Equip TraningLeadershipMentoring dan PemuridanSpecial Content

Investasi Paling Bijaksana Yang Pernah Anda Buat

EQUIP Leadership Seminar Buku 2 Bab 5

Menjadi Mentor Bagi Para Pemimpin Masa Depan

“Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.” (Markus 3:14)

Yesus menyambut orang-orang yang datang kepada-Nya untuk dilatih (dimentor). Dari dulu sampai sekarang Dialah sang mentor tertinggi. Ia telah mengubah manusia-manusia yang tidak sempurna menjadi pemimpin-pemimpin yang efektif. Yesus melakukan apa saja yang seorang mentor dapat lakukan demi memampukan para murid-Nya untuk berkembang dalam kehidupan pribadi dan pelayanan mereka.

Dalam Matius 11:28-30, Ia berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Pada zaman itu, sebuah kuk biasa dikenakan pada lembu jantan sementara bekerja di ladang. Kuk yang Yesus bicarakan ini memang telah dirancang untuk dikenakan di atas pundak dua ekor lembu – seekor yang kuat dan seekor lagi yang lemah. Si lemah dilibatkan agar belajar apa artinya bekerja di ladang dengan menjalani training dari si lembu yang kuat “sambil bekerja”. Kebanyakan beban dipikul oleh si kuat sampai proses perkembangannya mencapai kesempurnaan. Betapa hal ini menjadi sebuah gambaran yang gamblang mengenai proses ‘mentoring’.

Sebuah Definisi Tentang Mentoring…

Suatu pengalaman hubungan antar pribadi dimana seseorang memberdayakan seorang yang lain dengan cara berbagi sumber-sumber yang Allah telah anugerahkan.

Sebuah Definisi Tentang Pemberdayaan…

Tindakan anda dalam memberi wewenang kepada seorang yang lain sehingga ia dapat melayani dengan efektif.

Kepemimpinan dan Komitmen

1. Kita Harus Punya Komitmen Pada Seorang Pribadi

Para ‘menti’ kita (orang-orang yang kita mentor) harus dapat merasakan komitmen kita kepada mereka sebagai manusia, bukan sebagai sebuah proyek. Kita harus mengasihi mereka dan terus mempedulikan kepentingan-kepentingan mereka. Para pemimpin tidak dapat dihasilkan dari kerumunan orang banyak, tetapi mereka dikembangkan secara pribadi melalui kehidupan dalam proses mementor kehidupan.

Pertanyaan: Adakah seseorang yang dapat anda mentor dan perlengkapi bagi pelayanan? Siapa dia?

2. Kita Harus Punya Komitmen Pada Sebuah Proses

Akan terjadi pasang surut sementara anda melintasi waktu-waktu bersama dengan “menti” anda. Kita harus menoleh ke belakang untuk melihat proses yang mereka sedang jalani dan langkah-langkah yang perlu bagi pertumbuhannya, serta memahami gambaran yang utuh dari kehidupan mereka. Kita harus peka dan cermat.

Pertanyaan: Langkah apa yang harus anda ambil untuk melatih mereka?

3. Kita Harus Punya Komitmen Pada Suatu Tujuan

Komitmen terakhir kita harus terpusat pada hasil akhir. Kita harus memutuskan bahwa kita akan menolong mereka melangkah dari mana mereka berasal menuju ke arah sasaran yang telah disepakati bersama. Persis sebagaimana Allah akan mengakhiri déngan sempuma karya yang sudah dimulaikan-Nya di dalam diri kita (Filipi 1:6), demikianlah kita harus dapat melihat produk akhir di dalam diri para “menti” kita serta menggenapi komitmen kita kepada mereka. Kita harus tekun.

Pertanyaan: Tujuan apa yang sekarang sedang anda kerjakan?

Yohanes 15:15

“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang điperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”

Matius 28:18-20

“Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Amin.

Proses Melatih Para Pemimpin

Langkah 1 : Menjadi Model

Proses pelatihan dimulai ketika seorang mentor melakukan tugas-tugasnya sementara orang-orang yang dilatih memperhatikannya. Pastikan bahwa orang-orang yang dilatih itu mendapat kesempatan untuk menyaksikan segenap proses itu secara lengkap. Sering kali pada waktu para pemimpin melatih, mereka memulai pada pertengahan pelaksanaan tugasnya sehingga membingungkan orang-orang yang mereka coba latih. Bila orang-orang itu menyaksikan pelaksanaan tugas tersebut secara benar dan lengkap, maka hal itu akan menjadi suatu contoh bagi mereka untuk ditiru.

Langkah 2 : Menjadi Mentor

Sepanjang langkah ini, mentor akan terus menjalankan tugasnya, namun kali ini para ‘menti’ berada disamping mentor dan membantunya dalam proses yang sedang berlangsung. Ambillah waktu secukupnya bukan hanya untuk menjelaskan bagaimana cara melakukan sesuatu tetapi juga alasan dijalankannya setiap langkah. Pada tahap ini harus terjadi banyak komunikasi.

Langkah 3 : Memonitor

Pada tahap ini, mentor bertukar tempat dengan ‘menti’. Sekarang ‘menti’ yang mengerjakan tugas, sementara mentor siap membantu dan mengoreksinya. Sangatlah penting untuk bersikap positui membangkitkan semangat ‘menti’ pada taraf ini.

Sikap sedemikian akan menolong mereka untuk terus mau mencoba dan meningkatkan prestasi, daripada menyerah. Bekerjalah bersama mereka sampai mereka menghasilkan kemantapan. Saat mereka memahami prosesnya, mintalah mereka untuk menjelaskannya kepada anda. Tindakan ini akan membantu mereka menghayati dan mengingat proses tersebut.

Langkah 4: Memotivasi

Pada tahap ini, mentor akan mulai melepaskan diri dari tugasnya sambil mengizinkan ‘menti’ untuk melanjutkan pekerjaannya. Tugas mentor adalah memastikan bahwa ‘menti’ memiliki pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya dan mendorongnya agar ia terus bertambah cakap. Sangatlah penting bagi mentor untuk tinggal bersama ‘menti’ sampai ‘menti’ merasa berhasil. Hal ini akan memotivası menti’ untuk meningkatkan prestasinya dalam proses yang sedang berlangsung.

Langkah 5: Melipat-Gandakan

Pada saat pemimpin-pemimpin yang baru berhasil menunaikan tugasnya dengan baik, datanglah giliran mereka untuk mengajarkan kepada orang lain bagaimana melakukannya. Para guru memaklumi, bahwa jalan terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah dengan mengajarkannya. Keindahan dari proses ‘mentoring’ adalah bahwa proses ini mengizinkan mentor untuk bergerak maju pada tugas perkembangan penting lainnya, sementara pemimpin yang baru kini telah sanggup untuk menyelesaikan berbagai tugas dan memimpin orang-orang yang lain lagi.

Ilustrasinya adalah sebagai berikut :

Sebatang lilin tidak akan kehilangan apapun saat ia menyalakan lilin yang lain; malah ia akan melipatgandakan kecerahan terangnya. Begitulah cara kerja ‘mentoring’. Para pemimpin menginvestasikan waktunya serta pemikirannya ke dalam diri pemimpin-pemimpin yang sedang bermunculan, sambil mulai melipat-gandakan upaya mereka. Pada mulanya gerak pekerjaan ini akan nampak sangat lambat, namun ia akan maju dalam kecepatan yang berlipat-ganda!

Hadiah-hadiah yang Diberikan oleh Seorang Mentor yang Baik

1. Mereka Melukis Lukisan-lukisan

Pikiran manusia berpikir dalam rupa lukisan. Kita adalah orang-orang visual (berpikir dengan cara melihat gambar) dan hidup dalam suatu zaman yang serba visual. Cerita-cerita, analogi dan metafora membantu kita untuk menyimpan informasi yang penting. Ketika mentor menggambar sebuah lukisan dari kata-katanya, tindakan itu membantu para ‘menti’ untuk menangkap konsep-konsep yang dipakai dalam memperlengkapi mereka. Para mentor melukis lukisan-lukisan melalui berbagai cerita, analogi, kata-kata bergambar serta perumpamaan-perumpamaan.

2. Mereka menyediakan pegangan-pegangan

Setiap orang memiliki sebagian pengetahuan tentang kebenaran. Namun, kebanyakan orang hanya berkemauan kuat untuk memahami kebenaran yang dapat digunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sederhana kita katakan bahwa “pegangan” adalah sebuah benda yang tangan kita dapat memegang atau menggenggamnya. Kita memberi orang-orang lain pegangan saat kita meringkaskan kebenaran dalam sebuah model yang “sangat akrab” untuk dipakai oleh mereka. Dengan demikian, kebenaran menjadi suatu prinsip hidup yang dapat mereka jalani. Ketika seseorang memiliki sebuah “pegangan” pada suatu kebenaran, itu berarti bahwa mereka “merasa memilikinya” dan sanggup mempraktekkannya serta mengkomunikasikannya kepada orang lain. Seorang mentor yang baik dapat menyaring atau menjelaskan dengan tepat sehingga hal-hal yang rumit menjadi mudah untuk dipahami.

3. Mereka menawarkan peta jalan.

Peta jalan adalah sarana yang membantu kita untuk menunjukkan arah ataupun menggambarkan suatu “gambaran yang menyeluruh.” Ketika kita memberi sebuah “peta jalan” kepada seseorang, kita sedang mewariskan suatu “kompas kehidupan” kepada mereka. Peta akan menolong kita untuk melintasi jalur-jalur yang belum pernah kita lalui. “Peta jalan” tidak hanya menolong orang untuk menemukan jalan yang benar, melainkan juga menunjukkan hubungannya dengan jalur-jalur yang lain. Peta-peta tersebut menyediakan sudut pandang yang lengkap tentang keseluruhan gambaran yang ada. Hal ini biasanya terjadi hanya kalau kita memang berniat (bukan karena secara kebetulan saja) untuk berkomunikasi.

4. Mereka menyediakan laboratorium.

Saat kita menyediakan “laboratorium” bagi para ‘menti,’ berarti kita sedang memberi tempat kepada mereka untuk mempraktekkan kebenaran yang telah kita diskusikan dengan mereka. Atas dasar definisinya, laboratorium adalah tempat yang aman untuk bereksperimen. Kita semua memerlukan “laboratorium” untuk mendampingi segenap pengetahuan dan pengajaran yang kita terima. Di laboratorium, kita belajar menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, latihan-latihan yang tepat untuk dipraktekkan; pengertian atas setiap masalah; dan pengetahuan atas dasar pengalaman mengenai apa yang seharusnya menjadi agenda hidup kita. Laboratorium yang baik dapat diukur dan dievaluasi bersama-sama.

5. Mereka menyediakan akar

Salah satu sasaran terpenting yang harus dimiliki seorang mentor bagi para ‘menti”-nya adalah memberi “akar dan sayap” pada mereka. Ungkapan populer ini menggambarkan kebutuhan setiap orang akan fondasi untuk ditanam serta kebebasan untuk membubung tinggi dan meluaskan cakrawala. Fondasi yang perlu ditanamkan dalam diri para ‘menti’ meliputi konstruksi dari suatu “kehidupan yang berlandaskan karakter” sebagai lawan dari “kehidupan yang berlandaskan perasaan.” Mereka boleh meninggalkan kita kalau mereka sudah memiliki keyakinan yang kokoh yang dapat diandalkan untuk kehidupan mereka selanjutnya, serta rasa percaya diri yang akan menyebabkan keyakinan-keyakinan mereka tetap dapat bertahan. Makin dalam sebatang akar menembus tanah, makin tinggi pohonnya dapat bertumbuh, dan makin dapat tahan lama lagi pohon itu berada di tengah-tengah serangan badai.

6. Mereka memberikan sayap.

Kata bergambar terakhir yang melukiskan apa yang seorang mentor berikan padi sseorang ‘menti’ adalah “sayap.” Kita memberi sayap pada seseorang saat kita memberdayakan mereka untuk berpikir mengenai hal-hal yang besar, dan mengharapkan perkara-perkara yang dari Allah dan dari diri mereka sendiri. Di kala seseorang memiliki sayap, ia bebas untuk menjelajah dan melihat dalamnya potensi diri mereka sendiri. Ketika para mentor memberi sayap, mereka membantu para ‘menti’ untuk membubung tinggi pada tingkat ketinggian baru dalam kehidupan mereka. Demikianlah, sebagaimana hal mengajar para “menti’ tentang cara yang tepat untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan begitu penting, maka hal bagaimana kita memperoleh jawaban-jawabannya juga mengandung tingkat kepentingan yang setara.

Pertanyaan: Diantara “hadiah-hadiah” di atas, mana yang telah anda berikan kepada orang lain?.

Teladan Yesus Dalam Hal Mentoring – Pemuridan

Yesus pernah menghadapi suafu tugas untuk mengubah kehidupan orang-orang yang hidup ribuan tahun sesudah penjelmaan-Nya di bumi. Ternyata la berhasil. Ia melakukannya tanpa menulis sebuah bukupun, atau membangun sekolah-sekolah, maupun mendirikan lembaga-lembaga. Jadi, bila Yesus memilih untuk mendepositokan harta pusaka-Nya dalam diri orang-orang yang dilatihNya, kita harus mempelajari metode-Nya dan mempraktekkannya sebaik mungkin. Dalam Alkitab kita menemukan seorang model mentor ideal yang patut kita teladani, yaitu: Yesus, Sang Guru Agung itu. Berikut ini disajikan cara bagaimana la telah melakukannya:

1. Pengajaran dalam konteks yang berhubungan dengan kehidupan. (Ia mengajar dan memberi petuah lisan kepada mereka)

Dari waktu ke waktu Yesus terus mengajar, sering dalam bentuk perumpamaan, dan mendiskusikanratusan masalah dengan kedua belas murid-Nya. Ketika para murid bertanya tentang arti perumpamaan itu, la menjelaskannya, sambil menyingkapkan kebenaran yang dalam yang terbungkus dalam bentuk sebuah cerita. Memang kegiatan ‘mentoring’-Nya lebih dari sekedar “kata-kata.” namun la juga melibatkan banyak petuah yang keluar dari diri-Nya.

“…naiklah la ke atas bukit dan setelah la duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya… dan mengajar mereka.” (Matius 5:1,2)

2. Demonstrasi dalam konteks yang berhubungan dengan kehidupan.

(la menjadi model dalam mempraktekkan kebenaran agar para murid dapat mengamatiNya)

Filsafat pendidikan masa kini bertumpu terlalu berat pada pemberian instruksi. Jikalau Yesus hanya mengajar para murid dengan kata-kata saja dan la tidak melakukan apapun yang lain, tentulah mereka tidak akan permah sanggup mewariskan harta pusaka-Nya. Namun Yesus telah berbagi hidup dengan mereka. Dengan sengaja la telah menjadikan hidupNya sendiri sebagai suatu teladan untuk diamati oleh para murid-Nya. la tahu bahwa mereka akan belajar dengan lebih cepat bila la menunjukkan contoh hidup-Nya kepada mereka, dari pada sekedar berkata-kata saja. Ia mengajar dengan kehidupan-Nya.

“…sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohanes 13:15)

3. Pengalaman dalam konteks yang berhubungan dengan kehidupan.

(Ia membiarkan para murid untuk berpartisipasi atau menerapkan sendiri kebenaran yang diajarkan)

Setelah Yesus memberi model untuk kepemimpinan yang baik dan mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani, Ia tidak melepaskan orang-orang itu begitu saja dan berjalan tanpa arah. Sedikit demi sedikit la memasukkan mereka ke dalam posisi kepemimpinan yang independen dengan memberikan kepada mereka pengalaman-pengalaman yang berharga. Yesus mengalihkan tanggungjawab yang la rasakan demi meluaskan Kerajaan Allah kepada para ‘menti’-Nya (murid-murid-Nya). Yesus memberi kesempatan kepada para pengikut-Nya untuk mempraktekkan apa yang telah diajarkan-Nya dan untuk mempraktekkan kepemimpinan. Ia memberikan kepada mereka semua, rasa kepemilikan terhadap pelayanan tersebut melalui pendelegasian dan pemberian otoritas.

“la memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat.” (Markus 6:7)

4. Penilaian dalam konteks yang berhubungan dengan kehidupan.

(la melakukan wawancara atas pengalaman yang telah dibagikan dan menilai pertumbuhan mereka)

Yesus berulang kali mengevaluasi kemajuan yang dicapai para murid-Nya. Ketika tujuh puluh murid yang diutus-Nya itu kembali, Ia mewawancarai mereka, seraya memberi instruksi kepada mereka menyangkut prioritas dalam pelayanan, dan la merayakan bersama keberhasilan mereka (Lukas 10:17-24). Ia juga memberikan penilaian pribadi pada murid-murid-Nya, termasuk feed back yang spesifik menyangkut karakter dan kesanggupan mereka. Saat Ia mempercayakan tugas-tugas kepada mereka, Ia tahu bahwa mereka perlu memberi pertanggung-jawaban atas prestasi kerja mereka.

“Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10:20)

Bagian terindah dari prinsip-prinsip diatas adalah bahwa setiap orang diantara kita dapat menerapkannya. Prinsip-prinsip tersebut merupakan konsep yang dapat ditransfer, sehingga setiap orang dalam generasi manapun, dan di lokasi manapun dapat mempraktekkannya. Bila anda ingin mewariskan suatu harta pusaka, anda harus mencari orang yang akan dapat melanjutkan sebagai pengganti anda. Carilah orang-orang yang tepat, dan pakailah proses persiapan yang tepat pula untuk setiap orang diantara mereka. Hanya apabila anda sudah mencurahkan diri anda ke dalam diri mereka barulah mereka akan sanggup untuk mencurahkan diri mereka kepada orang lain. Tak ada seorangpun yang dapat memberi dari apa yang tidak dimilikinya.

Bagaimana Cara Memulainya…

1. Berdoa supaya Allah menolong anda sehingga anda punya visi untuk mementor para pemimpin yang lain.

2. Pilih seorang atau sekelompok ‘menti’ yang potensial dari lingkaran pengaruh anda.

3. Lakukan dua pertemuan awal untuk mendiskusikan harapan-harapan maupun sasaran anda.

4. Tebarkan visi kepada mereka untuk reproduksi rohani dan untuk pelipat-gandaan kepemimpinan.

5. Tentukan sarana atau sumber-sumber apa yang anda akan pelajari bersama.

6. Mintalah komitmen mereka.

7. Tentukan berapa lama dan berapa sering anda akan bertemu.

8. Bersiaplah dan pancangkan sasaran-sasaran.

9. Diskusikan dan terapkanlah kebenaran-kebenaran secara bersama-sama.

10. Evaluasi perkembangan mereka secara berkala.

11. Bantulah mereka untuk menemukan seorang calon pemimpin berpotensi untuk mereka mentor.

12. Berdoalah untuk urapan Roh Kudus, dan utuslah mereka untuk berlipat-ganda.

Ingat, proses ‘mentoring’ akan terasa lamban pada permulaannya. Karena ini memang bersangkut paut dengan suatu gerakan, bukan sebuah program. Program biasanya diawali dengan yang besar-besar, lalu akhimya kehilangan semangat dan berubah menjadi sangat kecil. Gerakan justru sebaliknya. Ia biasanya dimulai dengan skala yang sangat kecil, kemudian bertumbuh menjadi sangat besar.

Putera Allah telah memilih 12 orang, bukan 1200 orang. Ia katakan bahwa Kerajaan Allah akan berkembang seperti sebutir biji sesawi. Biji ini adalah jenis biji yang terkecil pada awalnya, namun akhirnya bertumbuh menjadi sangat besar sehingga burung-burung dapat membuat sarang pada ranting-rantingnya. Kita ini merupakan suatu gerakan sementara kita sedang men-training para pemimpin.

Ketika Anda Bertemu, Berikan Sumber-Sumber Ini Kepada Mereka

Sekalipun sampai saat ini anda belum pernah benar-benar mementor pemimpin-pemimpin pasti anda punya kesanggupan untuk memberikan sumber-sumber kepada mereka dengan segera. Delapan sumber berikut ini tidak menuntut anda untuk mempelajari suatu kebenaran yang baru guna diberikan kepada seorang calon pemimpin. Mengapa anda tidak mulai menawarkannya kepada sekelompok kecil pemimpin yang sedang muncul sementara anda menemui mereka?

  1. Akuntabilitas / Pertanggungjawaban – Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang pelik; bantulah mereka untuk memelihara komitmennya.
  2. Peneguhan – Berikan kata-kata dorongan dan dukungan; beri peneguhan mengenai kelebihan-kelebihan mereka.
  3. Penilaian – Evaluasi kondisi mereka secara obyektif; bantulah mereka untuk memperoleh cara pandang yang baik.
  4. Penerimaan – Sediakan kasih yang tanpa bersyarat serta anugerah, bahkan termasuk ketika mereka sedang mengalami kegagalan.
  5. Nasihat – Ucapkan kata-kata nasihat yang bijaksana dan berikan pilihan-pilihan untuk keputusan-keputusan mereka.
  6. Teguran – Berikan kata-kata peringatan dan teguran tanda bahaya agar mereka dapat menghindari perangkap-perangkap yang menjatuhkan.
  7. Aset – Berikan pemberian-pemberian dan sumber-sumber yang dapat mereka pegang- misalnya sebuah buku, sebuah CD atau kontak secara pribadi.
  8. Penerapan – Arahkan mereka untuk menemukan cara bagaimana mereka dapat mempraktekkan apa yang sudah mereka pelajari.

Memberdayakan Orang Adalah Tiga Tahap Berikut :

Menggembalakan :

– Kepedulian

– Berfokus pada kebutuhan saat ini

– Bersifat hubungan antar pribadi

– Pelayanan

– Pelayanan dengan cara perawatan

– Yang dirasakan perlu sekarang

– Merasa jadi lebih baik

– Kesiap-sediaan

– Berfokus pada pengasuhan

– Tidak ada kurikulum

– Berorientasi pada

– Bersifat merawat/ bertahan

– Apa masalahnya?

– Berfokus pada masalah

– Mereka mulai jalani

Memperlengkapi :

– Training untuk pelayanan

– Berfokus pada tugas

– Bersifat transaksional

– Manajemen

– Pelayanan dengan cara pertambahan

– Jangka pendek

– Melepaskan ikatan

– Pengajaran

– Berfokus pada pelayanan tertentu

– Menetapkan kurikulum

– Berorientasi pada ketrampilan

– Bersifat melakukan pekerjaan

– Apa yang saya butuhkan?

– Berfokus pada tujuan

– Mereka jalani sampai pada mil pertama

Mengembangkan :

– Training untuk pertumbuhan pribadi

– Berfokus pada orang

– Bersifat mentransformasi

– Kepemimpinan

– Pelayanan dengan cara pelipat-gandaan

– Jangka panjang

– Memberdayakan

– Mentoring

– Berfokus pada pemimpin tertentu

– Kurikulum yang fleksibel

– Berorientasi pada karakter

– Bersifat berubah menjadi yang lebih

– Apa yang mereka perlukan?

– Berfokus pada pribadi

– Mereka jalani sampai pada mil kedua

Penilaian : Adakah beberapa orang yang anda dapat mentor dan kembangkan?

Penerapan: Kapan anda akan memulai prosesnya?

Sumber : Equip Seminar Buku 2 Bab 5 – materi digital disusun Nathanael Ricardo untuk www.transformasi.com. 

Equip Seminar adalah pelatihan kepemimpinan yang merupakan bagian dari proyek global Millions Leaders Mandate – Mandat Sejuta Pemimpin dengan tujuan menyiapkan sejuta pemimpin yang mempengaruhi dunia dengan kabar baik. Dipelopori oleh penulis buku dan hamba Tuhan John C. Maxwell, materi dalam program ini banyak belajar tentang kepemimpinan dari pemimpin utama sekaligus model pelayanan kehambaan tak terbantahkan, Tuhan itu sendiri.

Penyusun memiliki dua sertifikasi untuk pelatihan ini sejak tahun 2006 dan memperoleh ijin untuk membagikan materi ini bagi semua orang yang ingin diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dengan hati kehambaan. Anda bisa menjadikan materi ini sebagai bahan mentoring di perusahaan, pemuridan di organisasi kerohanian atau sekedar bacaan bagi anda. Silakan menggunakan materi ini dengan syarat mencantumkan sumber materi.

Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelatihan ini disarankan untuk mempelajari materinya secara lengkap dan runtun. Buatlah pelatihan yang terencana dan terjadwal, lakukan dalam grup atau berkelompok serta ciptakan ruang interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Selamat menjalani proses untuk kepemimpinan yang diberkati Tuhan.  

Baca EQUIP Leadership Seminar :

Buku 1 Bab 1 – Panggilan Allah Bagi Kita Untuk Memimpin

Buku 1 Bab 2 – Hati Seorang Pemimpin

Buku 1 Bab 3 – Saya Mempunyai Impian

Buku 1 Bab 4 – Hal-Hal Yang Utama Dalam Pengambilan Keputusan

Buku 1 Bab 5 – Mengusahakan Keahlian Orang Dalam Kepemimpinan Anda

Buku 1 Bab 6 – Pemimpin Membuat Rencana Strategi

EQUIP Leadership Seminar Buku 2 :

Buku 2 Bab 1 – Ujian Kepemimpinan

Buku 2 Bab 2 – Keamanan Atau Sabotase

Buku 2 Bab 3 – Mendelegasikan Tugas dan Mengembangkan Orang

Buku 2 Bab 4 – Tim Kerja Membuat Impian Nyata

Buku 2 Bab 5 – Investasi Terbijaksana Yang Akan Pernah Anda Buat

Buku 2 Bab 6 – Mengukur Pertumbuhan Kepemimpinan Anda