ChurchKebangunan Rohani Transformasi & PersekusiSpecial Content

Apakah Kita Harus Membuat Jadwal Ibadah Kebangunan Rohani?

Ibadah Kebangunan Rohani yang Biasanya Direncanakan

Dalam dekade sebelumnya adalah hal yang biasa bagi gereja untuk mengadakan “ibadah kebangunan rohani” sekali setahun (atau beberapa kali setahun). Ibadah-ibadah yang direncanakan ini bertujuan untuk membawa orang-orang percaya kembali kepada komitmen dan pengabdian yang baru kepada Tuhan. Ibadah-ibadah khusus ini seharusnya tidak membingungkan kita dengan “kebangunan rohani” yang sejati yang dapat dijadwalkan oleh Allah sendiri. Kami telah menjelaskan perbedaan antara ibadah kebangunan rohani yang rencanakan manusia dan kebangunan rohani yang dimulai oleh Allah di posting kami yang berjudul: Definisi Kebangunan Rohani.

Ibadah kebangunan rohani yang biasanya direncanakan berlangsung selama 1-2 minggu, dan gereja akan mengundang penginjil terkenal untuk datang dan berbicara setiap malam selama durasi waktu tertentu. Selama ibadah kebangunan rohani yang dijadwalkan adalah hal yang biasa untuk:

  1. Manifestasi hadirat Allah dirasakan.
  2. Banyak orang percaya akan dibebaskan dari ikatan dosa dan mereka akan memperbaharui komitmen mereka kepada Tuhan.
  3. Orang-orang percaya akan mengundang teman, anggota keluarga, rekan kerja, dan tetangga yang belum diselamatkan ke ibadah-ibadah kebangunan rohani, dan banyak orang akan diselamatkan.
  4. Kesembuhan terjadi.
  5. Orang-orang didapati menangis berjam-jam sementara mereka berlutut di altar (pembatas kayu yang umum di bagian depan gereja pada waktu itu), berseru kepada Allah untuk keselamatan orang berdosa.
  6. Ibadah-ibadah tersebut biasanya berlangsung sampai jam 10, dan kadang-kadang sampai tengah malam atau lebih larut. (Ketika orang-orang mengalami hadirat Allah mereka tidak ingin pulang)
  • Orang tua tidak kuatir jika anak-anak mereka tidak tidur pada waktu yang ditetapkan. Jika anak-anak lelah, mereka akan ditidurkan di lantai di bawah kursi gereja.
  • Orang tua yang harus bangun pagi-pagi untuk bekerja akan melakukannya tanpa tidur yang cukup. Mereka lebih tertarik untuk berada dalam hadirat Allah dari pada tidur lebih awal.

Tidak ada alokasi waktu untuk Ibadah kebangunan rohani yang biasanya direncanakan

Saat ini sangat jarang untuk gereja menjadwalkan ibadah kebangunan rohani. Inilah pengamatan kami mengapa hal ini terjadi:

  1. Gereja telah melakukan beberapa ibadah pada hari Minggu pagi dan Sabtu malam, yang membuat pelayanan untuk ibadah kebangunan rohani yang direncanakan setiap malam sepanjang minggu terlalu berat.
  2. Dengan banyaknya gereja yang menggunakan fasilitas sewaan, mereka tidak memiliki tempat di mana mereka dapat bertemu setiap malam selama seminggu atau lebih.
  3. Sebagian besar orang tidak terlalu berminat dalam mencari hadirat Allah dan membuat komitmen yang baru kepada-Nya, dan merencanakan ibadah yang akan dihadiri sedikit orang akan sangat mengecewakan.
  4. Gereja telah merubah jadwal mereka untuk menyesuaikan dengan tekanan jadwal keluarga.

Dalam posting yang berjudul Apakah Kita Membutuhkan Kebangunan Rohani – Bagian 1, kami menunjukkan siklus dosa dan kebangunan rohani yang telah diperlihatkan dalam kehidupan umat Allah, dimulai dari Perjanjian Lama dan Baru dan berlanjut sampai hari ini. Perjanjian Lama mengingatkan hati manusia yang menyimpang, kecenderungan kita untuk menjauh dari-Nya, dan menjadi lemah dalam kesetiaan dan pengabdian kita. Untuk mengatasi kondisi ini Tuhan menetapkan waktu-waktu yang disisihkan untuk pembaharuan bersama. Waktu-waktu khusus ini, seperti yang ditemukan dalam Imamat 23:2, telah diterjemahkan sebagai:

  • Holy Convocations (NKJV), artinya Perkumpulan Kudus
  • Sacred Assemblies (NIV), artinya Sidang Jemaat Suci
  • Holy Meetings (EXB), artinya Pertemuan Kudus
  • Holy Assemblies (GNV), artinya Sidang Jemaat Kudus
  • Holy Occasions (CEB), artinya Perayaan Kudus

Henry T. Blackaby, dalam bukunya Fresh Encounter, membuat daftar beberapa alasan pertemuan kudus ditemukan dalam Perjanjian Lama:

  • Menunjukkan ketaatan kepada Allah dan perintah serta ketetapan-Nya.
  • Panggilan untuk mengingat kembali penyediaan Allah bagi umat-Nya.
  • Mengakui kepemilikan Allah atas semua sumber daya kita (waktu dan materi).
  • Memberikan kesempatan khusus mempersembahkan korban.
  • Mengakui Allah dalam kekudusan-Nya.
  • Mengaku dan bertobat dari dosa-dosa pribadi dan bersama.
  • Pembaruan persekutuan dan perjanjian yang dibuat dengan Allah.

Sekarang kita tidak perlu kembali ke hukum Perjanjian Lama, tapi ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa diperoleh dengan menyisihkan waktu khusus dengan tujuan untuk membuat komitmen yang baru, kesetiaan, dan pengabdian kepada Tuhan. Siapa tahu, mungkin dengan gereja-gereja menjadwalkan ibadah-ibadah kebangunan rohani yang demikian, untuk tujuan mengaku dosa, bertobat, dan berpaling kepada Allah dengan kesetiaan yang baru, mungkin Allah akan menghargai hal itu dan mengirim kebangunan rohani-Nya, yang pada akhirnya akan membawa kepada pertobatan ribuan orang.

Selama kebangunan rohani besar yang melanda bagian utara New York dari tahun 1820-an sampai 1830-an, pertemuan ibadah yang panjang adalah apa yang digunakan untuk memulai kebangunan rohani.

Dalam buku Robert Evans, Fire from Heaven (Api dari Surga), ia mengutip The Presbyterian General Assembly (Majelis Umum Presbiterian) tahun 1832, bahwa setelah meninjau pekerjaan Allah dibanding tahun sebelumnya, mereka membuat daftar “enam puluh delapan pastoran dan tujuh ratus jemaat” yang telah diberkati dengan kebangunan rohani.

“Hampir semua dari mereka [yaitu gereja mereka] telah mengalami musim kebangunan rohani yang berharga, dan ini, dengan beberapa pengecualian, berhubungan dengan apa yang disebut pertemuan ibadah yang panjang.”

Sumber : https://hanya1percikan.wordpress.com/

Baca artikel terkait :