Dibalik Lagu – Sentuh Hatiku
Betapa ku mencintai
Segala yang tlah terjadi
Tak pernah sendiri
Jalani hidup ini selalu menyertai
Betapa ku menyadari
Di dalam hidupku ini
Kau selalu memberi
Rancangan terbaik oleh karena kasih
Bapa.. sentuh hatiku, ubah hidupku menjadi yang baru
Bagai.. emas yang murni Kau membentuk bejana hatiku
Bapa.. ajarku mengerti sebuah kasih yang selalu memberi
Bagai air mengalir dan tiada pernan berhenti
Ketika masih duduk di bangku SMP, Jason Irawan Chang didatangi oleh seorang teman perempuannya yang mengaku hamil. Jason yang masih remaja tentu saja panik dibuatnya. Bagai disambar petir di siang hari, pengakuan bahwa temannya itu dihamili oleh papa kandungnya sendiri membuat Jason semakin shock. Singkat cerita, sepulang sekolah Jason menemani temannya itu untuk bertemu dengan mamanya.

Entah mengapa, mama gadis remaja itu kurang percaya akan pengakuan putrinya sendiri. Hal ini menorehkan luka di hati si gadis remaja. Reaksi mamanya membuat si gadis berteriak histeris. “Aku tidak mau anak ini. Aku tidak mau kandungan ini!. Ini anak najis, ini anak haram”. Setiap hari, anak perempuan itu terus menjerit hingga banyak orang yang menganggapnya tidak waras.
Orang tua remaja putri itu kemudian mengeluarkannya dari sekolah dan membuangnya di tempat pengasingan. Papanya membangun sebuah pondok kecil di perkebunan miliknya. Dengan ditemani seorang pembantu, di sana kedua tangan dan kaki si remaja putri itu dipasung. Keadaan ini berlangsung selama 14 tahun lamanya. Suatu saat ketika pasungan itu dilepas, hal pertama yang ingin dilakukan gadis itu adalah bunuh diri. Dia merasa sudah tidak punya masa depan. Haknya sebagai seorang wanita telah direnggut oleh papa kandungnya sendiri. Dia mençari sebilah pisau dan mengasahnya. Namun saat dia ingin memotong urat nadinya, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang menahan tangannya. Dia mencoba lagi, lagi dan lagi tetapi tetap ada satu kekuatan yang menahannya untuk melakukan hal tersebut. Akhirnya, dia sadar bahwa Tuhan yang memegang tangannya.
Dia menangis sejadi-jadinya, menjerit histeris, dan berteriak pada Tuhan yang sedang memeluknya. “Tuhan, dimanakah Engkau saat aku diperkosa oleh_papa kandungku?”. Tuhan diam cukup lama, kemudian berkata, “Ampuni papamu, kasihi papamu!”. Permintaan Tuhan itu tentu saja ditolaknya, sungguh tidak mudah mengampuni orang yang telah merenggut kesucian seorang wanita, apalagi itu papa kandungnya sendiri. Faktanya, kita merasa jauh lebih sakit saat dikhianati, disakiti orang yang kita kasihi daripada dikhianati dan disakiti oleh musuh kita.
Setelah bergumul beberapa waktu dan merasakan aliran kasih Tuhan, gadis itu menjawab, “Tuhan, aku mau mengampuni papaku!” Bersamaan dengan jawaban yang mengalir dari bibirnya, gadis itu merasakan aliran damai sejahtera untuk pertama kali memenuhi hidupnya, sejak dia mengalami kejadian buruk belasan tahun yang lalu.
Gadis itu kemudian membersihkan dirinya dan pergi ke rumah orang tuanya. Di depan pintu, dia melihat seorang pria tua kurus yang sedang duduk di atas kursi roda. Ketika menyadari itu adalah papa yang tidak pernah menjenguknya, dia mendekatinya dan berkata lirih, “Papa….” tapi pria itu tidak mempedulikannya. Sekali lagi ia memanggil papanya sambil terisak, barulah papanya menoleh dan memandang dia, tetapi pria tua itu diam seribu bahasa. Ia tidak berkata apa-apa karena terkena stroke berat. Belas kasih Kristus mengalir di hati gadis yang melihat ketidakberdayaan papanya. Hanya titik air mata yang mengalir di pipi sang papa yang tak berdaya.
Gadis itu menangis sambil memeluk erat papanya sambil berkata, “Papa, aku mengampuni Papa. Maafkan aku, selama ini aku susah mengampuni Papa. Satu hal yang perlu Papa tahu bahwa aku sangat mengasihi Papa”. Tangis putri dan papa kandung yang diiringi pengampunan itu mampu membangun kembali jembatan kasih yang selama ini terputus. Tanpa kasih Bapa sorgawi yang menyentuh hati gadis itu, ia tidak akan sanggup mengampuni papanya.

Kasih mengalahkan segalanya. Dari indahnya kisah pengampunan ini, Jason menciptakan lagu “Sentuh Hatiku” pada tahun 1998.
Sumber : July Manurung – Ridmag 02