FamilyPsikologi

Kala Orang Tua Over Protective

Sheila berusia 4 tahun, tinggal di apartemen. Ibunya sangat mementingkan kerapihan dan kebersihan, mengurus rumah tangga sepenuh waktu sehingga memiliki banyak waktu bersama anaknya.

Sheila dibawa untuk berkonsultasi kepada saya dengan keluhan mudah marah seperti berteriak atau membanting barang. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata salah satu penyebabnya adalah perilaku ibu yang sering melarang Sheila “Jangan loncat dari ranjang, nanti jatuh!” “Jangan deket-deket kompor!” “Tidak boleh membawa kue dengan cara seperti itu, bisa jatuh mengotori lantai!” “Jangan main perosotan, kamu bisa terjungkal!” Bayangkan keberadaan ibu yang senantiasa dekat sehingga perilaku Sheila selalu terpantau seperti di camera CCTV. Tidak heran bila Sheila merasa tertekan dan mudah marah.

James usia 5 tahun. Ibu yang mengurus rumah tangga sepenuh waktu sering menegur James ketika ia memainkan barang-barang di rumah seperti horden kamar mandi, pintu kamar, perabot di meja. Perilaku James yang aneh adalah ia sering menolak dan menangis ketika pelajaran Physical Education di mana murid berkegiatan memanjat, meloncat, mendaki di dalam ruang Gym. Ketika menjelaskan mengenai kebutuhan bermain / bergerak James yang tidak terpenuhi sehingga ia memainkan barang-barang di rumah, terkuaklah fakta bahwa ibu tidak pernah membawa James main di playground dan tidak pernah membebaskan James beraktivitas fisik. Si ibu menangis dan bercerita bahwa suaminya over protective dan melarang anak untuk bermain di luar rumah karena mengandung resiko sakit (masuk angin), jatuh, cidera, berdarah. Suatu kali James pernah jatuh di playground dan sang ibu dimarahi suaminya. Lebih lanjut si ibu bercerita tentang kakak James yang sudah SMP, yang berperilaku aneh. Ketika hendak men-charge handphone, terkadang anaknya bertanya apakah sudah boleh di charge atau belum.

Pencemas dan Perfeksionis

Perilaku-perilaku orang tua tersebut di atas, biasa dikenal dengan sebutan over protective atau proteksi / perlindungan yang terlalu berlebihan terhadap anaknya. Peraturan, larangan, tata tertib harus diajarkan oleh orangtua kepada anak, namun peraturan, larangan dan tata tertib yang lahir dari orangtua yang pencemas atau perfeksionis akan menimbulkan gangguan psikologis pada anak. Mengapa? Karena orangtua yang pencemas memiliki pemikiran bahwa sesuatu yang negatif bakal terjadi pada anaknya, seperti: “Nanti jatuh; nanti terluka; itu berbahaya; apa yang terjadi kalau…”

Orang tua yang pencemas akan menelurkan larangan-larangan yang bukan sekadar memagari’ perilaku anak, namun memenjarakan anak sehingga anak sulit bergerak. Contohnya adalah kakak James yang untuk men-charge handphone saja butuh bertanya pada orang lain. Inisiatif anak menjadi kerdil, tidak berani mencoba, pasif. James tidak berani beraktivitas di ruang gym karena ia tidak berani mencoba dan merasa tidak berdaya sehingga menangis saat pelajaran olah raga. Sedangkan orang tua yang perfeksionis cenderung memiliki standar yang tinggi akan kerapihan, kebersihan, ketertiban sedangkan anak yang sedang bertumbuh secara motorik dan kognitif pasti akan melakukan kegiatan yang membuat berantakan, kotor, tidak rapi. Ibu Sheila yang sangat rapi dan bersih tidak suka bila apartemennya kotor dan berantakan sehingga ia jengkel dan sering menegur Sheila yang wara-wiri sambil membawa makanan yang remah-remahnya berjatuhan. Sheila hanyalah anak berusia 4 tahun yang belum dapat merapikan barang-barangnya dengan sempurna.

Melawan vs Menelan

Tergantung sitat dasar anak, ada yang bereaksi melawan yaitu marah seperti Sheila. Bila ia besar, sangat mungkin ia menjadi pribadi yang “berbeda kutub” dengan ibunya, yaitu menjadi berantakan dan ceroboh – sebagai bentuk perlawanan. Di sisi lain ada anak yang bereaksi “menelan”, yaitu menjadi pasif dan diam serta terbiasa menunggu instruksi dan pengarahan dari orang tuanya. Ketika menjadi dewasa ia butuh pengarahan orang lain dan kurang memiliki inisiatif seperti kakak James.

Hai Orang Tua, Lepaskanlah!

Bila kita menilik jauh ke depan mengenai dampak psikologis dari sikap over protective orang tua, maka terlihat bahwa sikap tersebut harus dilepaskan. Melepaskan sikap over protective berkaitan dengan melepaskan hak untuk cemas” dan “hak untuk menuntut anak menjadi sempurna. Bagi orang tua yang merasa dirinya memiliki kecenderungan cemas dan juga cenderung perfeksionis, ayo lepaskanlah hak Anda!

Oleh :

Suilyana O. Sewucipto, M.Si., P.Si.

Passion, Konsulfan Psikologi Anak dan Remaja

JL. Hibrida Raya Blok QJ 9/ no.6

(021) 80749600 Kelapa Gading Jakarta Utara

Sumber : RIDMAG vol. 07