FamilyPsikologi

Manfaat Bermain Untuk Anak 

Bermain sangat lekat dengan dunia anak. Anak tidak bisa serta tidak boleh dilepaskan dari kegiatan bermain. Melalui bermain anak belajar banyak hal. Mari kita lihat penjelasan berikut ini

Manfaat Bermain

1. Perkembangan Fisik

Bermain berguna untuk melatih otot, melatih koordinasi anggota tubuh, membantu pertumbuhan fisik: lari, loncat, merangkak, perosotan, memanjat, menggenjot (motorik kasar) dan melatih motoric halus: pegang biji untuk congklak; mencopot-memasang lego, meronce. Latihan motorik halus ini membantu kesiapan untuk menggunakan gunting, dan menulis pada usia sekolah nantinya.

2. Perkembangan Sosial

Melalui permainan kelompok, anak belajar bertoleransi: bergantian sebagai “pengejar” dalam permainan “polisi menangkap maling”; bergantian sebagai “pencari” dalam permainan petak umpet; dan bergantian menunggu giliran menggunakan perosotan. Dalam permainan seperti “rumah-rumahan” atau sekolah-sekolahan”, anak belajar memainkan peran sebagai guru-murid, dan sebagai ibu-anak.

3. Perkembangan Emosi, dan Kepribadian

Melalui bermain, anak berlatih untuk merasakan kalah-menang; mengalami sedih-senang; sabar (menunggu giliran); melatih diri untuk tampil/ bicara/ mengatur.

4. Perkembangan Kognisi

Melalui bernyanyi, anak belajar kepala-pundak-lutut-kaki = mengenal anggota tubuh, belajar abjad: a b c d e. Selain bernyanyi, anak mengasah memorinya melalui “kartu memori” dan melatih strategi melalui permainan kartu remi atau kuartet. Sekarang, dengan Ipad dan komputer, banyak permainan yang melatih strategi

Permainan Tradisional VS Modern

1.Tradisional

Congklak, petak umpet, gasing, bekel, engklek, lari patung, gam suit (kertas, gunting, batu), tebak huruf (gam suit dan menyebut nama binatang), gobak sodor, lompat katak, lompat tali, oper kelereng di sendok, nyanyi ‘sedang apa’, rumah-rumahan, main pasir.

2. Modern

Boneka, alat permainan Montessori di sekolah, plastisin, lego, puzzle, monopoli, ular tangga, halma, ludo, I-Pad, online games, dan computer games. Sebaiknya ada keseimbangan antara permainan tradisional dan modern.

Tahapan Perkembangan Bermain

Menurut Jean Piaget, Psikolog Perkembangan, ada beberapa tahap perkembangan bermain yang terkait erat dengan perkembangan kognitif dan motorik:

1. Sensory Motor Play (3-6 bulan)

Permainan yang berfokus pada kemampuan gerakan motorik dan menggunakan panca indera yang ketika dilakukan berulang-ulang menimbulkan rasa senang. Pada bayi, ketika ia mulai mampu menggunakan tangannya dan ia menarik mainan dan menimbulkan bunyi kerincing”, ia senang dan akan mengulanginya lagi.

2. Symbolic atau make believe play (2-7 tahun)

Bermain khayal, pura-pura: sapu sebagai kuda, kertas sebagai uang, kursi dijejer dan dimainkan sebagai kereta api.

3. Social Play Games with Rules (8-11 tahun)

Pemakaian simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar dan logika yang objektif.

Bermain bersama teman dan memakai aturan. Selain itu, pada usia ini, anak Sekolah Dasar senang dengan teka-teki seperti, “Kalau ada 10 burung di pohon dan 1 mati ditembak, berapa burungkah yang ada di pohon sekarang?” Jawaban yang benar, “Tidak ada, karena mereka terbang semua setelah mendengar bunyi tembakan.”

4. Games with Rules and Sports (11 tahun ke atas)

Permainan yang menggunakan aturan, tetapi tetap menyenangkan. Anak banyak terlibat dalam kegiatan olah raga berkaitan dengan pertumbuhan otot dan tulang yang pesat pada masa ini (praremaja). Anak senang melakukan dan terpacu untuk mencapai prestasi.

Bermain bagi anak bukanlah kegiatan “menghabiskan waktu dengan sia-sia” melainkan bermanfaat. Hanya saja, perlu diperhatikan keseimbangan antara bermain dan kegiatan yang lain seperti sekolah, mengerjakan tugas, serta beribadah agar anak tumbuh dengan seimbang.

Oleh :

Suilyana E. Sewucipto, M.Si., P.Si.

Passion, Konsultan Psikologi Anak dan Remaja

Jl. Kelapa Hibrida Raya Blok GJ 9/ no.6

(021) 80749600 Kelapa Gading. JakUt

Sumber : Ridmag – Volume 06