Dua Kata Magic
Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Lukas 4: 10)
Yesus mengajarkan tentang tata krama dan kerendahan hati dalam konteks situasi sosial, yaitu di pesta di mana kita bertemu dengan banyak orang dan perlu menempatkan diri sebagaimana seharusnya. Mungkin kejadian yang persis seperti ini tidak kita alami, akan tetapi esensi dari pengajaran Tuhan Yesus adalah tata krama dan kerendahan hati yang tetap relevan dalam masyarakat saat ini.
Ada dua kata ajaib yang dapat mewakili tata krama dan kerendahan hati, yaitu : TERIMA KASIH dan MAAF. Terkadang kedua kata ini diucapkan tanpa makna alias hanya sebagai ‘lips service’, itu pun sudah lumayan. Akan tetapi yang lebih baik adalah ketika kita mengucapkan kedua kata tersebut dengan tulus, yaitu dari hati.
TERIMA KASIH
Semua pembaca sepertinya paham bahwa kata ‘terima kasih’ adalah wujud dan tata krama, akan tetapi mungkin sebagian mengernyitkan dahi, “Apa ya hubungan terimakasih dan rendah hati?”
Begini, ketika saya mengucapkan terima kasih maka sebetulnya ada suatu muatan yang menyertai. Muatan tersebut adalah saya menyatakan bahwa saya adalah pihak yang ‘diberi’ atau ‘mendapatkan sesuatu’ dari pihak lain dan dengan demikian saya menempatkan diri sebagai pihak yang lebih lemah. Jangan heran bahwa ada orang yang sangat sulit mengucapkan “terima kasih” karena sebetulnya ia tidak rela dianggap lemah, tidak mau mengakui jasa orang lain atas dirinya alias merasa gengsi. Apakah sebetulnya gengsi itu? Bukankah Ia adalah saudara kembar dari ‘sombong’? Ingatlah bahwa Tuhan benci kesombongan (Amsal 6:17).
Renungkanlah beberapa kondisi ini:
- Seorang majikan enggan mengucapkan terima kasih kepada pembantu rumah tangganya karena merasa bahwa Ia lebih superior dan sudah seharusnya si pembantu melakukan tugas ini itu karena toh dia sudah mendapatkan gaji. Sama halnya dengan seorang atasan di kantor yang tidak mau mengucapkan terimakasih kepada bawahannya.
- Orang tua yang tidak mengucapkan terima kasih kepada anaknya. “Sudah seharusnya anakku kusuruh dan melakukannya, itu bukan sesuatu yang harus dibalas dengan kata terima kasih. Nanti dia jadi kurang ajar.
- Anak yang merasa semua hal yang dilakukan orang tua adalah sebuah kewajiban. “Toh semua orang tua melakukan hal itu untuk anak, apa istimewanya sehingga aku perlu mengucapkan terima kasih atas tersedianya makanan, atau kalau aku diantar jemput, atau kalau aku dibayari sebuah kursus?”
Bila pembaca adalah si pembantu, si bawahan, si anak yang disuruh, si orang tua yang melakukan ini itu untuk anak, apa yang Anda rasakan ketika Anda tidak mendapatkan ucapan terima kasih? Sebaliknya, apa yang Anda rasakan ketika Anda diberi ucapan terima kasih? Renungkanlah!
MAAF
Kata ‘maaf’ diucapkan untuk menyatakan bahwa, “Saya sudah bersalah dan saya menyadarinya, kemudian saya mengambil tanggungjawab untuk mengakuinya.”
Pernahkah Anda merasa jengkel atau marah ketika seseorang bersalah kepada Anda tetapi tidak meminta maaf?. Seorang pengendara motor ugal-ugalan menyenggol motor Anda sehingga Anda jatuh? Gara-gara rekan Anda terlambat memberikan data kepada supervisor, maka seluruh tim termasuk Anda kena damprat manager? Maka Anda akan bercerita kepada teman bahwa Anda baru saja berurusan dengan orang yang ‘tidak sopan’.
Berikut adalah beberapa pertanyaan untuk melihat seberapa jauh Anda memiliki kemampuan untuk menyadari kesalahan dan mengambil tanggungjawab untuk mengakuinya.
1. Jika Anda pernah berjanji melakukan sesuatu dan kemudian Anda lupa dan ada yang mengingatkan Anda, seberapa sering Anda menyalahkan pihak lain? (Sering / Kadang / Jarang)
2. Jika Anda terlambat, apakah Anda cenderung menyalahkan kondisi seperti macet atau anak-anak yang rewel di rumah? (Sering / Kadang / Jarang)
3 Jika bensin kendaraan Anda habis saat di perjalanan, apakah secara otomatis Anda menyalahkan orang lain dalam keluarga yang juga pemakai kendaraan tersebut? (Sering / Kadang / Jarang)
4. Jika Anda lupa membeli suatu barang dan kemudian pasangan Anda menanyakannya, apakah Anda langsung memikirkan tentang “Alasan apa yang paling cocok ya?” dari pada Anda secara gamblang mengakui bahwa “Oh ya, saya lupa.” (Sering / Kadang / Jarang).
Renungkanlah jawaban-jawaban Anda. Apakah Anda cukup memiliki kesadaran akan kesalahan Anda dan bersedia meminta maaf?
Terimakasih dan maaf, adalah dua kata ajaib yang mencerminkan diri kita sebagai Anak Tuhan yang bertatakrama dan rendah hati. Maaf, sudahkah Anda berterima kasih hari ini.
Oleh : Suilyana O. Sewucipto, M.Si., P.Si. – Passion (Konsultan Psikologi Anak)
Sumber : Ridmag vol. 25