Art

Mengenal Shofar – Sangkakala

Sangkakala atau shofar adalah sebuah alat musik yang unik. Meskipun not musik tidak dapat dimainkan pada sangkakala, namun kombinasi tiupan panjang dan pendek dapat membentuk semacam lagu.

Sangkakala dapat panjang dan berulir atau pendek dan berbentuk satu lengkungan. Sentuhan akhir yang nampak alamiah atau yang digosok mengkilap membuat tiap sangkakala menjadi indah. Anda tidak akan pernah menemukan dua sangkala yang sama persis.

Pada dasarnya, ada 3 macam shofar dilihat dari bahan bakunya:

  1. Yemenite shofar, sangkakala yang terbuat dari tanduk woodland antelope jantan yang hidup di Afrika Timur dan Selatan.
  2. Gembsbok shofar, yaitu sangkakala yang dibuat dari tanduk gemsbok jantan dan betina yang hidup di Afrika. Biasanya tanduk gemsbok betina lebih panjang, ramping, berulir, dan paralel.
  3. Rams Horn shofar, yaitu sangkakala yang terbuat dari tanduk domba jantan, bentuknya seperti huruf U pendek. Selain menjadi alat musik, tanduk domba jantan juga dipakai sebagai tabung minyak urapan untuk mengurapi imam, raja, dan nabi.

Pada zaman Alkitab, sangkakala dipakai dalam berbagai peristiwa: Yang pertama dan yang paling penting adalah digunakan untuk mengumumkan permulaan hari Sabat dan hari-hari raya lainnya. Ini adalah zaman ketika kalender belum digunakan secara umum sehingga orang-orang tidak selalu tahu persis kapan suatu perayaan akan dimulai.

Tabung minyak untuk mengurapi raja
  • Sangkakala juga digunakan di dalam penobatan seorang raja atau suatu pertanda dimulainya sebuah peperangan.
  • Sangkakala digunakan oleh Gideon untuk mengacaukan barisan musuhnya (Hak 6-7) yaitu orang-orang Midian dengan 300 orang saja.
  • Sangkakala digunakan oleh Yosua untuk meruntuhkan tembok kota Yerikho.

Referensi pertama yang kita miliki untuk pemakaian sangkakala di dalam Alkitab adalah ketika Tuhan memanggil Musa ke puncak Gunung Sinai.

“Dan terjadiah poda hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetariah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah, berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun atasnya dalam api, asapnya membubung seperd asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.” (Keluaran 19:17-19)

Sekarang ini, hari yang sangat penting untuk menggunakan sangkakala saat Tahun Baru, Rosh Hashanah. Kenyataannya, nama lain bagi Rosh Hashanah adalah Hari Peniupan Serunai (Bilangan 29:1; Imamat 23:24). Pada hari itu sangkakala ditiup 100 kali.

Ada 4 “not” dasar bagi sangkakala.

  • Tekiah adalah suara tiupan yang panjang lalu terputus-putus.
  • Shevarim adalah seri tiupan yang putus-putus.
  • Truoh adalah seri tiupan yang tajam, seperti rentetan tembakan yang putus-putus.
  • Tekiah gadola adalah suatu tiupan tak terputus yang dipertahankan sepanjang mungkin.

Pada hari yang tersuci dalam setahun, yaitu Yom Kippur, Hari Pendamaian (Im 23:27), sangkakala hanya ditiup satu kali, yaitu pada akhir dari 25 jam masa puasa.

Sangkakala sangat berarti karena selalu memainkan peranan di dalam kehidupan Yesus dan disebutkan paling tidak tiga kali di dalam PB.

  1. Matius 24:31 “Dan la akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
    pilihan Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.”
  2. I Korintus 15:52 “Dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.”
  3. 1 Tesalonika 4:16 “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan.mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”

Nikmatilah alat musik yang indah ini, yang mengingatkan akan beberapa kejadian di Alkitab, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengingatkan kita akan domba yang tanduknya tersangkut dalam belukar yang kemudian digunakan oleh Abraham sebagai korban untuk menggantikan anaknya, Ishak.

Dewasa ini, semakin banyak kita jumpai gereja-gereja yang melakukan peniupan sangkakala di dalam mengawali ibadah raya mereka di hari Minggu, sebuah panggilan bagi umat Tuhan untuk berdoa. Sangat cocok dengan Yesus yang juga menggunakan alat yang sama di dalam mengumpulkan umatNya.

Sumber : Ester Simamora – Majalah Ridmag edisi 31

Artikel menarik lainnya :

Baca Artikel Utama Menarik :