air. Ketimbang berkata kepada orang tentang betapa malangnya seorang yang lumpuh, Ia berkata, ‘Bangkit, angkat tilammu dan berjalanlah.’ Ketimbang hanya memberitahu orang untuk mengampuni, saat sedang sekarat dan diludahi, Ia berdoa : ‘Bapa, ampunilah mereka.’
5. Berbagi Hasrat (Matius 13:53-57)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hanya apa yang anda katakan, tetapi mengapa anda mengatakannya.
Yesus berbicara dari keyakinan-Nya. Keyakinan-Nya memampukan Dia untuk menyimpulkan bahwa seorang nabi akan dihormati dimana-mana kecuali di tengah kelahirannya sendiri (ayat 57). Ia tak pernah berpura-pura karena perkataanNya berasal dari hatiNya, hasratNya dan ketaatanNya pada BapaNya yang di sorga. Ia tidak perlu membuktikan apa-apa, tidak perlu kehilangan apapun serta tidak punya apa-apa untuk disembunyikan. Ia tidak berkata-kata karena rutinitas atau keharusan saja. Ketika berbicara, perkataan-Nya selalu memiliki makna yang dalam.
– Tak ada pokok bahasan yang membosankan, yang ada hanyalah pembicara yang membosankan.
– Tak ada pendengar-pendengar yang sepele, yang ada hanyalah pembicara yang kurang berarti.
– Jika anda tertarik pada pendengar anda, mereka akan tertarik pula pada anda.
Kiat-kiat untuk berbicara dengan penuh hasrat:
a. Berbicaralah mengenai tema yang anda miliki sendiri.
b. Jadilah orang yang “sadar-pengaruh” ketimbang “sadar-citra.”
c. Tataplah mata mereka.
d. Lukiskan gambaran-gambaran di hati mereka.
e. Kenalilah apa yang menjadi sasaran anda ketika anda berbicara.
f. Bersiaplah dengan doa dan izinkan Allah membakar hati anda.
6. Carilah Tanggapan (Matius 13:51)
Pelajaran kita: Yang penting bukan hanya apa yang anda katakan, tetapi bagaimana mereka menanggapi-nya.

Sesudah Yesus mengajar, Ia bertanya, “Sudahkah kalian memahami hal-hal ini? Ia sedang mencari tahu untuk memastikan bahwa mereka dapat menerapkan kebenaran itu. Yesus selalu berbicara dengan sebuah sasaran dalam benaknya. Ada sesuatu yang para pendengamya perlu tahu, perlu merasakan, dan perlu lakukan. Sebuah berita yang baik selalu mencakup tiga kandungan keperluan ini. Hal ini mengharuskan kita untuk menyelidiki bukan saja isi berita kita, namun juga para pendengar kita.
Faktanya adalah: 20% pendengar akan bertindak atas kemauan mereka sendiri. 80% pendengar tidak akan bertindak atas kemauan mereka sendiri.
Kiat-kiat untuk menolong orang meresponi kebenaran:
• Milikilah tujuan yang jelas bagi para pendengar anda untuk bertindak.
• Sederhanakan tujuan itu dalam sebuah frase yang mudah dihafal, lantas tulislah frase itu.
• Gunakan sebuah “umpan pancingan” yang mudah ditangkap dan diingat oleh para pendengar anda.
• Seberangkan suatu kebenaran bagi otak mereka dan ukirlah sebuah lukisan bagi hati mereka.
• Sediakan suatu sarana yang bisa mereka pakai untuk membuat tanggapan.
• Mintalah mereka melakukan apa yang anda ingin mereka kerjakan.
Anda harus:
– Percaya pada Allah anda.
– Percaya pada berita Anda.
– Percaya pada diri anda sendiri.
– Percaya pada pendengar-pendengar anda
Pertanyaan: Apa yang anda ingin para pendengar anda melakukan ketika anda berbicara kepada mereka?
Pertanyaan: Bagaimana anda bisa mendorong mereka dengan sangat baik agar mereka mengambil langkah ketaatan?
Langkah-Langkah Mengurangi Kecemasan Anda Selaku Seorang Komunikator
1. Siapkan diri secara luas. (Semakin anda siap, semakin santailah anda)
2. Hafalkan ucapan-ucapan pertama anda. (Kenali betul tiga kalimat pertama atau cenita pembuka anda)
3. Berbicaralah pada mata-mata yang bersahabat. (Biar nyaman, fokuskan pandangan anda pada wajah-wajah yang berminat)
4. Kenakan pakaian yang enak dipandang oleh para pendengar anda. (Jika tidak, anda bisa menjadi cemas)
5. Tarik nafas panjang sebelum anda memulai, (Ini akan mencegah anda dari sikap tergesa-gesa yang penuh dengan kegugupan)
6. Bayangkan bahwa diri anda adalah orang yang berhasil. (Lihatlah bahwa Allah sedang memakai anda untuk mendatangkan perubahan yang besar di dalam diri para pendengar anda.
7. Ucapkan sasaran anda pada diri anda sendiri sebelum anda memulai. (Sasaran anda harus jelas)
8. Gunakan alat-alat peraga. (Ini akan membuat berita anda tak terlupakan dan memikat perhatian pendengar terhadap anda)
9. Datanglah ke ruang pertemuan lebih awal. (Datanglah lima belas menit lebih awal untuk menghilangkan hal-hal yang bisa mengejutkan anda)
10. Berdoalah! Berdoalah! Dan Berdoalah! (Bersandarlah pada Allah dalam mengkomunikasikan visi-Nya melalui anda).
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan pernohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hatibdan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7)
PENILAIAN
Yesus mendemonstrasikan enam prinsip berkomunikasi. Yang mana dari antara keenam prinsip tersebut yang anda telah terapkan secara efektif? Prinsip mana yang perlu anda tingkatkan?
PENERAPAN
Tindakan apa yang akan anda ambil demi menjadi seorang komunikator yang lebih baik? Bagaimana anda akan berkomunikasi dengan cara yang berbeda dalam pekan ini; ketika anda berkhotbah/berpidato kepada orang-orang?
“Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh Satu Gembala.” (Pengkhotbah 12:11)
Sumber : Equip Seminar Buku 3 Bab 2 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com.
Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Dipelopori oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.
Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.
Baca EQUIP Leadership Seminar :
Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin
Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin
Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian
Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan
Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda
Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi
EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :
Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan
Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase
Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang
Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata
Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat
Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda
EQUIP Leadership Seminar Buku 3 :
Buku 3 Bab 1 – Kepemimpinan Berawal Dengan Sebuah Sikap
Buku 3 Bab 2 – Lingkaran Dalam Dari Sang Pemimpin
Buku 3 Bab 3 – Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat
Buku 3 Bab 4 – Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit
Buku 3 Bab 5 – Lima Tahap Kepemimpinan
Buku 3 Bab 6 – Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan
Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :