Equip TraningLeadership

Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit

EQUIP Leadership Seminar Buku 3 Bab 4

Menangani Orang-Orang Yang Sulit dan Situasi-Situasi Yang Sulit

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahnu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Matius 5:43-48)

Tak diragukan lagi, anda akan mengalami saat-saat yang sulit dan melelahkan ketika anda mencoba untuk memimpin orang-orang lain. Kepemimpinan bisa saja menjadi tugas yang tidak membuahkan rasa terima kasih, penuh kesepian dan melemahkan semangat, hanya karena anda menjadi sasaran dari kritikan. Kemungkinan besar anda akan merasa diteguhkan atau diserang sementara anda sedang memimpin.

Anda harus ingat bahwa baik anda maupun orang-orang yang anda pimpin tetaplah “manusia biasa” sekalipun kalian adalah orang-orang Kristen. Ini berarti bahwa anda akan menghadapi konflik sebelum perjalanan kepemimpinan anda usai. Semua orang memiliki cara pandang (perspektif), kepribadian dan pergumulan yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan mereka bereaksi dengan cara mereka sendiri. Syukur kepada Allah atas kasih karunia-Nya. Pernah dikatakan bahwa Gereja itu sangat mirip dengan bahtera Nuh. Bau busuk yang ada di dalamnya tak akan tertahankan jika tak ada badai diluar sana. Mari kita belajar bagaimana menangani secara efektif orang-orang yang sulit.

Diskusi

Ambil waktu sejenak dan diskusikan beberapa situasi sulit yang anda telah hadapi di masa lalu sebagai seorang pemimpin. Apakah anda melihat adanya suatu pola?

Sering kali sumber-sumber konflik dan kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam hubungan antar manusia pada umumnya adalah:

– Benturan-benturan kepribadian dan hubungan-hubungan

– Harapan-harapan yang tak terungkap dan belum terpenuhi

– Perasaan tidak aman dan persoalan jati diri

– Konflik yang belum terselesaikan dari luka-luka masa lalu

– Sikap-sikap independen dan cara-cara pandang yang kaku

Prinsip-Prinsip Dasar Yang Harus Dipahami Oleh Para Pemimpin…

1. Dalam hubungan antar manusia, para pemimpin sering kali harus mempraktekkan Prinsip 101%; temukan 1% orang yang setuju dengan anda dan berikan 100% perhatian anda kepadanya.

2. Dalam hubungan antar pribadi, lebih baik membangun sebuah pagar di puncak karang, daripada membangun sebuah rumah sakit di bagian dasar. (Ambil langkah untuk mencegah munculnya potensi-potensi kesulitan)

3. Ketika emosi yang diekspresikan dipandang jauh lebih penting daripada masalah yang ada di depan mata, sudah pasti ada masalah tersembunyi yang harus dihadapi.

4. Ketika kebutuhan-kebutuhan emosi seseorang dipandang perlu mengatasi akal sehatnya, itu tak akan pernah menjadi masuk akal.

5. Orang-orang yang terluka secara alamiah akan melukai orang-orang lain.

6. Sebagai pemimpin, jangan sekali-kali kita menggantungkan kesehatan emosi kita di tangan orang lain.

7. Adalah mungkin bagi seorang pemimpin untuk mensabotase dirinya sendiri. Dia mungkin saja bisa memenangkan sebuah perdebatan, namun pada akhinya dia mengalami kerugian yang lebih besar dari pada yang bisa diperolehnya.

8. Kita harus mempraktekkan Hukum Koneksi: Para pemimpin akan menyentuh hati terlebih dahulu sebelum meminta uluran tangan.

Ingat :

• Konflik itu normal. (Konflik akan terjadi karena kita berbeda-beda)

• Konflik itu netral. (Dalam dirinya, konflik itu tidak bersifat menghancurkan)

• Konflik itu natural. (Konflik itu bersifat universal; anda tidak mengalaminya sendirian dalam kemanusiaan anda)

Lima Pilihan Ketika Diperhadapkan Dengan Konflik…

1. Saya akan menghantam mereka! (Membalas dendam)

2. Saya akan keluar! (Meloloskan diri dan menghindar)

3. Saya akan menyerah! (Takluk)

4. Saya akan menerima! (Berkompromi)

5. Saya akan  menghadapinya! (menghadapi masalah)

Menangani Kritik Dalam Suatu Cara Yang Sehat

1. Pahamilah perbedaan antara kritik yang membangun dan kritik yang menghancurkan.

2. Seriuslah dengan Allah, tetapi jangan terlalu serius tentang diri anda. Tertawakanlah dirimu.

3. Lihatlah isi kritiknya, jangan sifat si pengritik. Apa yang ada di balik kritikan mereka?

4. Sadarilah bahwa orang-orang baikpun menerima kritikan, bahkan Yesuspun dikritik!

5. Jagalah kesehatan fisik dan roh anda. Jadilah tangguh dalam menghndapi serangan-serangan semacam itu.

6. Jangan hanya memperhatikan kritikan, perhatikanlah orang banyak itu. Jangan biarkan seorangpun menjatuhkan anda.

7. Tunggu waktu untuk menunjukkan apa yang benar. Izinkan Allah meyingkapkannya.

8. Berkonsentrasilah pada misi anda dan ubahlah kesalahan-kesalahan anda; jangan diputar-balik.

Lima Tahap: Bagaimana Paulus Melakukannya Dalam Kitab Filemon

Rasul Paulus menghadapi konflik dengan seorang lelaki yang bernama Filemon. Paulus sudah lebih dulu menyadari bahwa antara dirinya dan Filemon ada cara pandang yang berbeda mengenai Onesimus, seorang budak Filemon yang melarikan diri. Langkah-langkah berikut adalah jalan yang ditempuh oleh Rasul Paulus dalam mengelola konflik itu. Dalam cara yang cemerlang ia berkomunikasi dengan Filemon di dalam suratnya, serta mendaftarkan lima tahap untuk dijalani dalam proses itu:

Paulus dan Onesimus

a. Tahap Pujian (ayat 4-7)

Sebagaimana Paulus mulai dengan memuji Filemon, kita harus mulai dengan berfokus pada kualitas-kualitas yang positif. Praktekkan Prinsip 101% yang baru saja diterangkan diatas. Selalu terbukalah dengan berfokus pada apa yang positif dan hal-hal yang anda bisa sepaham.

b. Tahap Kompromi (ayat 8-13)

Paulus memilih untuk berkompromi dan mengajukan permohonan kepada Filemon ketimbang menuntutnya untuk melakukan ini atau itu. Bila memungkinkan, kila harus bersedia untuk memikul tanggung jawab dalam konflik. Ketika anda mengangkat masalah dari dalam konflik, kenalilah perbedaan-perbedanan di antara motivasi dan temperamen; jumpai mereka di pertengahan jalan.

c. Tahap Pilihan (ayat 14)

Yang berikutnýa, Paulus mengkomunikasikan keputusannya ke hadapan Filemon. Dalam cara yang sama, anda harus membentangkan pilihan-pilihan di depan kedua belah pihak, sebagaimana anda pahami. Sedapat-dapatnya, jagalah kehormatan mereka. Ambil langkah untuk mempertahankan persahabatan.

d. Tahap Tantangan (ayat 15-20)

Paulus kemudian menantang Filemon untuk melakukan apa yang benar. Anda harus berkomitmen pada langkah-langkah yang akan anda ambil, dan kemudian berikanlah sebuah tantangan yang jelas kepada mereka lalu tunggulah tanggapan mereka. Sedapat mungkin, selesaikan masalahnya. Bentangkan batas-batas dan parameter-parameter yang baik untuk mempertahankan kesehatan hubungan antar manusia anda. Jangan izinkan musuh-musuh semakin bertambah banyak.

e. Tahap Keyakinan (ayat 21-22)

Akhirnya, Paulus menutupnya dengan mengungkapkan keyakinan bahwa Filemon pasti akan langsung bertindak. Akhirilah dengan mengungkapkan keyakinan yang tulus kepada mereka selaku seorang pribadi. Izinkan mereka tahu bahwa anda mempercayai mereka untuk melakukan apa yang benar dan tak satupun akan menghalangi anda untuk mengasihi mereka. Ingat, jauh lebih penting memenangkan satu “jiwa” dari pada memenangkan sebuah perdebatan.

Konfrontasi Alkitabiah

Ketika orang yang berada di bawah pengawasan anda jelas-jelas telah berbuat salah, Alkitab meminta kita untuk mengkonfrontasi mereka pada hal-hal yang berhubungan dengan dosa, dengan kegagalannya dalam menjaga komitmennya terhadap orang banyak, dengan sikap yang bersifat menghancurkan, dengan percakapan yang menyakitkan, dll. Jika anda ragu-ragu apakah Alkītab memang mengurus persoalan ini, coba baca kembali perikop-perikop berikut ini:

– 2 Korintus 10:4-5 – Senjata-senjata kita dirancang untuk menantang pikiran manusia.

– 1 Tesalonika 5:14 – Kita harus mengingatkan, memberi awasan dan menasihati yang lemah.

• 1 Timotius 4:2-4 – Kita harus mengkhotbahkan kebenaran, menunjukkan kesalahan, memarahi, dan menasihati dengan kesabaran.

• Kolose 1:28 – Kita harus menegur orang (dengan cara mengingatkannya).

• Titus 1:13 – Kita diajar untuk mengkoreksi supaya orang lain memiliki iman yang sehat.

Ingat, sasaran anda adalah untuk menyaksikan mereka diubah oleh kuasa Allah. Sasaran anda bukanlah mengutuki, namun memulihkan. Orang-orang harus tahu bahwa kita mengasihi mereka, namum kita mengasihi kebenaran lebih dari hal-hal lain yang ada di dalam dunia ini. Hidup yang tak diuji adalah hidup yang tak layak untuk dijalani.

Langkah Menuju Konfrontasi Yang Efektif

1. Doakan kemarahan anda sendiri.

Jangan biarkan emosi mengendalikan anda. Tunggu hingga anda benar-benar obyektif untuk mengurus masalahnya, namun uruslah masalah-masalah itu sebelum berkembang menjadi terlalu besar untuk ditangani.

2. Jadilah orang yang lebih dulu membuat kontak.

Jangan menunggu mereka memulainya. Alkitab menyuruh anda untuk meluruskan segala sesuatu, entahkah anda sebagai yang telah menyinggung perasaan orang lain ataupun sebagai yang telah tersinggung.

3. Mulailah dengan kata-kata peneguhan.

Ucapkan kata-kata kasih dan dorongan terlebih dahulu. Lantas terimalah izin yang segar untuk ‘menantang’ mereka, dan untuk berkata dengan jujur tentang apa yang anda lihat.

4. Beritahukan kepada mereka bahwa anda punya masalah atau pergumulan.

Jangan katakan bahwa itu adalah masalah mereka, melainkan masalah anda; akuilah babwa anda telah bergumul untuk mengurus masalah tersebut.

5. Angkatlah masalahnya, dan jelaskan bahwa anda tidak memahami apa yang sedang terjadi.

Pertemuan tersebut mungkin lebih mengarah ke suatu tindakan “klarifikasi” ketimbang suatu konfrontasi. Beri peluang untuk mereka membantah dan izinkan mereka untuk menjelaskan sendiri duduk perkaranya. Berfokuslah pada sasaran untuk menjelaskan masalah yang sebenarnya.

6. Dengarkan dan izinkan mereka untuk menanggapi.

Pada tahap ini, anda harus berhenti demi mengizinkan mereka untuk memberi tanggapan. Mereka mungkin saja menghadirkan suatu cara pandang yang baru yang akan menolong anda berdua.

7. Jika perlu, lakukanlah pengampunan dan pertobatan.

Hubungkan masalah yang sedang anda koreksi dengan jati diri mereka didalam Kristus. Jangan menyudahi pertemuan itu sebelum pengampunan diulurkan dan masalah-masalahnya telah menjadi jelas dan terpecahkan.

8. Berkompromilah pada gagasan-gagasan, namun jangan kompromikan keyakinan-keyakinan dan prinsip-prinsip Alkitabiah.

Tentukan di mana posisi anda. Lenturlah dengan gagasan-gagasan atau selera-selera anda, namun bukan pada hal-hal yang sudah ditetapkan dengan jelas oleh Alkitab.

9. Berdoa dan nyatakanlah kasih anda saat menyudahi pertemuan anda.

Selalu tutuplah waktu-waktu pertemuan itu dengan doa. Berilah mereka pengharapan dan ingatkan akan kedudukan mereka di dalam hati Allah dan di dalam hati anda. Tolonglah mereka untuk tidak pernah meragukan bahwa mereka adalah orang-orang yang terkasih.

Tolong, Teruskan Berkat Itu!

Sekalipun mengkonfrontasi konflik adalah penting, namun hal itu mungkin hanyalah sekedar gejala dari masalah yang sesungguhnya. Masalah yang sesungguhnya selalu merupakan masalah hati. Kerap kali, alasan utama orang mengalami konflik dan kesulitan-kesulitan yang tak terpecahkan adalah karena mereka lapar akan “berkat.”

Dalam Perjanjian Lama, para bapak-bapak memberikan suatu “berkat” kepada anak-anak mereka; para rabi “memberkati” murid-murid mereka, dan para pengrajin “memberkati” anak-anak didik mereka. Berkat tersebut terdiri dari unsur-unsur berikut:

  1. Sentuhan yang bermakna

Para bapa leluhur menumpangkan tangan ke atas bahu mereka atau memeluk mereka.

2. Kata-kata peneguhan

Para bapa leluhur mengucapkan kata-kata dorongan kepada mereka.

3. Ekspresi dari nilai yang tinggi

Para bapa leluhur membagikan nilai-nilai hidup yang ditambahkan kepada orang-orang

4. Gambaran tentang masa depan yang khusus

Para bapa leluhur menggunakan lukisan-lukisan untuk mengungkapkan potensi mereka.

5. Komitmen yang tulus

Para bapa leluhur berkomitmen untuk melihat hal tersebut terjadi / digenapi.

Acap kali kita tidak sanggup mengungkapkannya dengan kata-kata, namun seperti Yakub, kita suka bergumul mati-matian demi mendapatkan “berkat” itu. Kita mencari persetujuan dari mereka yang berotoritas, mulai dari para orang tua kita sampai para pengawas dalam pekerjaan kita. Sebagai orang-orang yang telah jatuh ke dalam dosa, kita telah kehilangan rasa aman dan martabat kita. Dalam arti yang paling nyata, hal ini bisa menyingkapkan mengapa banyak orang nampak telah kehilangan jati diri mereka. Sehingga kita cenderung untuk bergumul demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dalam cara yang kurang sehat.

Komponen-Komponen Untuk Kesehatan Batin

1. Rasa diri yang layak

Jika ini tidak ada, kita merasa rendah diri.

2. Rasa memiliki / dimiliki

Jika ini tidak ada, kita merasa tak aman.

3. Rasa diri cakap

Jika ini tidak ada, kita merasa kurang sanggup.

4. Rasa memiliki tujuan

Jika ini tidak ada, kita merasa tak berarti

Apa yang Harus Diketahui Oleh Setiap Pemimpin Mengenai Akar Dan Buah Kelakuan-kelakuan

Apa yang dapat kita lihat di atas permukaan adalah kelakuan-kelakuan dan kebiasaan-kebiasaan. Orang bisa menjadi sumber konflik atau luka hati karena ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup mereka. Anda tidak harus menggali terlalu jauh dalam suatu percakapan dengan mereka untuk menemukan sikap-sikap dan perasaan-perasaan yang negatif, seperti kemarahan dan depresi. Jika anda menyelidikinya sedikit lebih jauh saja, maka anda akan mulai melihat ketidakmauannya untuk mengampuni. Pada umumnya, orang punya perasaan-perasaan negatif karena mereka belum sanggup untuk mengampuni seseorang atau melepaskan kenangan buruk dari masa lalunya. Jika anda menggalinya lebih dalam lagi, maka anda akan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang tak terpenuhi. Jelas, mereka mengharap seseorang untuk memenuhi kebutuhan itu. Ketika orang itu gagal untuk memenuhinya, mereka menolak untuk mengampuninya.

Namun, pada akhirnya akar dari masalah itu adalah rasa layak atas diri sendiri. Orang itu tidak percaya bahwa dirinya berharga, dan ia berusaha mencari cara-cara yang tidak sehat untuk menutupinya. Mungkin mereka akan memicu konflik, mencari perhatian, mengalami depresi, tak bersahabat, suka memaksa, independen, terlalu sensitif, takut, tak tahu berterima kasih atau dingin karena merasa tidak layak.

Inilah sebabnya, mengucapkan kata “berkat” itu begitu penting. Karena ada begitu banyak keluarga yang tidak tahu bagaimana melakukan hal ini pada masa kini, maka keluarga Allah harus memulai dan mempraktekkannya. Dan, sebagai seorang pemimpin dalam keluarga Allah, anda menjadi wakilnya. Anda harus memberkati orang dan mengajar orang-orang lain untuk memberkati sesamanya. Ini berarti bahwa anda harus sanggup membedakan atau menilai orang. Ada saat-saat dimana anda harus mengkonfrontasi orang yang menjadi sumber konflik. Namun, ada saat-saat tertentu ketika anda harus memberikan berkat bagi mereka yang membutuhkannya. Jika anda menciptakan sebuah lingkungan yang bisa memberkati mereka yang memerlukan, agaknya anda akan mencegah konflik dalam jangka panjang.

Penilaian :

Evaluasi pelayanan anda. Berapa banyak konflik yang anda hadapi? Apakah itu adalah tempat dimana berkat dapat ditawarkan?

Penerapan :

Temukan seseorang yang menjadi sumber konflik bagi anda sebagai seorang pemimpin. Dlagnose kebutuhannya. Apakah ia perlu dikonfrontasi ataukah ia memerlukan berkat? Pergi dan berikan apa yang dibutuhkannya.

Sumber : Equip Seminar Buku 3 Bab 4 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com. 

Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Dipelopori oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.

Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi. Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.  

Baca EQUIP Leadership Seminar :

Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin

Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin

Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian

Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan

Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda

Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi

EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :

Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan

Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase

Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang

Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata

Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat

Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda

EQUIP Leadership Seminar Buku 3 :

Buku 3 Bab 1 – Kepemimpinan Berawal Dengan Sebuah Sikap

Buku 3 Bab 2 – Lingkaran Dalam Dari Sang Pemimpin

Buku 3 Bab 3 – Kristus, Sang Komunikator Yang Hebat

Buku 3 Bab 4 – Memimpin Di Saat-Saat Yang Sulit

Buku 3 Bab 5 – Lima Tahap Kepemimpinan

Buku 3 Bab 6 – Seni Tentang Baskom dan Lap Pembasuhan

Baca Artikel Utama Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan :